Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119584
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorZuhud, Ervizal AM-
dc.contributor.advisorHikmat, Agus-
dc.contributor.advisorSunkar, Arzyana-
dc.contributor.advisorDarusman, Dudung-
dc.contributor.authorHaryoso, Anggit-
dc.date.accessioned2023-06-20T04:21:11Z-
dc.date.available2023-06-20T04:21:11Z-
dc.date.issued2020-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119584-
dc.description.abstractRagam kondisi hutan primer dan hutan bekas tebangan menunjukkan adanya perbedaaan struktur, komposisi jenis, nilai potensi, tingkat mortalitas, alih tumbuh (ingrowth) dan pertumbuhan tegakan. Perkembangan pemodelan dinamika hutan dalam berbagai studi kuantitatif sering mengalami hambatan heterogenitas dan kompleksitas terhadap hutan itu sendiri (keragaman karakteristik tegakan dan variasi kondisi) dan keterbatasan atau ketiadaan data yang bersifat jangka panjang. Penelitian ini mencakup dimensi kuantitatif tegakan yang meliputi dimensi statis (nilai kuantitatif pada suatu waktu), dimensi dinamis (nilai kuantitatif yang mendeskripsikan fungsi waktu) dan dimesnsi spasial (nilai kuantitatif sebaran tutupan hutan) pada variasi kondisi tegakan di areal hutan alam produksi berdasarkan runtun waktu. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan metode untuk mengukur tingkat keterpulihan hutan Dipterocarpacea campuran setelahpenebangan menuju bentuk hutan alam primer yang tumbuh di tempat itu. Penelitian dilaksanakan si stasiun penelitian hutan Labanan yang terletak di Kabupaten Berau Propinsi Kalimantan Timur pada bukan Oktober 2012- April 2013. Desain plot penelitian berupa plot permanen yang dibangun pada tahun 1990, dengan ukuran plot 200 m x 200 m (4 ha) yang terbagi dalam 4 subplot dengan ukuran 100 m x 100 m (1 ha). Masing-masing subplot dibuat sub-plot berukuran 20 m x 72 m sebanyak 25 buah dengan 7 variasi kondisi hutan alam dengan total luas 72 ha. Pengukuran dimensi tegakan dan validasi data dilaksanakan secara periodik setiap dua tahun. Risalah perlakuan berupa variasi teknik penebangan (penebangan ramah lingkungan dengan limit diameter 50 cm/RIL 50, RIL 60 dan penebangan konvensional) dan variasi teknik pembebasan (sistematis dan berbasis pohon binaan)id
dc.description.abstractAren (Arenga pinnata Merr.) merupakan tumbuhan multifungsi yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sampai saat ini, meskipun memiliki potensi aren yang besar, namun pemanfaatan aren di Indonesia belum berkembang. Penelitian ini untuk mengungkapkan kondisi dan posisi aren saat ini serta menunjukkan bahwa kearifan masyarakat lokal dapat menjadi dasar pengembangan pemanfaatan aren berkelanjutan. Penelitian dimulai bulan Maret 2018 hingga Februari 2019, dengan lokasi penelitian difokuskan pada masyarakat Sasak dan budayanya di Desa Kekait Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pengumpulan data etnografi dan etnobotani masyarakat Sasak, bioekologi aren, usahatani aren, dan peran para pihak dalam pengembangan pemanfaatan aren dilakukan menggunakan teknik observasi partisipatif, wawancara mendalam, focus group discussion, dan kajian pustaka. Data diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif, selanjutnya hasil analisis disajikan dalam bentuk naratif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Sasak di Desa Kekait telah bertungkus lumus memanfaatkan aren sejak lama, bahkan sebelum Desa Kekait ditetapkan (1866). Keeratan ikatan budaya masyarakat Sasak dengan aren merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pemisahan di antara keduanya berarti hilangnya Desa Kekait sebagai “Desa Aren”, serta lunturnya jati diri masyarakat Kekait yang Aman, Religius, Ekonomis, Nasionalis (AREN). Keeratan masyarakat Sasak di Desa Kekait dengan aren hingga