Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119164
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMudikdjo, Kooswardhono-
dc.contributor.advisorSuratmo, F Gunarwan-
dc.contributor.advisorAunuddin-
dc.contributor.authorNugroho, Iwan-
dc.date.accessioned2023-06-14T06:30:24Z-
dc.date.available2023-06-14T06:30:24Z-
dc.date.issued2002-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119164-
dc.description.abstractPembangunan sektor air bersih secara umum menghadapi permasalahan yang rumit, meliputi rendahnya harga air PDAM, rendahnya aspek permintaan air bersih oleh rumah tangga dan belum optimalnya permintaan air bersih oleh sektor-sektor ekonomi. Penelitian bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan sektor air bersih berdasarkan kasus di propinsi Jawa Timur Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor usaha air bersih tidak dapat menangkap insentif dari harga air bagi kepentingan produksinya. Harga air yang diatur oleh pemerintah mengakibatkan banyak PDAM mengalami penurunan pendapatan dan merugi. Harga air mencapai titik terendah pada tahun 1999 di dalam sepuluh tahun terakhir. Rumah tangga menampilkan perilaku yang rasional terhadap permintaan air bersih, dengan menghasilkan elastisitas harga dan pendapatan sebesar -0.611 dan 0.45. Nilai surplus konsumen bagi penyambungan saluran PDAM berhubungan positif dengan pendapatan (dengan elastisitas 0.68), kedalaman muka air sumur dan persepsi kendala penyambungan. Sementara itu, sektor-sektor pendukung utama permintaan akhir air bersih adalah sektor jasa pendidikan, sosial, dan kesehatan (peringkat 1), restoran (peringkat 2) dan perhotelan/pariwisata (peringkat 3). Strategi pengembangan sektor air bersih dirumuskan sebagai berikut: (a) pengembangan sektor air bersih memerlukan dukungan investasi yang konsisten didasari alasan dan perhitungan ekonomi, (b) investasi pemerintah dalam bentuk hibah dan pinjaman masih diperlukan hingga 50 persen bila tidak terjadi perubahan manajemen, (c) partisipasi swasta dalam sektor air bersih memerlukan masa transisi untuk memperbaiki tingkat keuntungan (profitability) PDAM. Kebijakan kenaikan harga 2 persen per tahun, penurunan kebocoran hingga 30 persen dan beaya sambungan 200 ribu rupiah menghasilkan keragaan sektor air bersih paling optimal. Di Jawa Timur, implementasi partisipasi swasta membutuhkan investasi lima tahunan sebesar 1313 miliar rupiah hingga 2010. Tingkat pelayanan (se1Vice ratio) dan kapasitas produksi meningkat dari 19.3 persen dan 19.9 m3 per detik pada tahun 1999 menjadi 42.5 persen dan 29.0 m3 per detik pada tahun 2010. Sektor air bersih menghasilkan return on investment 35 persen dan menghimpun sumber investasi swasta hingga 65 persen dan tanpa investasi pemerintah.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcWater supplyid
dc.titleKeragaan dan strategi pengembangan sektor air bersih: studi kasus di propinsi Jawa Timurid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordWater consumptionid
dc.subject.keywordWater demandid
Appears in Collections:DT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2002inu.pdf
  Restricted Access
Fullteks5.03 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.