Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123553
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorJuliandi, Berry-
dc.contributor.advisorAtmowidi, Tri-
dc.contributor.advisorKahono, Sih-
dc.contributor.authorJesajas, David-
dc.date.accessioned2023-08-10T08:07:31Z-
dc.date.available2023-08-10T08:07:31Z-
dc.date.issued2023-08-10-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123553-
dc.description.abstractLebah tidak bersengat (stingless bees) termasuk dalam famili Apidae, tribe Meliponini dan merupakan kelompok lebah kosmopolitan di area tropis dan sub tropis. Distribusi wilayah lebah tanpa sengat meliputi wilayah Neotropikal, wilayah Paleotropikal atau Afrotropikal, dan wilayah Australasian dan lebah ini memiliki keanekaragaman spesies tertinggi diantara spesies lebah lainya. Umumnya, lebah tidak bersengat berukuran kecil hingga sedang dengan sengat yang vestigial (tidak berfungsi), hidup berkoloni (sosial) dengan mengumpulkan polen. Beberapa spesies diantaranya menggunakan gigitan serta mengeroyok untuk bertahan dari bahaya. Sarang lebah ini dapat ditemukan di bawah permukaan tanah, lubang-lubang pohon, rongga kayu, pohon bambu yang berlubang serta pada celah dinding tembok rumah. Setiap spesies lebah tanpa sengat memiliki kecenderungan memilih menempati rongga tertentu tergantung spesies dan tipe lingkungannya. Indonesia sebagai bagian dari ecoregion Indo-malayan, Wallacea, dan Indo-australian, tercatat memiliki 46 spesies lebah tidak bersengat dari 10 genus dan 9 subgenus yang tersebar. Kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloop (CAPC) yang berada di wilayah Jayapura Provinsi Papua, merupakan kawasan hutan tropis dengan keanekaragaman hayati yang tinggi khas kawasan Indo-Australian dengan fungsi ekologis yang penting bagi kehidupan manusia. Pengelolaan kawasan CAPC melalui konservasi merupakan bagian integral pembangunan wilayah. Pengembangan manfaat ekonomi harus dibarengi dengan pemantapan keutuhan kawasan konservasi. Namun demikian, pada saat ini, kedua hal tersebut sulit di jalankan mengingat apa yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Terdapat fenomena yang menarik dengan persepsi yang positif yang tidak dibarengi dengan perilaku yang positif, dengan masih terdapatnya sebagian masyarakat yang melakukan berbagai kegiatan ilegal. Aktivitas ekonomi di dalam kawasan CAPC dilakukan oleh masyarakat dan telah berlangsung lama. Perambahan kawasan hutan disebabkan oleh faktor kebutuhan atau sosial ekonomi masyarakat, bukan faktor fisik lahan. Berdasarkan faktor tersebut, dapat mempengaruhi jumlah populasi fauna di kawasan tersebut, termasuk populasi lebah tanpa sengat Keanekaragaman, struktur dan arsitektur sarang lebah idak bersengat yang ada di dalam kawasan hutan tersebut belum diketahui. Demikian pula manfaat dari lebah tidak bersengat belum diketahui oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, sehingga lebah ini belum diberdayakan. Masyarakat memerlukan pengetahuan tentang keanekaragaman lebah tanpa sengat dan produk yang dihasilkan lebah terutama madu dan propolis, serta cara membudidayakannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perlu dilakukan penelitian awal tentang keanekaragaman, tempat bersarang, morfometri tubuh, dan arsitektur sarang lebah tidak bersengat (Apidae: Meliponini) di Cagar Alam Pegunungan Cycloop Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Penelitian ini sebagai penelitian awal tentang lebah tidak bersengat di kawasan tersebut untuk pengembangan yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini ditemukan dua jenis lebah tidak bersengat, yaitu Tetragonula sapiens (Cockerell 1911) dan Heterotrigona (Platytrigona) planifrons (Smith 1865). Studi saat ini menunjukkan catatan distribusi baru untuk T. sapiens dan H. (P.) planifron di Cagar Alam Pegunungan Cycloop , Kabupaten Jayapura, Papua, Indonesia. Data morfometrik lebah tidak bersengat antar dua spesies menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dari 17 karakter morfometrik (P < 0.05) dan memperlihatkan pemisahan kelompok pada Non-metric Multidimentional Scaling (NMDS). Arsitektur sarang T. sapiens lebih beragam dibandingkan H. (P.) planifrons. Tipe lubang sarang T. sapiens yaitu melebar horisontal, elips, oval, ring atau bulat, tidak beraturan dan memanjang vertikal sedangkan pada spesies H. (P.) planifrons hanya memiliki satu tipe lubang sarang yaitu memanjang vertikal. Tetragonula sapiens memiliki tipe susunan sel pengeraman vertical cluster, horizontal cluster dan semi cluster sedangkan H. (P.) planifrons memiliki susunan sel pengeraman vertical comb berlapis. Substrat tempat bersarang T. sapiens didominasi pada substrat berbatu sedangkan H. (P.) planifrons dengan substrat pohon kelapaid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleLebah Tidak Bersengat (Apidae: Meliponini) di Cagar alam Pegunungan Cycloop Kabupaten Jayapura, Papuaid
dc.typeThesisid
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Tesis Lengkap_David WTM.A.pdf
  Restricted Access
Full Text3.24 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.