Analisis Ekonomi Penerapan Green UMKM (Studi Kasus: UMKM Kerajinan di Kelurahan Bojong Nangka, Kabupaten Taangerang

Abstract

Kabupaten Tangerang merupakan daerah yang mengalami kenaikan jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) setiap tahunnya dengan rata-rata 141%. Banyaknya jumlah UMKM dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Untuk meminimalisir dampak negatif diperlukan UMKM yang mengedepankan aspek keberlanjutan. Salah satu sektor UMKM yang memiliki tingkat bahaya tinggi adalah sektor kerajinan, karena bahan baku yang digunakan berpotensi menggunakan zat kimia dan cara perolehannya yang mengekstraksi alam. Penelitian dilakukan di Kelurahan Bojong Nangka, Kabupaten Tangerang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan capaian indikator green UMKM sektor kerajinan, mengestimasi potensi perubahan pendapatan UMKM sektor kerajinan yang akan menerapkan green UMKM, dan rekomendasi alternatif strategi untuk mendorong pelaksanaan green UMKM sektor kerajinan di Kelurahan Bojong Nangka. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah gap analysis, analisis pendapatan, dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh pelaku UMKM kerajinan berada pada tahapan eco-adopter dalam penerapan green UMKM dengan nilai rata-rata gap sebesar 53,06%. Perubahan R/C dan B/C setiap UMKM diestimasi berkisar antara 8,2% – 14,1% per tahun. Adapun alternatif yang menjadi prioritas untuk mendorong pelaksanaan green UMKM sektor kerajinan di Kelurahan Bojong Nangka adalah melakukan program sertifikasi produk ramah lingkungan dengan nilai preferensi sebesar 0,512.

Tangerang Regency is an area that has experienced an increase in the number of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) every year with an average of 141%. The large number of MSMEs can have positive and negative impacts. To minimize the negative impact, MSMEs need to prioritize aspects of sustainability. One of the MSME sectors that has a high level of danger is the handicraft sector, because the raw materials used have the potential to use chemicals and how to obtain them that extracts nature. The research was conducted in the Bojong Nangka Village, Tangerang Regency. The purpose of this study is to identify the implementation of green UMKM indicators for the craft sector, estimate the potential changes in the income of UMKM in the craft sector that will implement green UMKM, and recommend alternative strategies to encourage the implementation of green UMKM in the craft sector in Bojong Nangka Village. The analytical methods used in this study are gap analysis, income analysis, and Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution. The results showed that all craft MSME actors were at the eco-adopter stage in implementing green MSME with an average gap value of 53.06%. Changes in R/C and B/C for each MSME are estimated to range from 8.2% – 14.1% per year. The alternative that is a priority for encouraging the implementation of green MSMEs in the craft sector in the Bojong Nangka Village is conducting an environmentally friendly product certification program with a preference value of 0.512.