Dampak Paparan Panas Terhadap Pekerja Indoor dan Outdoor Kehutanan pada KPH Cepu dan Bojonegoro

Abstract

Perubahan iklim yang terjadi saat ini memberikan dampak yang nyata bagi aspek kehidupan baik sosial maupun budaya. Dampak tersebut dapat dirasakan secara tidak langsung maupun melalui panca indera. Salah satu bentuk dampak yang dirasakan secara tidak langsung ialah dampak secara fisiologi. Peningkatan beban secara fisiologi manusia yang pada akhirnya menimbulkan stres panas. Stres panas saat bekerja menjadi beban fisik tambahan yang signifikan bagi pekerja terutama pekerja yang melibatkan aktivitas fisik, sebagai contoh pekerja kehutanan. Pekerja kehutanan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok pekerja di dalam ruangan (indoor) sejumlah 50 orang dan kelompok pekerja di luar ruangan (outdoor) sejumlah 50 orang. Penelitian ini bertujuan pada dampak perubahan iklim terhadap fisiologi pekerja kehutanan di KPH Cepu dan Bojonegoro yang dihasilkan melalui kuesioner-kuesioner pernyataan dan pertanyaan terkait pengetahuan paparan panas, persepsi risiko gangguan K3 paparan panas dan faktor yang mempengaruhi perilaku kehati-hatian pekerja yang diperlukan dalam menghadapi paparan panas akibat perubahan iklim. Hasil jawaban responden pekerja akan dianalisis menggunakan software SEM-PLS Ver.3 dengan beberapa pengujian yang dilakukan. Pengujian yang dilakukan yakni validitas konvergen dengan menilai loading factor > 0.50 atau nilai p-value < 0.05. Berikutnya, pengujian validitas diskriminan dengan melihat nilai cross loading antar indikator yang harus lebih besar dari nilai cross loading variabel latennya. Selanjutnya pengujian reliabilitas, mengacu pada penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pengujian reliabilitas dilihat dari nilai composite realibility > 0.70 dan cronbach’s alpha > 0.60. Indikator-indikator yang tidak sesuai kemudian diseleksi. Setelah dilakukan pengujian, terlihat perbedaan terhadap kelompok kerja indoor, pengetahuan K3 akan memprediksi perilaku kehati-hatian, sehingga tingkat pengetahuan K3 yang lebih tinggi akan memberikan peningkatan pada perilaku kehati-hatian. Akan tetapi, pada kelompok kerja outdoor peningkatan pengetahuan K3 tidak memberikan dampak pada perilaku kehati-hatian pekerja. Sehingga perlu adanya peningkatan kemampuan pekerja dalam memberikan persepsi yang lebih nyata. Strategi yang dapat dilakukan ialah dengan aspek rasa takut terhadap pekerja akan dampak yang dihasilkan oleh paparan panas tersebut. Pada akhirnya, peningkatan persepsi risiko yang lebih nyata akan meningkatkan perilaku kehati- hatian

The recent phenomena of climate change has real impacts on several dimensions of human existence, encompassing both social and cultural realms. The influence might be experienced either indirectly or through the five sensory modalities. One type of influence that is experienced indirectly is the physiological impact. The heightened physiological burden experienced by individuals, leading to the occurrence of heat stress. Heat stress in the workplace poses a substantial supplementary physical strain on workers, particularly those engaged in physically demanding tasks, such as forestry workers. The respondents in this study consisted of two distinct groups of forestry workers: a cohort of 50 individuals who primarily worked indoors and another cohort of 50 individuals who primarily worked outdoors. The aim of this study is to analyse the effects of climate change on the physiological well-being of forestry workers in KPH Cepu and Bojonegoro. This will be achieved through the administration of questionnaires that assess the workers' knowledge of heat exposure, their perceptions of occupational health and safety risks associated with heat exposure, and the factors that influence their adoption of precautionary measures to mitigate the effects of heat exposure resulting from climate change. The responses provided by the workers will be subjected to analysis using SEM-PLS Ver.3 software, which will involve conducting several tests. The tests carried out are convergent validity by assessing the loading factor > 0.50 or the p-value <0.05. Subsequently, the assessment of discriminant validity involves examining the cross-loading values between indicators, which should surpass the cross-loading value of the latent variable. Furthermore, reliability testing refers to previous research which states that reliability testing is seen from the value of composite reliability > 0.70 and Cronbach alpha > 0.60. The indicators that do not fit are then chosen. A higher degree of OSH knowledge will result in more precautionary behaviour because, according to the results of the testing, there is a difference in the indoor work group's behaviour. OSH knowledge will predict prudent behaviour in this group. The increase in OSH knowledge, however, had no effect on the workers' preventive behaviour in the group doing outside labour. Therefore, it is essential to improve employees' capacity to offer a more accurate view. The aspect of worker apprehension regarding the effects of heat exposure is the strategy that can be implemented. End result: Precautionary behaviour will rise as risk perception becomes more tangible.