Kajian pemberian jerami padi pada tanah sawah yang di tanami dua varietas padi terhadap emisi metana

Abstract

Metana adalah salah satu Gas Rumah Kaea (GRK) yang penting disamping co2, CFC dan N2o yang mempengaruhi pemanasan atmosfer bumi. Metana sebagian besar dihasil­kan dari tanah sawah yang mencapai 20 % ( 25 sampai 170 juta ton pertahun) dari 525 juta ton per tahun total emisi metana. Besarnya emisi metana dari tanah sawah karena tanah sawah intensif digenangi dan tersedia cukup banyak bahan organik, sehingga terjadi fermentasi bahan organik dalam suasana anaerobik yang menghasilkan metana dan gas lainnya. Metana akan keluar ke atmosfer melalui tanaman, gelembung dan difusi. Banyak faktor yang mempengaruhi produksi dan emisi metana diantaranya jenis dan jumlah bahan organik, suhu, sifat kimia dan fisik tanah, dan teknik budidaya padi sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur emisi metana di sawah, sebagai akibat penambahan jerami padi pada berbagai dosis bahan jerami padi dan pertanaman padi dengan varietas yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Bali ttan Sukamandi dari mulai tanggal 9 Maret sampai 9 Agustus 1993. Jenis tanah Aerie Tropaqualf (Hidromorf Kelabu) yang intensif ditanami padi sejak tahun 1968. Daerah penelitian memiliki tipe iklim C dan D menurut Schmidt dan Fergusson. Luas lahan yang digunakan 300 m2 dibagi menjadi 24 petak dan masing-masing berukuran 3 x 4 m.Jerami padi diberikan 5 ton dalam bentuk abu, serta 2, 5, 5 dan 7, 5 ton per hektar dalam keadaan segar dan diberikan dua minggu sebelum tanam. Pada setiap petak ditanami padi varietas IR-64 dan cisadane. Metana dari sawah diambil dengan menggunakan sungkup dan syringe pada waktu o, 31 61 9 dan 12 menit setelah disungkup. Pengam­bilan metana dilakukan pada siang hari pada pukul 13.00- 14.30 setiap minggu pada semua perlakuan. Sampel metana dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatograph Gow Mac dan Integrator, Hewlett-Packard. standar gas yang digu­nakan dari laboratorium Global Change Research Centre Oregon Graduate Institute dengan konsentrasi 1770 ppbv. Hasil penelitian menunjukkan terjadi variasi fluks metana selama periode penanaman padi. Variasi tersebut dipengaruhi oleh suhu udara, tanah, air, jumlah bahan organik yang ditambahkan, masa pertumbuhan, drainase dan varietas tanaman. Pengaruh drainase sangat besar terhadap emisi metana. Terlihat jelas penurunan yang drastis emisi metana pada saat minggu ke 4 dan 7 MST serta pada saat 11 MST untuk varietas IR-64 dan 13 MST pada varietas Cisadane. Sedangkan pengaruh pemberian jerami padi pada berbagai dosis dan varietas tanaman tidak nyata secara statistik. Tetapi terdapat kecenderungan bahwa semakin banyak bahan jerami yang ditambahkan semakin besar emisi metana. Rata-rata fluks metana selama periode tanam untuk kedua varietas 21.50, 21.83, 25.36 dan 30.77 mg/m2/jam untuk dosis jerami secara berurutan abu jerami(5 ton/ha dibakar), 2.5, 5 dan 7.5 ton jerami segar per ha. Sedangkan rata-rata emisi metana selama satu musim tanam secara berurutan sesuai dengan perlakuan yaitu 61.92, 62.87 1 73.04 dan 88.62 g/m2. Demikian pula dengan varietas, terdapat kecenderungan varietas IR-64 ( 25.50 mg/m2/jam) lebih banyak mengemisi metana dari varietas Cisadane (24.14 mg/m2/jam). ..