Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122415
Title: Pengaruh pemanfaatan mulsa sisa tanaman untuk menanggulangi kekurangan air pada pertanian lahan kering
Authors: Sinukaban, Naik
Arsyad, Sitanala
Pawitan, Hidayat
Suwardjo
Wiganda, Sudradjat
Issue Date: 1994
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Pada pertanian lahan kering produksi tanaman dibatasi oleh tidak cukupnya persediaan air, dan evaporasi air tanah adalah faktor utama yang menyebabkan keadaan terbatasnya air tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa dapat mengurangi evaporasi air tanah. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh beberapa jenis dan dosis mulsa dalam menekan evaporasi pada beberapa tingkat evaporasi potensial. Percobaan dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Tanah Bogor dan di lapangan di Desa Patuk, Gunung Kidul, D. I. Yogyakarta dari bulan Juni 1992 s/d Juni 1993. Rancangan petak terpisah digunakan dalam percobaan di laboratorium. Evaporasi potensial 3, 6, 9 dan 12 mm/hari dipakai sebagai petak utama, jenis mulsa jagung, gliricidia dan akar wangi sebagai anak petak dan dosis mulsa 0, 3, 6, 9 dan 12 ton/ha sebagai anak-anak petak. Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 180 satuan percobaan. Percobaan menggunakan kolom-kolom tanah dalam tabung pvc yang berdiameter 10,5 cm dan tinggi 61 cm, yang kemudian diletakan secara melingkar di atas meja putar yang bentuknya bundar. Meja putar mempunyai kecepatan 0,9 putaran per menit. Tanah yang digunakan bertekstur liat. Pada awal percobaan kadar air tanah dibuat dalam keadaan kapasitas lapang. Percobaan lapangan menggunakan enam jenis mulsa yaitu padi, jagung, gliricidia, flemingia, guatemala dan akar wangi dengan dosis enam ton/ha dan satu perlakuan tanah terbuka. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok diulang tiga kali, sehingga terdapat 21 satuan percobaan. Ukuran petak 3m x 5m. Percobaan ini dilaksanakan tanpa tanaman. Dalam penelitian laboratorium, tingkat-tingkat evaporasi potensial di atas diperoleh dengan cara mengatur jumlah dan ketinggian lampu pijar 150 Watt di atas kolom-kolom tanah. Ternyata peningkatan eva porasi poten sial meningkatkan laju evaporasi tanah dalam keadaan kapasitas lapang, baik pada tanah terbuka maupun pada perlakuan mulsa. Namun demikian, pemakaian mulsa dapat menurunkan laju evaporasi tersebut. Untuk menekan laju evapo rasi tanah dalam keadaan kapasitas lapang diperlukan dosis 3 ton/ha pada evaporasi potensial 3 mm/hari, dan 9 ton/ha pada evaporasi potensial 6 - 12 mm/hari. Pada evaporasi potensial rendah < 6 mm/hari jenis mulsa tidak berpengaruh pada evaporasi, sedangkan pada evaporasi potensial 9 mm/hari jenis mulsa mempunyai efektivitas yang berbeda untuk menekan laju evaporasi. Akar wangi dan jagung lebih efektif menekan laju evaporasi dari pada gliricidia pada evaporasi potensial 9 mm/hari, sedangkan pada evaporasi potensial 12 mm/hari gliricidia adalah mulsa yang paling efektif diikuti oleh akar wangi dan jagung. Laju evaporasi pada mulsa jagung, gliricidia dan akar wangi secara berturut-turut adalah 3,21, 3,69 dan 2,94 mm/ hari pada evaporasi potensial 9 mm/hari dan 4,50, 3,39 dan 3,98 mm /hari pada evaporasi potensial 12 mm/hari. ...
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/122415
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
1994SWI.pdf
  Restricted Access
Fulltext3.05 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.