Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119934
Title: Studi eksperimental tingkat kerentanan burung puyuh (Coturnix coturnix Japonica) terhadap infeksi Eimeria uzura
Authors: Ashadi, Gatut
Cahyaningsih, Umi
Prawiradisastra, Sunarya
Rusli, A. K., M.
Issue Date: 1995
Abstract: Koksidiosis pada burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang disebabkan oleh Eimeria uzura yang dapat mendatangkan masalah dan kerugian pada peternakan puyuh. Kerugian yang ditimbulkan antara lain mortalitas, penurunan bobot badan, terlambatnya masa produksi, berkurangnya jumlah telur, keefisenan makan yang menurun, meningkatnya biaya pengobatan, dan upah tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Eimeria uzura yang di- inokulasikan secara oral dalam berbagai dosis dan umur puyuh saat diinokulasi ter- hadap mortalitas, gambaran patologi usus pada hari kelima setelah inokulasi, produksi ookista mulai hari ketiga sampai dengan hari kesepuluh setelah inokulasi dan bobot badan puyuh sampai umur 31 hari Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Ada dua faktor yang diteliti, yaitu umur puyuh saat diinokulasi (U) dan dosis inokulasi ookista Eimeria uzura (D). Umur puyuh saat diinokulasi ada 3 taraf, yaitu puyuh umur 10 hari (U₁), umur 15 hari (U2) dan umur 20 hari (U3). Sedangkan dosis ookista Eimeria uzura ada 4 taraf, yaitu tanpa diinokulasi ookista Eimeria uzura (Do), diinokulasi Eimeria uzura 2.5 x 105 (D), diinokulasi Eimeria uzura 5.0 x 10' (D2), dan diinokulasi Eimeria uzura 1.0 x 10° (D3). Sehingga diperoleh sebanyak 4 x 3 = 12 kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga diperoleh sebanyak 12 x 336 unit perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukan ukuran ookista Eimeria uzura hasil isolat Bogor mempunyai panjang x lebar adalah 24.23 x 17.55 mikron. Gejala klinis ditandai dengan berkurangnya aktifitas, depresi, diare, anemia, emasiasi, bulu kusut, sayap terkulai dan penurunan bobot badan. Mortalitas tertinggi terjadi pada puyuh umur saat diinokulasi 10 hari dengan dosis 1.0 x 10° ookista per ekor mencapai 86.67 % dan mortalitas terendah terjadi pada puyuh yang diinokulasi pada umur 20 hari dengan dosis 5.0 x 10' hanya 6.67 %, sedangkan dosis 2.5 x 103 yang diinokulasikan pada berbagai umur perlakuan puyuh tidak terjadi kematian. Bobot badan terendah terjadi pada puyuh yang umur saat diinokulasi 10 hari dengan dosis 1.0 x 10° ookista per ekor sedangkan bobot badan tertinggi terdapat pada kontrol pada semua umur perlakuan. Produksi ookista tertinggi terjadi hari ke enam setelah inokulasi pada puyuh saat diinokulasi umur 20 hari dengan dosis 2.5 x 10' ookista per ekor dan produksi terendah terjadi pada puyuh saat diinokulasi umur 10 hari dengan dosis 10 x 10 ookista per ekor, sedangkan pada kontrol tidak terdapat ookista. Skor pelukaan terberat terjadi pada puyuh saat diinokulasi umur 10 hari dengan dosis 10 x 10 ookista per ekor dan skor pelukaan terendah terjadi pada puyuh yang diinokulasi umur 20 hari dengan dosis 2.5 x 10', sedangkan pada kontrol tidak ada pelukaan…dst
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119934
Appears in Collections:MT - Veterinary Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
1995mra.pdf
  Restricted Access
Full text4.73 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.