Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/120417
Title: Tingkat Adopsi Petani dalam Proses Difusi Teknologi Hijauan Kakanan Ternak Sistem Tiga Strata (HKT STS) di Bali
Authors: Asngari, Pang S.
Lumintang, Richard W.E.
Tjitropranoto, Prabowo
Suparta, Nyoman
Issue Date: 1992
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Hijauan makanan ternak merupakan unsur utama yang sangat penting untuk pakan ternak ruminansia. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas hijauan makanan ternak mendapat perhatian yang sangat besar dari pemerintah serta para pengelola ternak, karena 60-70 persen komponen biaya produksi ternak berasal dari makanan ternak. Berbagai langkah telah ditempuh untuk meningkatkan produktivitas hijauan makanan ternak, antara lain Hijauan Makanan Ternak Sistem Tiga Strata (HMT STS), yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas hijauan makanan ternak dan ternak, khususnya pada lahan kering atau kritis. HMT STS adalah suatu cara penanaman dan pemangkasan rumput dan leguminosa sebagai strata satu, semak sebagai strata dua, dan pepohonan sebagai strata tiga, sehingga tersedia hijauan makanan ternak sepanjang tahun. Strata Satu terdiri dari rumput dan leguminosa, dimanfaatkan pada musim hujan dan awal musim kering (Desember-Maret); Strata Kedua terdiri dari semak, dimanfaatkan pada musin kering (April-Agustus); dan Strata Ketiga terdiri dari pepohonan, daunnya dimanfaatkan pada akhir musim kering dan awal musim hujan (September-Desember). Menurut Nitis et al., (1989:1), HMT STS memberikan beberapa keuntungan dibandingkan bukan HMT STS, yaitu: (a) menghasilkan lebih banyak hijauan (91 persen) dan kayu api (46 persen); (b) pertambahan berat sapi lebih banyak (13 persen) dan lebih efisien (24 persen); (c) kepadatan ternak lebih tinggi (30-40 persen); (d) pendapatan petani 30 persen lebih banyak; (e) menahan erosi hingga 57 per- sen, dan (f) menciptakan lingkungan lebih sejuk, menghijau dan serasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) tingkat adopsi petani bukan peserta tentang teknologi HMT STS, (2) pengaruh faktor peranan petani peserta terhadap tingkat adopsi petani bukan peserta, (3) pengaruh faktor sifat-sifat inovasi teknologi HMT STS terhadap tingkat adopsi petani bukan peserta, dan (4) pengaruh faktor sosial ekonomi (intensitas komunikasi, legitimasi pemim- pin, hubungan sosial, dan pendapatan petani) terhadap tingkat adopsi petani bukan peserta. Petani peserta adalah petani anggota kelompok HHT STS sudah dibina secara intensif oleh tim penyuluh HMT yang STS untuk dapat menerapkan teknologi HMT STS, sedangkan petani bukan peserta adalah petani selain kelompok peserta HMT STS. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buleleng, Bali. Lokasi penelitian ditetapkan secara purposive, yakni desa Kubutambahan (Kecamatan Kubutambahan), desa Kayuputih (Kecamatan Sukasada), dan desa Penyabangan (Kecamatan Gerokgak), karena ketiga desa tersebut merupakan sasaran uji coba pengembangan HMT STS di Buleleng. Sebagai res- ponden adalah petani bukan peserta HMT STS sebanyak 120 orang yang diambil dengan metode simple cluster sampling, yakni 40 orang setiap desa yang terdiri dari 20 orang petani pernah kursus dan 20 orang petani tidak pernah kursus.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/120417
Appears in Collections:MT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
1992nsu.pdf
  Restricted Access
Fulltext4.55 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.