Uji Pertumbuhan dan Strategi Restorasi Gambut dengan Jenis-Jenis Asli

Abstract

Ekosistem gambut di Kabupaten Kotawaringin Barat (KKB) terdegradasi akibat drainase buatan, kebakaran hutan dan lahan, penggundulan hutan, dan konversi lahan ke pertanian atau perkebunan. Sifat tanah gambut yang memburuk akibat degradasi menghambat revegetasi secara alami sehingga perlu intervensi manusia. Pemilihan media tanam untuk penyiapan bibit berkualitas dari jenis asli ekosistem gambut seperti Dyera polyphylla dan Shorea balangeran dapat mendukung keberhasilan revegetasi. Selain itu, kajian implementasi kebijakan penggunaan jenis asli juga diperlukan untuk mendukung keberhasilan restorasi. Penilitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh penambahan cocopeat, kompos, atau arang sekam terhadap karakteristik tanah gambut terdegradasi sebagai media tanam; 2) mengkaji respon pertumbuhan bibit D. polyphylla dan S. balangeran terhadap perbedaan media tanam; 3) menganalisis isi teks kebijakan terkait restorasi gambut menggunakan jenis tanaman asli; 4) menganalisis efektivitas implementasi kebijakan tersebut di KKB; dan 5) merumuskan strategi mendorong efektivitas implementasi kebijakan tersebut di KKB. Uji pertumbuhan dilakukan pada masing-masing jenis bibit menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu faktor (jenis media tanam) dan 4 taraf (gambut saprik 100% (M1); gambut 70% + cocopeat 30% (M2); gambut 70% + kompos 30% (M3); dan gambut 70% + arang sekam 30% (M4)). Kajian implementasi kebijakan restorasi gambut dengan jenis asli menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menganalisis isi kebijakan (PP No.57 tahun 2016 jo PP No.71 tahun 2014 dan P No.16 tahun 2017), menganalisis implementasi kebijakan Grindle, dan merumuskan strategi opsi peningkatan efektifitas implementasi kebijakan terkait. Hasil penelitian menunjukkan penambahan cocopeat atau kompos atau arang sekam dapat memperbaiki karakteristik kimia media tanah gambut terdegradasi terutama untuk meningkatkan pH, kadar abu, kejenuhan basa, serta kandungan unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg. Respon pertumbuhan bibit menunjukkan rerata indeks kualitas D. polyphylla pada M1, M2, M3, dan M4 secara berturut-turut yaitu 0,32; 0,29; 0,46; dan 0,31 sedangkan untuk S. balangeran 0,15; 0,10; 0,09; dan 0,12. Media tanam terbaik untuk D. Polyphylla adalah media gambut saprik + kompos (M3), sedangkan pada bibit S. balangeran adalah media gambut saprik (M1). Hasil analisis menunjukkan kebijakan restorasi gambut, diketahui adanya ketidaksesuaian teks kebijakan dengan implementasinya di KKB seperti adanya perbedaan pemahaman tentang makna kegiatan restorasi antar pelaksana, belum semua penanggung jawab merestorasi kawasannya yang rusak, adanya tahapan pemeliharaan vegetasi yang berpedoman dari kebijakan lain, dan tidak berjalannya pengawasan progress restorasi gambut yang berada di luar kawasan konsesi. Implementasi kebijakan restorasi gambut dinilai belum efektif karena program aksi dalam upaya restorasi gambut terdegradasi belum menunjukkan perubahan ekosistem ke arah lebih baik dan belum semua kelompok masyarakat sasaran melaksanakan program secara berkelanjutan. Strategi yang bisa diterapkan untuk meningkatkan efektivitas implementasi kebijakan restorasi dengan jenis asli ekosistem gambut di KKB sesuai hambatan-hambatan selama proses implementasi, meliputi: 1. penetapan peratutan turunan yang berkaitan dengan teknis silvikultur untuk kegiatan penanaman dalam upaya restorasi gambut sebagai pedoman bagi penanggung jawab maupun pelaksana restorasi, 2. penyelenggaraan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat sekitar ekosistem gambut dengan tema-tema yang mendukung keberhasilan penanaman untuk restorasi gambut, seperti teknik pembibitan dan pengelolaan lahan ramah gambut, dan 3. penyediaan pasar dan alur pemasaran hasil dari komoditas jenis asli ekosistem gambut oleh pemerintah.

Peat ecosystems in West Kotawaringin Regency (KKB) are degraded due to artificial drainage, forest and land fires, deforestation, and land conversion to agriculture or plantations. Deteriorating peat soil properties due to degradation inhibit natural revegetation, requiring human intervention. For selection of growing media for the preparation of quality seeds from native species of peat ecosystems such as Dyera polyphylla and Shorea balangeran can support the success of revegetation. In addition, a study on implementing the policy on the use of native species is also needed to support the success of the restoration. This research aims to: 1) determine the effect of cocopeat, compost, or biochar addition on the characteristics of degraded peat soil as a growing media; 2) examine the growth response of D. polyphylla and S. balangeran seedlings to various planting media; 3) analyze the contents of the policy text related to peat ecosystem restoration using native plant species; 4) analyze the effectiveness of the policy implementation in the KKB; and 5) formulate a strategy to encourage the effectiveness of the policy implementation in KKB. The experiment of growth test was carried out using a completely randomized design with one factor, growing media (100% peat as M1 (control); 70% peat + 30% cocopeat as M2; 70% peat + 30% compost as M3; and 70% peat + biochar 30% as M4). The study of the implementation of peat ecosystem restoration policies with native species uses a qualitative descriptive approach to analyze policy content of government regulation (Peraturan Pemerintah, PP) no. 57 (2016) addendum of PP No. 71 (2014), and regulation of Ministry Environment and Forestry (MoEF) No. 16 (2017), analyze policy implementation Grindle, and formulate strategy options to increase the effectiveness of related policy implementation. The results showed that addition of cocopeat or compost or biochar could improve the chemical characteristics of degraded peat soil media; and significantly increased pH, ash content, base saturation, and nutrient content of N, P, K, Ca, and Mg. Seedling growth response showed an average quality index of D. polyphylla at M1, M2, M3, and M4, respectively, namely 0.32; 0.29; 0.46; and 0.31, while for S. balangeran 0.15; 0.10; 0.09; and 0.12. The growing media for the best quality for D. polyphylla was M3, while for S. balangeran was M1. The results of this analysis of peat ecosystem restoration policies, clearly showed that there is a discrepancy between the policy and its implementation in the KKB, such as differences in understanding of the meaning of restoration activities between implementers, not all stakeholders restored the degraded peatlands, the existence of guidance from another policy providing different stages on vegetation maintenance, and un-implemented monitoring system of the progress of peat ecosystem restoration outside the concession area. Implementing the peat ecosystem restoration policy is considered ineffective because the action program to restore degraded peat ecosystems has not shown a better changes in the ecosystem, and not all target community groups implemented the program sustainably. Strategies that can be implemented to increase the effectiveness of the implementation of restoration policies with native species in KKB are adjusted to the obstacles mentioned, including: 1. stipulation of regulations regarding silvicultural techniques for planting activities in peat restoration 2. provide training on nursery techniques and management of peat-friendly land, and 3. provision of markets and marketing channels for products from native peat ecosystem types by the government.