saat ini tidak terlepas dari pola kebun campuran yang diterapkan, yaitu pola kebun campuran dengan ke-khasan aren sebagai tumbuhan andalan. Pola kebun campuran aren menunjukkan pola struktur berkembang dengan tingkat regenerasi cukup baik dalam struktur populasi cukup lestari hingga lestari. Kondisi ini membuktikan bahwa pengelolaan sumber daya alam yang sesuai dengan bioekologis spesifik masing-masing daerah mampu menjamin keberlanjutannya dari dulu hingga sekarang, dan apabila dikelola dengan iptek yang lebih baik mampu menjamin kualitas sumber daya alam yang sama bagi generasi yang akan datang. Keberlanjutan aren tidak akan terjadi tanpa pengetahuan yang baik dari petani dalam mengelola dan memanfaatkannya selama ini. Kasus yang terjadi dalam masyarakat Sasak menunjukkan, pewarisan pengetahuan dan ketrampilan aren yang diturunkan orang tua (bapak) kepada anak laki-laki sebagai modal utama bagi keberlanjutan keluarga petani aren muda untuk hidup mandiri mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat diketahui dari semakin sedikitnya generasi muda yang menjadikan petani aren sebagai profesi pilihannya (26,89%). Ketidakberlanjutan pewarisan pengetahuan aren dikhawatirkan mempengaruhi keberadaan aren sebagai sumber penghidupan. Diperlukan sistem pendidikan berbasis sumber daya lokal yang kuat, sehingga mampu menjamin pewarisan pengetahuan aren dapat berlangsung dengan baik. Kearifan lokal masyarakat Sasak dalam menentukan bagian pohon aren yang dimanfaatkan tidak hanya mempertimbangan nilai ekonomi yang menguntungkan, lebih dari itu pertimbangan nilai-nilai sosial budaya yang selaras dengan ajaran Agama Islam mereka tempatkan pada tingkatan tertinggi (Qur’an Hadits jari kacanta). Keseimbangan di antara keduanya secara langsung mampu menjamin keberlangsungan masyarakat Sasak dan aren, yang secara tidak langsung mampu menjaga keseimbangan lingkungannya. Keberlangsungan tersebut tidak bisa dilepaskan begitu saja kepada kreativitas dan inovasi masyarakat Sasak (petani aren). Inisiatif para pihak mulai dari akademisi, pemerintah hingga swasta menjadi kunci keberhasilan pengembangan aren berkelanjutan. Kehadiran para pihak terkait harus semakin menguatkan petani, dan menjadikannya mitra dalam pengembangan pemanfaatan aren berkelanjutan. Petani dengan pengalamannya selama puluhan tahun merupakan sumber gagasan dan ide, yang siap berkembang bersama-sama para pihak. Untuk mewujudkan pengembangan aren berkelanjutan diperlukan strategi yang bersifat menyeluruh dan terpadu. Pengembangan aren dilakukan dari hulu hingga hilir meliputi aspek pendidikan, sosial budaya, ekonomi dan ekologi, serta sinergitas semua pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Strategi tersebut selanjutnya dijabarkan melalui: pendidikan berkarakter “plus” sebagai langkah awal transfer pengetahuan orang tua kepada anak; etnobotani sebagai sumber pengetahuan dasar dalam pengembangan kreativitas dan inovasi teknologi berkelanjutan; edukasi dan pendampingan agar sinyal alami menjadi stimulus bagi aksi konservasi aren; pengembangan usahatani untuk meningkatkan kesejahteraan petani aren; dan kolaborasi sebagai jembatan pemanfaatan aren berkelanjutan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleSugar palm’s (Arenga pinnata Merr.) Conservation and Development through local wisdom community-based. A Glance from Sasak Community, Kekait Village, West Nusa Tenggara.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordbiodiversityid
dc.subject.keywordlocal knowledgeid
dc.subject.keywordLombok Islandid
dc.subject.keywordmix gardenid
dc.subject.keywordsustainableid
Appears in Collections:DT - Forestry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Anggit Haryoso.pdf
  Restricted Access
Fulltext7.76 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.