Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123348
Title: Strategi Pengelolaan Lanskap Wisata di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Jakarta
Authors: Nurhayati, Nurhayati
Susilo Arifin, Hadi
Effendi, Melana
Issue Date: 2023
Publisher: IPB University
Abstract: Fenomena sosial yang terjadi di Jakarta adalah semakin berkurangnya etnis Betawi sebagai penduduk asli Jakarta menyebabkan pelaksanaan kegiatan budaya Betawi sudah jarang ditemukan dan digunakan lagi oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam upaya melestarikan budaya Betawi, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta pada tanggal 15 - 16 Januari 1998 telah menetapkan Kawasan Setu Babakan Kelurahan Srengsengsawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan sebagai Kawasan Perkampungan Budaya Betawi dengan potensi wisata yang beraneka ragam. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta tahun 2010-2030 kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan (PBBSB) berada pada wilayah bagian Selatan DKI Jakarta dalam kategori peruntukan fungsi lindung dan budidaya. Sejak penetapan sebagai Kawasan Perkampungan Budaya Betawi, kawasan Setu Babakan sudah menginisiasi sebagai kawasan pengembangan wisata budaya berkelanjutan. Hanya saja dalam perkembangannya, pengelolaan kawasan tidak optimal. Untuk dapat mengoptimalkan kawasan Setu Babakan dilakukan perumusan masalah dengan pendekatan Pohon Permasalahan/problem tree. Sehingga didapatkan beberapa masalah sebagai dasar dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan di PBBSB secara intensif selama tiga bulan. Pengumpulan data penelitian dengan survei lapangan dan wawancara. Hasil dari pengumpulan data dianalisis untuk empat tujuan, yaitu: memetakan kondisi eksisting, menginventarisasi potensi daya tarik wisata, menghitung daya dukung, dan menyusun strategi pengelolaan kawasan PBBSB. Untuk memetakan kondisi eksisting PBBSB digunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Metode ini dilakukan dengan mengidentifikasi kondisi fisik PBBSB, seperti: iklim, kondisi air, kondisi tanah, bentuk bangunan, tata guna lahan; dan dengan mengidentifikasi kondisi sosial, ekonomi masyarakat, seperti: karakteristik masyarakat, tingkat persepsi, partisipasi, aktivitas kawasan, dan pendapatan. Hasil dari analisis ini berupa pemetaan lanskap yang meliputi aspek fisik dan biofisik; sosial-budaya, dan ekonomi; serta aspek legal. Analisis kualitatif deskriptif juga digunakan untuk mendeskripsikan suatu gambaran yang jelas berkaitan dengan Potensi Wisata PBBSB. Dari analisis ini dihasilkan inventarisasi potensi daya tarik wisata PBBSB. Potensi daya tarik wisata di PBBSB adalah keindahan alam yang dihadirkan oleh Setu dan lingkungan lanskapnya yang nyaman, keberadaan kegiatan yang terkait dengan budaya Betawi, keberadaan makanan dan minuman khas Betawi, dan kesejukan alam dari pepohonan sekitar kawasan. Jenis wisata yang berpotensi dikembangkan meliputi wisata air, wisata budaya, wisata kuliner dan wisata agro. Penghitungan daya dukung dilakukan dengan menggunakan metode pengolahan daya dukung Cifuentes (1992) yang digunakan oleh Sayan dan Atik (2011) untuk menentukan daya dukung wisata di PBBSB. Hasil dari penghitungan nilai daya dukung diperoleh PCC > RCC > ECC = 22.923 > 4.031 > 3.084 menunjukkan bahwa untuk saat ini daya dukung PBBSB memungkinkan kawasan tersebut bergerak menuju kelestarian kawasan cagar budaya Betawi. Analisis SWOT untuk mengidentifikasi setiap kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki PBBSB. Analisis ini menghasilkan beberapa strategi pengelolaan lanskap wisata yang dapat digunakan untuk melestarikan kawasan Kampung Budaya Betawi Setu Babakan. Strategi pengelolaan yang tepat untuk kawasan PBBSB yang berkelanjutan yaitu: mengembangkan potensi Kawasan menjadi Kawasan wisata budaya, wisata air, wisata kuliner, dan wisata agro yang berkelanjutan sesuai dengan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta; mempertahankan nilai-nilai budaya Betawi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, pada kondisi fisik Kawasan, dan saat kegiatan atau event wisata; menetapkan dan mensosialisasikan insentif dan disinsentif dari pengelola kepada masyarakat sekitar dalam rangka menjaga kebersihan kawasan; menjalin kerja sama dengan biro perjalanan wisata agar Kawasan Setu Babakan menjadi bagian dari paket tempat wisata di DKI Jakarta; dan menjalin kerja sama antara pengelola, masyarakat dan pemerintah untuk optimalisasi Kawasan sebagai daerah cagar budaya dan pengelolaan sumber daya di Setu Babakan.
