Revitalisasi Sumber Pakan Lokal: Evaluasi Potensi Larva dan Frass Black Soldier Fly dari Produk Samping Perkebunan

Abstract

Revitalisasi pakan lokal bertujuan mengoptimalkan sumber daya pakan lokal sebagai pakan ternak berkualitas dan berkelanjutan. Di Indonesia, pod kakao dan pelepah sawit merupakan produk samping perkebunan yang kuantitasnya tinggi. Meskipun memiliki potensi sebagai pakan murah dan berkelanjutan, kandungan lignoselulosa tinggi membuat kecernaannya rendah. Oleh karena itu, diperlukan teknologi biokonversi menggunakan jamur pelapuk putih dan larva black soldier fly (BSF). Jamur pelapuk putih dan larva BSF dapat mendegradasi serat dengan enzim yang dihasilkannya. Integrasi dengan produk samping perkebunan berkontribusi pada penyediaan pakan dan pemanfaatan hasil samping organik yang berkelanjutan. Penelitian ini terdiri dari empat tahapan. Tahap pertama adalah evaluasi pengaruh media organik terhadap pertumbuhan dan nutrien larva BSF menggunakan pendekatan meta-analisis. Studi ini menunjukkan bahwa larva BSF yang dipelihara pada kelompok media sisa pakan ternak memiliki pertumbuhan paling cepat dan kandungan asam lemak tak jenuh ganda tertinggi dibandingkan dengan larva BSF yang dipelihara pada kelompok media sisa makanan, feses, dan lainnya. Meskipun begitu, tingkat kelangsungan hidup larva pada semua kelompok media cenderung tetap baik, yaitu >70%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa larva BSF mampu hidup dan melakukan biokonversi terhadap medianya meskipunberimplikasi pada performa dan nutrien tubuh larva yang berubah. Tahap kedua melibatkan pengujian pod kakao dan pelepah sawit yang difermentasi dengan tiga jamur pelapuk putih (Phanerochaete chrysosporium, Trametes versicolor, dan Pleurotus sajor-caju) sebagai media larva BSF. Hasil menunjukkan bahwa media pod kakao yang difermentasi dengan jamur T. versicolor, baik dengan ada dan tidaknya cahaya, menghasilkan biomassa larva BSF yang terbesar dalam waktu tercepat dibandingkan dengan semua perlakuan media dan kontrol. Media pod kakao yang difermentasi dengan jamur P. chrysosporium menghasilkan larva BSF dengan kualitas asam lemak terbaik, yaitu kaya poly-unsaturated fatty acid (PUFA). Sisa media (frass pod kakao) mengalami penurunan nilai lignin dan peningkatan protein kasar yang diduga merupakan akumulasi sisa protein kasar dari media, amonia, dan larva-larva mati. Tahap ketiga berupa pengujian dua jenis frass (frass pod kakao terfermentasi T. versicolor dan P. chrysosporium) sebagai kandidat pakan sumber serat ruminansia. Analisis secara in vitro dilakukan untuk melihat efek ransum mengandung kedua frass pod kakao pada level 0%, 15%, dan 30%. Penelitian ini menunjukkan bahwa substitusi 15% frass pod kakao-P. chrysosporium dan frass pod kakao-T. versicolor tidak memengaruhi produksi gas, konsentrasi metan, jumlah protozoa, nilai volatile fatty acid, dan kondisi lingkungan rumen. Tahap terakhir adalah pengujian lanjut terkait performa produksi, hematologi, fermentabilitas, dan profil metabolit serum kambing yang diberi ransum mengandung 15% pod kakao-P. chrysosporium. Hasilnya menunjukkan bahwa ransum mengandung 15% frass pod kakao-P. chrysosporium tidak memiliki efek negatif terhadap performa produksi, profil hematologi kambing, dan metabolisme nutrien di dalam tubuh ternak. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa biokonversi menggunakan larva BSF dan jamur pelapuk putih dapat menurunkan kandungan lignin serta meningkatkan protein kasar pada media hasil samping perkebunan, terutama pada pod kakao. Hasil biokonversi berupa frass pod kakao-P. chrysosporium dapat menjadi kandidat pakan sumber serat ruminansia yang tidak memberikan efek negatif terhadap ternak dan aman digunakan. Metode biokonversi ini juga menghasilkan larva BSF yang kaya akan asam lemak tak jenuh.

The revitalization of local feed aimed to optimize the utilization of local feed resources as quality and sustainable animal feed. In Indonesia, cocoa pods and oil palm fronds are abundant crop residues of plantations. Although they have the potential as cheap and sustainable feed, their high lignocellulosic content results in low digestibility. Therefore, bioconversion technologies utilizing white rot fungi and black soldier fly (BSF) larvae are needed. White rot fungi and BSF larvae can degrade fiber with their produced enzymes. Integration with crop residues contributes to the provision of feed and utilization of sustainable organic crop residue. This research consisted of four stages. The first stage was the evaluation of the influence of organic media on the growth and nutrient content of BSF larvae using a meta-analysis approach. The study revealed that BSF larvae reared on leftover animal feed media exhibited the fastest growth and the highest content of polyunsaturated fatty acids compared to larvae reared on leftover food, feces, and other media. However, the larval survival rate in all media groups remained good, i.e., >70%. These results indicate that BSF larvae can survive and perform bioconversion on the media, but it affects the nutrient and performance of the larvae. The second stage involved testing cocoa pods and oil palm fronds fermented with three kinds of white rot fungi (Phanerochaete chrysosporium, Trametesversicolor, and Pleurotus sajor-caju) as media for BSF larvae. The results showed that cocoa pod media fermented with Trametes versicolor, both with and without light, produced the largest larvae biomass in the shortest time compared to all other media treatments and the control. Cocoa pod media fermented with P. chrysosporium produced BSF larvae with the best fatty acid quality, particularly rich in polyunsaturated fatty acids (PUFAs). The residual media (cocoa pod frass) experienced a decrease in lignin content and an increase in crude protein, which is believed to be an accumulation of residual crude protein from the media, ammonia, and dead larvae. The third stage involved evaluating the two frass types (fermented cocoa pod frass with T. versicolor and P. chrysosporium) as potential sources of fiber for ruminant feed. In vitro analysis was conducted to assess the effect of rations containing both cocoa pod frass types at levels of 0%, 15%, and 30%. This research showed that ration containing 15% cocoa pod frass with P. chrysosporium and cocoa pod frass with T. versicolor did not affect gas production, methane concentration, protozoa total, volatile fatty acid values, and the rumen environment. The final stage was the advanced evaluation of production performance, hematology, fermentability, and serum metabolite profiles of goats fed rations containing 15% cocoa pod frass with P. chrysosporium. The results showed that rations containing 15% cocoa pod frass with P. chrysosporium did not have any negative effects on production performance, goat hematology profiles, and nutrient metabolism in the animal's body. Overall, this research demonstrates that bioconversion using BSF larvae and white rot fungi can reduce lignin content and increase crude protein in crop residue media, especially in cocoa pods. The resulting bioconversion product, cocoa pod frass with P. chrysosporium, can be a potential source of ruminant fiber feed that does not have negative effects on animals and is safe to use. This bioconversion method also produces BSF larvae rich in PUFA.