Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123181
Title: Strategi Pengembangan Sapi Potong Berbasis Karakteristik Spesifik Lingkungan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah
Authors: Priyanto, Rudy
Salundik, Salundik
Yani, Ahmad
Abdullah, Luki
Adrial, Adrial
Issue Date: Jul-2023
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Citation: Adrial. 2003. Strategi Pengembangan Sapi Potong Berbasis Karakteristik Spesifik Lingkungan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah. [Disetasi]. IPB University. Bogor.
Abstract: Karakteristik lingkungan lahan gambut Kalimantan Tengah dengan kondisi iklim yang panas dan lembab, serta karakteristik tanah gambut yang masam, kurang subur dan miskin mineral merupakan permasalahan lingkungan yang berpotensi menimbulkan cekaman panas dan defisiensi nutrien pada sapi potong. Cekaman panas dan defisiensi nutrien merupakan permasalahan lingkungan yang berdampak langsung pada kenyamanan, kesehatan, dan produktivitas ternak. Penelitian ini bertujuan merumuskan strategi pengembangan populasi sapi potong sesuai kondisi lingkungan mikroklimat dan karakteristik spesifik tanah gambut di Kalimantan Tengah. Tujuan spesifik dari penelitian ini adalah: 1) mengevaluasi kondisi lingkungan mikroklimat kandang dan kandungan mineral tanah gambut, serta pengaruhnya terhadap respon fisiologis, kecukupan nutrien dan produktivitas sapi potong, 2) mengkaji pengaruh modifikasi lingkungan mikroklimat dan manajemen pakan terhadap respon fisiologis dan produktivitas sapi potong, 3) merumuskan strategi peningkatan populasi sapi potong sesuai karakteristik lingkungan lahan gambut. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, menggunakan metode observasi dan eksperimental riset. Data kondisi eksisting mikroklimat dari 41 unit kandang dan parameter fisiologis sapi dikumpulkan pagi, siang dan sore hari. Pengukuran respon fisiologis menggunakan 313 ekor sapi, terdiri atas 179 ekor sapi bali dan 134 ekor sapi silangan. Sebanyak 4 sampel tanah, 6 sampel hijuan pakan, dan 167 sampel darah digunakan untuk mengevaluasi kandungan mineral tanah, hijauan pakan dan serum darah sapi. Pengumpulan data konsumsi pakan melibatkan 216 ekor sapi, terdiri atas 149 ekor sapi bali dan 112 ekor sapi silangan. Data performa produksi diperoleh melalui pengukuran dan penimbangan pada 313 ekor sapi potong yang terdiri atas 170 ekor sapi bali dan 133 ekor sapi silangan. Data kinerja reproduksi diperoleh melalui wawancara langsung dengan 39 orang peternak, dengan jumlah induk yang dilibatkan 116 ekor, terdiri atas 57 ekor sapi bali dan 59 ekor sapi silangan. Penelitian eksperimental riset melibatkan 5 unit kandang dan 49 ekor sapi potong terdiri atas 26 ekor sapi bali dan 23 ekor sapi silangan dengan status fisiologis induk bunting, induk menyusui dan pedet. Modifikasi kandang dilakuan pada bahan, tipe dan ketinggian atap, sedangkan modifikasi lingkungan sekitar kandang dilakukan melalui penataan vegetasi. Perbaikan manajemen pakan dilakukan melalui pengayaan protein, energi dan mineral kaya kalsium. Pengumpulan data untuk penyusunan model dinamik dilakukan berdasarkan data kondisi eksisting, data ekperimental riset dan data sekunder dari instansi terkait. Penyusunan model pengembangan menggunakan pendekatan sistem dinamik. Hasil penelitian menemukan kondisi mikroklimat kandang tidak berada pada zona nyaman yang dibutuhkan ternak. THI (indeks suhu dan kelembaban) dalam kandang pada pagi, siang dan sore hari berturut-turut adalah 78,99, 87,08 dan 83,08. Kondisi ini berdampak pada respon fisiologis ternak, yang menunjukkan bahwa sapi menderita cekaman panas dengan level stress ringan sampai sedang. Suhu rektal, denyut jantung dan frekuensi napas sapi berturut-turut sebagai berikut: 38,05-39,12 oC, 72,60-101,91 detak menit-1, dan 25,80-53,18 nafas