Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122740
Title: Profil Genetik Banteng Jawa di Taman Nasional di Pulau Jawa Dalam Upaya Mendukung Konservasi Banteng di Indonesia
Authors: Solihin, Dedy Duryadi
Alikodra, Hadi Sukadi
Jakaria
Rianti, Puji
Handayani
Keywords: Bogor Agricultural University (IPB)
Issue Date: 2023
Publisher: IPB University
Abstract: Spesies satwa liar berkuku genap yang dikenal sebagai banteng (Bos javanicus d'Alton 1832) adalah anggota keluarga mamalia ruminansia. Banteng termasuk dalam genus mamalia, famili Bovidae, dan subfamili Bovinae dengan genus Bos dan spesies Bos javanicus d'Alton 1832. Secara taksonomi banteng dibagi menjadi tiga subspesies berdasarkan distribusi geografisnya yaitu B. j. javanicus di Jawa dan Bali, B. j. lowi di Kalimantan, B. j. birmanicus di daratan Asia. Banteng Jawa sekarang ini hanya dapat ditemukan di kawasan konservasi alam seperti Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Taman Nasional Baluran (TNB), Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), dan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). TNUK dan TNB adalah tempat tinggal bagi 500 ekor banteng dari total populasi sekitar 1.000 ekor di Jawa. Setiap tahun populasi satwa ini mengalami pengurangan yang sangat cepat karena konversi lahan, kerusakan habitat, perburuan, sehingga menjadi ancaman serius bagi kelestarian populasi banteng. Populasi banteng di Pulau Jawa juga terancam oleh predasi ajag (Cuon alpinus) dan di habitat aslinya tidak lagi lebih dari 500 individu. Perkembangan pendekatan konservasi genetik telah sukses dalam menyelamatkan berbagai hewan yang terancam punah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan informasi genetik yang diperlukan dalam manajemen konservasi maupun sebagai wawasan baru untuk kepentingan konservasi banteng selanjutnya. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) untuk mendapatkan pemodelan spasial distribusi banteng Jawa dan memprediksi peta kesesuaian habitat dari variabel lingkungan yang mempengaruhi keberadaan banteng Jawa di TNUK, 2)Menganalisis sexing individu banteng Jawa yang terdapat di TNUK, 3) Mendapatkan profil genetik individu banteng Jawa berdasarkan marka mitokondria yaitu gen Cytochrome b baik banteng yang terdapat di TNB, TNMB, TNAP maupun di TNUK yang ditemukan. Upaya konservasi banteng jawa memerlukan informasi tentang distribusi habitat banteng serta pemodelan spasial. Data yang telah ada tidak cukup hanya pada studi tentang penggunaan habitat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya saja, sehingga diperlukan data yang lebih mendalam. Pemodelan Entropi Maksimum (MaxEnt) memungkinkan identifikasi penggunaan habitat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan demikian dapat diketahui kaitan yang mempengaruhi distribusi dan penyebaran habitat banteng. Banteng Jawa dipengaruhi oleh ketinggian, kelerengan serta tutupan lahan. Hal ini terlihat bahwa pada ketinggian 45 mdpl persentase keberadaannya 95 %, dan grafik keberadaan banteng akan menurun pada ketinggian diatas 45 mdpl dan bahkan pada ketinggian 200 mdpl tidak terlihat lagi (0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa banteng Jawa tidak menyukai atau tidak memilih tempat dengan ketinggian berkisar 200 - 625 mdpl. Banteng Jawa lebih menyukai daerah yang datar berkaitan dengan lokasi padang pengembalaan yang berada di areal datar dan terbuka. Rasio jenis kelamin yang seimbang dalam populasi kecil merupakan hal penting untuk pengelolaan dan konservasi spesies yang terancam (endanger). Keberhasilan identifikasi jenis kelamin akan berkontribusi pada keberhasilan upaya mempertahankan keseimbangan populasi. Dengan berbasis jenis sampel non-invasif (feces) dan menggunakan penanda molekuler merupakan cara akurat dalam penentuan jenis kelamin populasi alami belakangan ini. Informasi rasio jenis kelamin tersebut penting untuk pengelolaan banteng di areal konservasi terutama tentang perkiraan perkembangan populasi dimasa akan datang. Amplifikasi PCR dari lokus spesifik jenis kelamin merupakan metode yang paling umum digunakan pada sexing molekuler. Hasil identifikasi jenis kelamin yang dilakukan pada penelitian ini, mampu memilah dengan jelas individu jantan dan betina dari seluruh sampel yang dianalisis. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa jumlah sampel yang telah teramplifikasi berjumlah 39 sampel, diperoleh 22 sampel menunjukkan jantan dan 17 sampel menunjukkan betina dengan sex rasio 1,29. Genom mitokondria telah terbukti memiliki kemampuan memberikan informasi penting untuk analisis filogenetik dan biologi evolusi, serta DNA mitokondria digunakan untuk mengenali antarspesies dan intraspesies makhluk yang terkait erat. Namun penelitian profil genetika khususnya banteng yang berada di Indonesia (Jawa dan Kalimantan) masih sangat sedikit dan belum lengkap. Pada penelitian ini informasi keragaman genetik banteng Jawa berdasarkan “gen cyt b utuh” dengan ukuran panjang sekuen yang diperoleh (1118 bp hampir mendekati 1140 bp) menunjukkan bahwa Keragaman genetik banteng Jawa di ke-empat Taman Nasional di pulau Jawa (TNUK, TNB, TNAP, dan TNMB) terkelompokan menjadi 3 kelompok/cluster yaitu kelompok pertama adalah individu berasal dari TNUK, TNAP dan individu Standar GenBank AY689188; kelompok kedua yaitu individu berasal dari TNB dan anak banteng yang ada di captive breeding/penangkaran TNB. Kelompok ketiga adalah banteng Jawa yang berada di TNMB. Banteng Jawa secara jelas terpisah dengan banteng Borneo dengan jarak genetik 5,5 – 6,0 %. Hal ini menunjukan bahwa banteng Borneo sudah bukan lagi sub-spesies banteng Jawa tetapi sudah merupakan spesies terpisah. Dengan jarak genetik antar individu di ke-empat Taman Nasional di Pulau Jawa relative kecil yaitu hanyalah berkisar dari 0,0% – 0,12%. Ragam haplotipe banteng Jawa hanya 3 haplotipe. Upaya konservasi dengan memperhatikan konektivitas antara kawasan konservasi, antar berbagai ekosistem, dan menggabungkan bidang atau fragmen (patch) hutan yang tersisa di sekitarnya sangat penting dilakukan sehingga dapat menjadi pertimbangan perlindungan pada kawasan yang memiliki kesesuaian habitat tinggi bagi banteng Jawa di Pulau Jawa, baik di dalam kawasan konservasi maupun di luar kawasan konservasi. Strategi konservasi banteng di TN hendaknya melibatkan para pihak (stakeholders) yang terkait konflik dan berkepentingan dengan langkah pendekatan kolaboratif sehingga langgeng (sustainable) dan aman. Serta penggunaan Assisted Reproductive Technology (ART) dapat diintegrasikan untuk percepatan peningkatan populasi maupun konservasi insitu.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122740
Appears in Collections:DT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover_Handayani BSH-signed (2)-signed.pdf
  Restricted Access
Cover401.52 kBAdobe PDFView/Open
Fullteks_Handayani BSH-signed (2)-signed.pdf
  Restricted Access
Fullteks1.8 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.