Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119298
Title: | Model kelembagaan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah regional secara berkelanjutan di TPST Bantargebang, Bekasi |
Other Titles: | The Institutional Model of Regional Municipal Solid Waste Facility (TPA) in Bantargebang Bekasi |
Authors: | Djoefrie, H.M.H. Bintoro Hadi, Setia Lubis, Iskandar Manurung, H. Douglas J. |
Issue Date: | 2016 |
Publisher: | IPB (Bogor Agricultural University) |
Abstract: | Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TP A) merupakan program
penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah karena TPA merupakan sarana
publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Tingkat pemenuhan
kebutuhan fasilitas publik, seperti pembangunan TP A, akan menjadi ukuran
tingkat kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan sampah di hilir atau di Tempat
Pemrosesan Akhir (TP A) perlu dilakukan dengan baik untuk menghindari
kerusakan lingkungan yang serius, baik terhadap air, tanah, maupun udara.
Pada tahun 2008, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undangundang
No. 18 tentang Pengelolaan Sampah. Tujuan dari undang-undang ini
adalah: 1) untuk menetapkan bahwa pada tanggal 7 Mei 2013 seluruh Tempat
Pemrosesan Akhir (TP A) sampah di Indonesia harus memakai sistem sanitary
landfill. 2) Beberapa pemerintah daerah dapat membentuk kerjasama pengelolaan
sampah di hilir dengan membentuk satu TP A Regional dengan melibatkan ·
masyarakat dan investor. Tujuan ini sulit dicapai karena beberapa kendala yaitu
terbatasnya anggaran, sulitnya menentukan pemerintah daerah mana yang.
sebaiknya bekerja sama, dan institusi seperti apa · yang sebaiknya
bertanggungjawab untuk mengelola TP A regional tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan model kelembagaan TP A.
sampah regional secara berkelanjutan di TPST Bantargebang. Tahap awal
penelitian ini, dengan menggunakan Technique For Order Preference Similarity
To Ideal Solution (TOPSIS), untuk mendapatkan wilayah mana saja dari delapan
kota dan kabupaten di Jabodetabek yang bekerja sama untuk membentuk TP A
regional di TPST Bantargebang. Hasil TOPSIS menyimpulkan bahwa Kota
Bekasi adalah altematif terbaik untuk memakai TPST Bantargebang dengan nilai
Ci+ mendekati 1. Hal ini juga berarti bahwa alternatif Kota Bekasi berjarak
terpendek terhadap solusi ideal dan berjarak terjauh dengan solusi negatif-ideal.
Altematif terbaik kedua adalah Kabupaten Bekasi, sedangkan altematif terbaik
ketiga adalah Kabupaten Bogor. TPST Bantargebang dapat dikembangkan
menjadi sebuah TPA regional dengan perluasan lahan sebesar 25 ha, menaikkan
ketinggian landfill menjadi 30 meter, dan ketinggian jarak trap 3 meter, faktor
konversi volume 1000 kg sampah sama dengan 3 m3, faktor pemadatan 50 persen
dan faktor reduksi alami sampah sebesar 30 persen. Dengan kondisi tersebut
TPST Bantargebang masih dapat menerima tambahan sampah sebesar 2 422 ton·
per hari sampai 15 tahun ke depan. Constructing a solid waste disposal site is an important task that needs . government attention because a disposal site is affecting public life. The measure of social welfare has· a direct relationship with the establisment of good public facilities, such as disposal site. Solid waste handling at down stream or · at · disposal site has to be carefully done to prevent environmental damage on water, soil, and air. In the year of 2008, Act of The Republic of Indonesia number 18 year 2008 regarding waste management has been issued Some of the objective of this act are: (1) in Mei 7th~ 2013 all solidwaste disposal sttes (TPA) in Indonesia must implement sanitary landfill and (2) a partnership can be formed between two or more local goverments to manage their solid waste together with investor or local community in a Regional Solid Waste Disposal Site (TPA Regional). Somehow these goals are difficult to achieve because of limited budget and complexities in selecting which local goverments should enter the partnership and what kind of institution should they build to carry all the complex agreements in that partnership. This research is to formulate an institutional model of regional municipal solid waste facility in Bantargebang Bekasi by sustainability. The first stage of . this research, by using Technique For Order Preference Similarity To Ideal.· Solution (TOPS/SJ, is to determine which ones of eight regions in Jabodetabek should become the part of the partnership so they can deliver their solid waste to TPST Bantargebang, as the Regional Solid Waste Disposal Site (TPA Regional) . . Through TOPSIS method this research concludes that Kota Bekasi is the best alternative to use TPST Bantargebang as TPA Regional with Ci+ value closer to 1. This also means that Kota Bekasi has the shortest distance toward ideal solution and the farthest distance from ideal-negative solution. There fr· Kabupaten Bekasi as second best alternative, and at last Kabupaten Bogor as the third best alternatif. Developing TPST Bantargebang to be regional disposal site.· by extensification programme 25 hectare, waste effective height inlandfill 30 meter, waste trap height 3 meter, convertion factor 1. 000kgs waste similar to 3 meter3 , compaction factor 50 percent and nature reduction factor 3 percent, find out that TPST Bantargebang still can receive waste 2 422 ton each day for 15 years ahead |
URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119298 |
Appears in Collections: | DT - Multidiciplinary Program |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
2016hdj.pdf Restricted Access | Fullteks | 5.53 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.