Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119039
Title: Adaptasi ekologi mata ikan kepe-kepe (Chaetodontidae) dan responnya terhadap racun potas (KCN)
Other Titles: The Adaptation of Ecology in Butterflyfish Eyes (Chaetodontidae) and Its Respons after Cyanide Treatment
Authors: Purwanto, Joko
Soedharma, Dedi
Baskoro, Mulyono S.
Razak, Abdul
Issue Date: 2005
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Simian Retrovirus tipe D eksogenus (SRV) merupakan salah satu patogen penyebab sindroma penurunan fungsi kekebalan tubuh (acquired immunodeficiency syndrome, AIDS) pada satwa primata genus Macaca asal Asia. Sekitar tahun 1980-an, isolat-isolat SRV dari Macaca hanya dilaporkan identifikasinya di beberapa pusat penelitian primata di Amerika Serikat, di luar negara asalnya dan setelah satwa-satwa tersebut dipindahkan ke lingkungan yang baru. Retrovirus endogenus dari satwa primata jenis lutung yang diidentifikasi sebagai PO-1-Lu dianggap sebagai asal muasal dari SRV. Pada penelitian ini, dilaporkan untuk pertama kalinya isolasi, perbanyakan virus serta karakterisasi molekular dari SRV yang secara alami menginfeksi satwa primata genus Macaca dari habitat alam di negara asalnya, dalam hal ini Indonesia. Sebagai tambahan, karakterisasi molekular SRV endogenus dari satwa primata lutung Indonesia juga dilakukan. Sel darah perifer berinti tunggal (peripheral blood mononuclear cells, PBMC) asal Macaca fascicularis (Mf) dan M. nemestrina (Mn) diko-kutivasi dengan sel lestari limfosit B manusia, sel Raji, perubahan kelainan sel berupa synctia dapat diamati secara mikroskopis dan diteguhkan dengan uji Immunofluorescense menggunakan antibodi spesifik SRV-2. Analisis Immunoblot terhadap isolat Mf- ET1006 yang telah dimurnikan dari supernatan biakan sel menunjukkan bahwa bagian protein inti (core) dan glikoprotein pembungkus (envelope) bereaksi dengan beberapa serum anti-SRV yang diproduksi di kelinci. Analisis urutan nukleotida dari isolat Mf pada daerah en menunjukkan tingkat homologi yang tinggi (94%) terhadap SRV-2. Sementara itu, tingkat homologi pada daerah env dari isolat Mn adalah 74% sampai dengan 77% terhadap SRV-1, SRV-2, SRV-3 dan isolat Mf, namun menunjukkan tingkat homologi yang lebih tinggi (95%) terhadap SRV PO-1-Lu. Penclitian ini menyimpulkan bahwa isolat SRV dari Mn kemungkinan berbeda dari isolat-isolat SRV lainnya yang telah dipublikasikan. Walaupun secara molekuler isolat Indo-presbytis memiliki kekerabatan dekat dengan SRV-6 namun dari hasil uji-uji lainnya belum dapat disimpulkan bahwa isolat ini termasuk kelompok retrovirus eksogen Identifikasi isolat Mn menunjukkan kemiripan yang dekat terhadap PO- 1-Lu (diisolasi dari Trachypithecus obscurus) mengindikasikan bahwa zoonoses terjadi secara aktif antar primata di Asia. Penularan silang antar-jenis di antara satwa primata dimungkinkan karena beberapa satwa menempati habitat geograpis yang sama. Penelitian ini telah dilaksanakan sejak Oktober 2003 sampai akhir Mei 2005. Topik utama penelitian ini adalah adaptasi ekologi mata ikan Kepe-kepe dan responnya terhadap racun potas. Aspek pertama meliputi struktur otak, fisiologi retina Genis, kepadatan, dan pola mosaik sel kerucut, sumbu dan ketajaman penglihatan serta kadar carotenoid dan retinol mata ikan Kepe-kepe). Aspek kedua adalah respon iris mata terhadap perlakuan racun potas yang dianalisis secara iridologi. Ikan Kepe-kepe mempunyai perbandingan berat otak per berat tubuh yakni 0,001-0,005%. Persentase tersebut relatif sama dengan ikan karang yang lainnnya (Amphiprion sp, Abudeduf saxatilis, Zanclus sp, Lutjanus sp dan Epinephelus sp ). Selanjutnya, rasio berat area otak tertentu per total berat otak menunjukkan bahwa lobus opticus dan telencephalon ikan Kepe-kepe mempunyai persentase rata-rata lebih tinggi yakni 57% dan 19%, sedangkan area lain dari otak seperti hypothalamus, cerebellum dan medulla oblongata berkisar 5 - 16%. Persentase