Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/120839
Title: Analisis Potensi Genangan Rob Berdasarkan Laju Penurunan Tanah untuk Evaluasi Pola Ruang di Kota Palu
Other Titles: Analysis of the Potential of Tidal Floods based on Subsidence Rate for Evaluating Spatial Patterns of Palu
Authors: Tjahjono, Boedi
Trisasongko, Bambang Hendro
Nugroho, Udhi Catur
Issue Date: 2023
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Bencana berdampak secara luas pada kehidupan baik secara fisik dan fungsional serta lingkungannya. Bencana yang saling berkaitan menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang lebih besar karena setiap jenis bencana memberikan kontribusi terhadap serangkaian dampak. Salah satu kejadian multi-bencana di Indonesia adalah gempa bumi di Kota Palu dan sekitarnya pada tahun 2018. Gempa ini menyebabkan tsunami, likuifaksi, dan deformasi. Deformasi yang terjadi di wilayah Pantai Talise menyebabkan banjir rob. Banjir rob dapat merusak infrastruktur, permukiman dan bangunan lainnya. Genangan pada kawasan yang dijadikan mata pencaharian, seperti sawah, tambak, dan industri, memiliki dampak ekonomi yang besar, sehingga mitigasi diperlukan sebagai upaya mengurangi kerugian. Untuk itu sangatlah penting untuk menyelidiki deformasi dan dampaknya berupa banjir rob di masa depan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan potensi genangan rob di Kota Palu berdasarkan laju penurunan tanah dan tinggi muka air laut. Hasil pemetaan banjir rob digunakan untuk mengevaluasi pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu Metode yang digunakan untuk mendapatkan laju penurunan tanah adalah parallel-small baseline subset dengan data radar satelit Sentinel-1. Laju penurunan tanah digunakan untuk memproyeksikan model ketinggian pada tahun 2050 dan 2100 dengan menggunakan data referensi DEMNAS. Metode yang digunakan untuk mendapatkan luas genangan pasang surut adalah neighbourhood analysis dengan input data pasang surut astronomi tertinggi dan proyeksi muka air laut dari skenario the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dengan SSP (shared socioeconomic pathways) 1-1.9 dan SSP 5-8.9. Daerah genangan banjir rob digunakan untuk mengevaluasi pola ruang dengan menggunakan metode analisis overlay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pantai barat Kota Palu didominasi oleh pengangkatan dengan laju mencapai 2,7 cm/tahun, sedangkan penurunan tanah terjadi di sisi pesisir tengah Kota Palu dan sebagian di sisi timur dengan laju mencapai -2 cm/tahun. Laju penurunan tanah ini menyebabkan banjir rob di sepanjang pesisir Kota Palu. Kawasan pesisir tengah yang terletak di ujung Teluk Palu merupakan kawasan tergenang paling luas. Kawasan ini juga menjadi kawasan yang paling terdampak tsunami yang dipicu oleh gempa 2018. Pada prediksi genangan rob tahun 2050 dengan dua skenario kenaikan muka air laut IPCC, pola ruang yang paling berpotensi terkena dampak adalah kawasan sempadan. Kemudian disusul oleh kawasan permukiman dan perkantoran dengan persentase lebih dari 25% luasan banjir rob. Mitigasi dapat dilakukan dengan menambah kawasan yang memiliki fungsi lindung seperti kawasan mangrove. Pada kawasan yang telah dibangun permukiman, perkantoran dan kawasan perdagangan industri, diperlukan langkah mitigasi fisik berupa pembangunan tanggul pantai. Saat ini pemerintah telah membangun tanggul pantai dengan ketinggian 2-3 m dengan panjang sekitar 7,7 km. Berdasarkan potensi daerah yang tergenang rob, maka perlu dilakukan penambahan tanggul di sisi barat sepanjang 0,74 km.
Disasters broadly impact physical and functional livelihood and the environment. Interrelated disasters can cause a more significant casualty and loss because each type of disaster contributes to a series of impacts. An example of multiple disaster events in Indonesia is the earthquake in Palu City and its surroundings in 2018. This earthquake caused tsunami, liquefaction and deformation. Deformation in the form of land subsidence that occurs on the coast in the long term can cause tidal flooding. This can further damage infrastructures, settlements and other buildings. Inundation on the inhabitated areas such as rice fields, ponds, and industrial, have a large economic consequence. Mitigation is therefore needed to minimize losses. It is therefore crucial firstly to investigate deformation and its impact on future tidal floods. The purpose of this study was to map the potential for tidal inundation in Palu City based on the rate of land subsidence and sea level height. The results of the tidal flood mapping were used to evaluate spatial patterns in the Regional Spatial Plan of Palu City. The method used to obtain the rate of land subsidence was the parallel-small baseline subset of Sentinel-1 radar data. Land subsidence rate used to project the height model in 2050 and 2100 was calculated using DEMNAS as the reference data. Tidal inundation area was assessed by neighbor analysis with data input from the highest astronomical tides and projected sea levels from the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) with SSP (shared socioeconomic pathways) 1-1.9 and SSP 5-8.9 scenarios. Tidal flood inundation area was then employed to evaluate spatial pattern using the overlay method. Results showed that west coast of Palu City was dominated by uplift, with the highest rate 2.7 cm/year. Meanwhile, subsidence occurred on the central coastal side of Palu City and partly on the east side with values reaching -2 cm/year. This rate of land subsidence has caused tidal flooding along the coast of Palu City. The central coastal area, which is located at the end of Palu Bay, is extensively inundated. This area was also the area most affected by the tsunami triggered by the 2018 earthquake. In the prediction of tidal inundation in 2050 with the two IPCC sea level rise scenarios, the spatial pattern that has the greatest potential to be influenced was the nature border area, then followed by residential and office areas with a percentage of more than a quarter of the tidal flood area. Mitigation can be done by adding areas that have a protective function such as mangrove areas. In areas where residential areas, offices and industrial trade areas have been built, physical mitigation measures include constructing coastal embankments. Currently the government has built a coastal embankment with a height of 2-3 m with a length of about 7.7 km. Based on potential tide inundation, it is necessary to expand the embankment on the west side along 0.74 km.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/120839
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover_A1506202002.pdf
  Restricted Access
Cover3.04 MBAdobe PDFView/Open
A1506202002_Udhi C Nugroho.pdf
  Restricted Access
Fullteks9.22 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran_A1506202002.pdf
  Restricted Access
Lampiran5.47 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.