menit-1. Sapi silangan lebih rentan terhadap cekaman panas dibandingkan dengan sapi bali. Nilai HTC (koefisien toleransi panas) sapi silangan dan sapi bali berturut-turut adalah 2,44-3,01 dan 2,24-2,80. Pedet dan induk bunting merupakan kelompok yang paling rentan terhadap cekaman panas. Nilai HTC pedet, sapi muda, induk bunting, induk menyusui dan induk kosong berturut-turut sebagai berikut: 2,45-3,08, 2,23-2,69, 2,46-3,18, 2,32-2,94, dan 2,24-2,62. Kandungan mineral Ca (kalsium), dan Cu (tembaga) dalam tanah gambut sangat rendah, sehingga kandungan mineral tersebut dalam hijauan pakan dan serum darah sapi juga rendah. Rataan kandungan mineral Ca dan Cu dalam tanah, hijauan pakan dan serum darah berturut-turut sebagai berikut: 64 ppm dan 21,50 ppm; 0,07 % dan 3,72 ppm; 2,50 mg dL-1 dan 0,16 μg mL-1. Cekaman panas dan defisiensi mineral berdampak pada rendahnya performa produksi pedet dan performa reproduksi induk. Panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, tinggi pinggul dan bobot badan pedet sapi bali dan sapi silangan berturut-turut sebagai berikut: 75,5-77,9 cm, 92,9-96,3 cm, 80,6-84,2 cm, 82,7-85,7 cm, dan 60,5-67,2 kg; 91,6-93,3 cm, 109,7-114,6 cm, 96,6-98,3 cm, 97,8-99,0 cm, dan 102,3-113,7 kg. Umur pubertas, estrus postpartum, calving interval dan angka kelahiran sapi bali dan silangan berturut-turut sebagai berikut: 25,86 bulan, 70,72 hari, 455,68 hari, dan 43,55 %; 30,78 bulan, 84,73 hari, 552,88 hari, dan 40,62 %. Modifikasi mikroklimat berdampak signifikan pada penurunan THI kandang dan level cekaman panas yang dialami sapi potong. Kondisi THI dalam kandang setelah perlakuan berada pada level waspada sampai bahaya, dengan nilai THI pada pagi, siang, dan sore hari berturut-turut adalah 78,07, 82,02, dan 78,04. Tingkat cekaman panas yang dirasakan sapi berada pada level ringan, dengan suhu rektal, denyut jantung dan frekuensi napas berturut-turut sekitar 38,30-38,71 oC, 76,54-92,70 detak menit-1, 25,93-39,08 nafas menit-1. Perbaikan mikroklimat dan manajemen pakan berdampak signifikan pada peningkatan performa produksi dan reproduksi induk, serta performa produksi pedet umur 3 bulan. Induk bunting yang diberi perlakuan mampu mempertahankan dan mengembalikan kondisi tubuhnya dengan cepat setelah melahirkan. Estrus postpartum, days open, calving interval, dan bobot lahir pedet sapi bali dan silangan setelah perlakuan berturut-turut sebagai berikut; 55,70 hari, 94,90 hari, 373,50 hari, dan 14,39 kg; 70,33 hari, 129,44 hari, 410,44 hari, dan 34,22 kg. Rataan panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, tinggi pinggul dan bobot badan pedet sapi bali dan silangan setelah perlakuan berturut-turut adalah: 74,10 cm, 87,20 cm, 78,80 cm, 80,60 cm, dan 51,35 kg; 86,33 cm, 106,67 cm, 91,78 cm, 94,00 cm, dan 89,62 kg. Lambatnya perkembangan populasi sapi potong di lahan gambut Kabupaten Pulang Pisau dipengaruhi oleh; 1) rendahnya performa reproduksi induk, 2) tingginya angka kematian dan afkir, serta 3) penjualan ternak yang tidak terkendali. Proyeksi pertumbuhan populasi dalam kurun waktu 2020-2035 pada kondisi eksisting hanya sebesar 7,23 % tahun-1. Proyeksi pertumbuhan ini bisa meningkat hingga 16,06 %-23,3 % tahun-1 melalui penerapan strategi yang tepat. Strategi pengembangan yang direkomendasikan antara lain; 1) peningkatan performa reproduksi sapi betina, 2) penurunan angka kematian, 3) penurunan angka afkir betina produktif, serta 4) pengendalian pemasukan dan pengeluaran ternak dari populasi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/123181
Appears in Collections:DT - Animal Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover359.12 kBAdobe PDFView/Open
D161190051_ADRIAL.pdf
  Restricted Access
Full teks1.78 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran857.16 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.