Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118929
Title: Studi adaptasi tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap intensitas cahaya rendah
Authors: Chozin, Muhamad Achmad
Syukur, Muhamad
Melati, Maya
Guntoro, Dwi
Sulistyowati, Dwiwanti
Issue Date: 2016
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi tomat di Indonesia ialah elalui sistem tanam tumpangsari atau agroforestri. Namun dalam sistem tanam t mpangsari tanaman sela mengalami defisit cahaya karena ternaungi oleh tanaman lain. Defisit cahaya menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan s .- tesis karbohidrat, sehingga berpengaruh terhadap metabolisme tanaman. eberapa jenis tanaman beradaptasi terhadap defisit cahaya, sehingga mampu tambuh di bawah naungan, dengan melakukan beberapa perubahan terhadap rakter morfologi, anatomi, fisiologi, maupun fenologi. Rangkaian penelitian ini terdiri atas 4 percobaan, yaitu (1) Penapisan genotipe tomat berdasarkan toleransi terhadap intensitas cahaya rendah, (2) Kajian toleransi pertumbuhan dan produksi genotipe tomat terhadap naungan, (3) Kajian morfologi, anatomi dan fenologi genotipe tomat toleran terhadap naungan, dan (4) Kaj'an fisiologi genotipe tomat toleran naungan terhadap intensitas cahaya rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari mekanisme adaptasi genotipe tomat secara morfologi, anatomi, fisiologi dan fenologi terhadap intensitas cahaya rendah. Hasil percobaan pertama berupa penapisan 50 genotipe tomat berdasarkan produktivitas relatif terhadap kondisi naungan menghasilkan 4 kelompok genotipe, yaitu 5 genotipe senang, 16 toleran, 15 moderat dan 14 peka naungan. Penapisan 50 genotipe tomat berdasarkan analisa komponen utama menghasilkan 3 klaster, yaitu klaster A, B dan C. Klaster pertama (A) terdiri atas 11 genotipe, sebagian besar disusun oleh kelompok genotipe senang dan toleran. Klaster ke dua (B) terdiri atas 7 genotipe, sebagian besar disusun oleh genotipe peka. Klaster ke tiga (C) terdiri atas 32 genotipe, sebagian besar merupakan genotipe moderat. Kelompok genotipe tomat toleran naungan dicirikan oleh jumlah bunga dan buah, bobot buah per tanaman yang lebih tinggi, dengan bobot per buah lebih rendah, serta umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat. Genotipe tomat toleran naumgan dengan produktivitas yang tinggi dapat dianjurkan sebagai komponen pen· sun vegetable agroforestry. Genotipe anjuran tersebut antara lain GI-K, SSH 3, SSH 9, SSH 10, Karina, Apel Belgia intermediet, Medan 4 dan Papua 2. Hasil percobaan kedua menunjukkan bahwa terdapat keragaman yang tinggi terhadap karakter morfologi, fisiologi, fenologi dan kualitas hasil buah pada 50 gen(i)tipe tomat ketika berada pada intensitas cahaya rendah (naungan 50%). Ge otipe senang naungan pada intensitas cahaya rendah mengalami peningkatan tinggi tanaman, jumlah dan luas daun lebih tinggi, peningkatan jumlah bunga dan bualh., rasio klorofil alb lebih rendah, serta mampu mempertahankan kerapatan . t.rnata, padatan total terlarut dan total asam tertitrasi. Perlakuan naungan dan kelompok genotipe pada percobaan ketiga me unjukkan pengaruh interaksi terhadap tinggi tanaman, kerapatan stomata, e ebalan daun, lapisan palisade dan bobot per buah. Genotipe tomat senang umgan jika ditumbuhkan pada cahaya rendah melakukan perubahan dalam karakter morfologi, anatomi dan fenologi. Perubahan tersebut antara lain dengan cara meningkatkan tinggi tanaman, jumlah dan luas daun, menjaga kerapatan stomata tetap tinggi, daun lebih tipis dan lapisan palisade lebih pendek. Karakter Jumlah buah, bobot per buah, umur panen, ketebalan daun dan tinggi palisade merupakan karakter yang berkorelasi nyata dan berpengaruh langsung terhadap rociuksi per tanaman. Kelima karakter tersebut dapat disarankan kepada pemulia -anaman untuk digunakan sebagai karakter seleksi, guna memperoleh genotipe omat yang tahan terhadap naungan dengan produktivitas tinggi. Hasil penelitian pada percobaan keempat menunjukkan bahwa karakter nt sintesis genotipe tomat senang naungan apabila mengalami cekaman naungan an meningkatkan kadar klorofil b lebih tinggi dibandingkan klorofil a, sehingga sio klorofil alb menjadi lebih rendah. Konsentrasi CO₂ internal daun yang lebih tinggi, menjadikan genotipe tersebut mampu mempertahankan laju fotosintesis t p lebih tinggi, walaupun terjadi penurunan konduktansi stomata. Adanya lfandungan gula daun yang lebih tinggi, mengakibatkan produksi per tanaman genotipe senang naungan meningkat ketika ditanam di bawah naungan. Genotipe senang naungan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi, karena mampu meningkatkan jumlah buah dan bobot per buah (ukuran buah) di lingkungan ternaungi. Percobaan ini menghasilkan penemuan genotipe toleran yang memiliki tingkat ketahanan terhadap naungan yang lebih tinggi, yaitu genotipe senang naungan. Secara umum genotipe senang naungan mempunyai umur berbunga dan umur panen yang lebih cepat dengan jumlah bunga dan buah, bobot buah per tanaman (produksi) lebih tinggi, meskipun mengalami penurunan bobot per buah (ukuran buah), sehingga mampu beradaptasi dan berproduksi lebih baik ketika tumbuh di bawah naungan. Penapisan menghasilkan genotipe/varietas toleran naungan dengan tingkat produktivitas tinggi, namun ada juga genotipe/varietas toleran naungan yang berproduktivitas rendah. Kedua sifat yang berbeda tersebut da at digunakan sebagai sumber genetik untuk pemuliaan tanaman, guna memperoleh varietas tahan naungan dengan produktivitas yang tinggi.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118929
Appears in Collections:DT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2016dsu.pdf
  Restricted Access
Fullteks1.88 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.