rata-rata rasio berat lobus opticus merupakan porsi terbesar yang mencerminkan indera penglihatan merupakan indera utama ikan Kepe-kepe, yang terungkap sejak juvenil yang ditunjukkan oleh diameter lobus opticusnya lebih besar dibandingkan saat remaja. Selanjutnya, jenis sel kerucut dominan sel kerucut ganda dan kerucut tunggal sedikit ditemukan. Kepadatan sel kerucut lebih tinggi di bagian temporal dibanding bagian dorsal, ventral dan nasal. Berdasarkan kepadatan sel kerucut tersebut diketahui sumbu penglihatan ikan Kepe-kepe lurus ke depan. Pola mosaik sel kerucut ikan Kepe-kepe adalah bujur sangkar dan susunan mosaik tak beraturan. Ketajaman mata ikan Kepe-kepe berkisar 0,058-0,145. Kandungan .karotenoid 8, 1/100 g sampel dan kadar rata-rata retinol adalah 152,2 IU. Berdasarkan analisis iridologi, hasil percobaan menunjukkan positif adanya gejala sianida pada selaput pelangi (iris) mata kiri pada daerah jam 11-13 (otak dan organ sensoris) ,jam 15-16 (sumbu tulang belakang, paru-paru/dada) danjam 17-19 (liver) pada ma~ kanan. Pada mata kanan, gejala posistif racun potas terdapat pada iris mata di daerah jam 19-20. Kadar sianida ( KCN) atau racun potas yang diberikan ke iris mata ikan Kepe-kepe adalah O ppm, 4 ppm dan 20 ppm. Setelah perlakuan tersebut ikan Kepe-kepe menggelepar lalu berenang jungkir balik dan perubahan orientasi renang (berenang miring, tak lurus) akibat gangguan keseimbangan gerak. Racun potas pada iris mata merusak jaringan iris sampai lapisan terbawah yang ditunjukkan oleh wama hitam pada preparat histologis iris mata ikan Kepe-kepe Gajah.
This research was carried out during October 2003 until Mei 2005. There are two main aspects of researchs within this study. The first aspects of research are consist of the structure of brain, the physiology retina (type, density, mosaic pattern of cone cells, visual axis, visual acuity and carotenoid and retinol content). The second aspect is iris respons to cyanide treatment using iridology methods. The butterflyfish's brain have weight/body weight ratios of 0,001-0,005%. These ratio similar with others coral reef fishes (Amphiprion sp, A. Saxati/is, Zanclus sp, Ephinephelus sp and Lutjanus sp ). Furthermore, average percentage area of brains weight/total brain weight ratio are indicate that both lobus opticus and telencephalon have much higher percentage on the average area brains weight/ total brain weight ratio 57% for lobus opticus and 19% for telencephalons than another area of brains like hypothalamus, cerebellum and medulla oblongata (range 5 - 10% from total brain weight). This result has indicated that vision in butterflyfish is good. In addition, type of cone cells are dominated twin cone and any single cone are accidentally. The density of cone cells is much higher in temporal than ventral, dorsal and nasal view. The mosaic pattern of butterflyfish are square form and irregular form. According the higher density of cone cells was know that the direction of visual axis line forward. Visual acuity of butterflyfish are 0,058 - 0,145. The carotenoid content is 8,1/100 g and average retinol content is 152,2 IU. Finally, base on iridological methods, the result of experiments has shown positive symptoms of cyanide in the iris of eyes. The treatments of cyanide (KCN) are O ppm, 4 ppm and 20 ppm. After treatment butterflyfish have lost swimming orientation. The iris of eyes of butterflyfish (C.lunu/a, C.altivelis and Chelmon rostratus) are positive show cyanide symptoms in area of 11-13 o'clock, between 15 and 16 o'clock and 17 - 19 o'clock on the left iris of eye, and 19 - 20 o'clock has indicator of damage in lung and thorax show on the right iris of eye.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/119039
Appears in Collections:DT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2005ara.pdf
  Restricted Access
Fullteks3.76 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.