The social phenomenon that occurs in Jakarta is the decreasing number of ethnic Betawi as Jakarta's native population, causing the implementation of Betawi cultural activities to be rarely found and used again by the community and the government. To preserve Betawi culture, the Jakarta Special Capital Region (DKI) Government on January 15-16, 1998 has designated Setu Babakan Area, Srengsengsawah Village, Jagakarsa District, South Jakarta as Betawi Cultural Village Area (PBBSB) with diverse tourism potential. Based on DKI Jakarta Regional Spatial Plan 2010-2030, the PBBSB area is located in the southern part of DKI Jakarta in the category of allotment for protection and cultivation functions. Since its designation as the Betawi Cultural Village Area, the Setu Babakan area has been initiated as a sustainable cultural tourism development area. It's just that in its development, the management of the area is not optimal. In order to optimize the Setu Babakan area, problem formulation is carried out using the problem tree approach. So that there are several problems as the basis for this research. This research was carried out at PBBSB intensively for three months. Research data collection was carried out by field surveys and interviews. The results of data collection are analyzed for several purposes: mapping existing conditions, inventorying potential tourist attractions, calculating carrying capacity, and developing a management strategy for the PBBSB area. To mapping the existing condition of PBBSB used descriptive qualitative analysis method. This method is carried out by identifying the physical conditions of PBBSB, such as: climate, water conditions, soil conditions, building forms, land use; and by identifying the social and economic conditions of the community, such as: community characteristics, level of perception, participation, regional activity, and income. The results of this analysis are in the form of landscape mapping which includes physical and biophysical aspects; socio-cultural, economic; and legal aspects. Descriptive qualitative analysis also used to describe a clear picture related to PBBSB Tourism Potential. From this analysis, an inventory of the potential tourist attractions of PBBSB was produced. The potential tourist attraction at PBBSB is the natural beauty presented by Setu and its comfortable landscape environment, the existence of activities related to Betawi culture, the existence of Betawi food and drinks, and the natural coolness of the trees around the area. Types of tourism that have the potential to be developed include water tourism, cultural tourism, culinary tourism and agro tourism. The calculation of carrying capacity is carried out using the carrying capacity processing method of Cifuentes (1992) used by Sayan and Atik (2011) to determine the carrying capacity of tourism in PBBSB. The results of calculating the carrying capacity value obtained PCC > RCC > ECC = 22,923 > 4,031 > 3,084 indicating that for now the carrying capacity of PBBSB allows the area to move towards the preservation of the Betawi cultural heritage area. SWOT analysis to identify every strength, weakness, opportunity and threat that PBBSB has to produce several tourism landscape management strategies that can be used to preserve the Setu Babakan Betawi Cultural Village area. The appropriate management strategy for the sustainable PBBSB area is: developing the potential of the area to become a sustainable cultural tourism, water tourism, culinary tourism, and agro tourism area in accordance with the DKI Jakarta Provincial Government policy; maintaining Betawi cultural values in people's daily lives, in the physical condition of the area, and during tourism activities or events; establish and disseminate incentives and disincentives from the management to the surrounding community in order to maintain the cleanliness of the area; cooperate with travel agents to making the Setu Babakan Area becomes part of the package of tourist attractions in DKI Jakarta; and establish cooperation between management, communities and government to optimize area as a cultural heritage area and manage resources in Setu Babakan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123348
Appears in Collections:MT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover4.13 MBAdobe PDFView/Open
A451190021_Melana Effendi.pdf
  Restricted Access
Fulltext5.91 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.69 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.