Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118632
Title: Eksplorasi dan Prevalensi Cacing Gastrointestinal pada Kerbau di daerah Jawa dan Lombok, Indonesia
Authors: Farajallah, Achmad
Suryobroto, Bambang
Karim, Wahyudin Abd
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Cacing gastrointestinal merupakan salah satu permasalahan peternakan saat ini. Cacing gastrointestinal dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar pada inang, karena menurunkan produktivitas dan mengakibatkan gangguan pertumbuhan, gangguan pencernaan, anemia, dan bahkan menyebabkan kematian. Tingkat infestasi cacing gastrointestinal pada ruminansia dipengaruhi kondisi geografis suatu daerah. Perbedaan jenis cacing dan prevalensi masingmasing tempat akan berbeda sesuai dengan habitat dan kondisi lingkungannya. Beberapa daerah di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Tingginya curah hujan akan berpengaruh terhadap infestasi cacing gastrointestinal. Beberapa penelitian tentang cacing gastrointestinal pada feses kerbau telah dilakukan di Italia, Bangladesh, India dan Pakistan. Sedangkan penelitian cacing gastrointestinal pada feses kerbau di Indonesia masih sangat sedikit di eksplorasi. Hal tersebut yang melatarbelakangi dilakukan penelitian tentang Eksplorasi dan Prevalensi Cacing Gastrointestinal pada Kerbau di daerah Jawa dan Lombok, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi jenis-jenis cacing gastrointestinal pada kerbau di daerah Jawa dan Lombok (2) mempelajari hubungan adanya cacing gastrointestinal terhadap manajemen pemeliharaan dan kondisi lingkungan (3) membandingkan prevalensi dan infestasi cacing gastrointestinal pada setiap lokasi geografis yang berbeda, faktor jenis kelamin dan umur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Juli 2014. Penelitian ini dilakukan di daerah Jawa yaitu Kabupaten Bogor (Darmaga, Ciampea, dan Tenjolaya) sebanyak 27 kerbau, Kabupaten Demak (Mranggen) sebanyak 15 kerbau, Jawa Timur (Tulungagung, Kepanjen, dan Lamongan) sebanyak 37 kerbau, dan daerah Lombok (Lamper) sebanyak 10 kerbau. Pengambilan sampel feses pada kerbau dibagi berdasarkan jenis kelamin dan faktor umur. Pembagian kelompok umur dibagi menjadi tiga bagian yaitu < 1 tahun, 1 – 5 tahun, > 5 tahun. Pemilihan lokasi dilakukan berdasarkan kondisi geografisnya. Jawa Barat dipilih untuk mewakili lokasi dengan kondisi basah/lembab. Sedangkan lokasi yang cukup kering diwakili oleh Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lombok/NTB. Data parameter lingkungan yang meliputi curah hujan, suhu dan kelembaban diperoleh dari Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Ketinggian lokasi diukur menggunakan Global Positioning System (GPS). Pemeriksaan sampel feses dilakukan di Laboratorium fisiologi dan perilaku, Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor. Pengamatan telur cacing gastrointestinal dilakukan dengan metode modifikasi pengapungan sederhana (Floatation solution). Identifikasi telur cacing gastrointestinal berdasarkan karakter, yaitu ukuran (panjang dan lebar), bentuk telur dan karakteristik sel-sel yang ada didalam telur. Teknik pengkulturan larva menggunakan media air. Identifikasi larva cacing gastrointestinal berdasarkan bentuk kepala, ekor, karateristik sel usus dan tipe esofagus. Hubungan prevalensi dan infestasi cacing gastrointestinal yang diamati adalah manajemen pemeliharaan dan faktor lingkungan. Pengukuran morfometrik telur menggunakan program image J (ij148). Perbedaan lokasi georafis, faktor jenis kelamin dan umur dianalisis menggunakan perhitungan prevalensi, sedangkan tingkat intensitas telur dihitung berdasarkan Faecal Eggs Count (FEC). Feses kerbau yang diperiksa ada 89 individu. Jenis - jenis telur cacing gastrointestinal yang ditemukan dalam saluran pencernaan kerbau di Jawa ditemukan sembilan genus, yaitu Moniezia, Haemonchus, Bunostomum, Cooperia, Strongyloides, Trichostrongylus, Oesophagostomum, Capillaria dan Toxocara, sedangkan untuk daerah Lombok ditemukan lima genus, yaitu Moniezia, Bunostomum, Cooperia, Strongyloides, Trichostrongylus. Jenis larva yang ditemukan ada enam jenis yaitu Strongyloides, Haemonchus, Cooperia, Oesophagostomum, Bunostomum dan larva free living. Ukuran morfologi telur cacing gastrointestinal yang ditemukan memiliki perbedaan ukuran panjang dan lebar dengan literatur. Adanya infeksi cacing gastrointestinal pada kerbau sangat dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan dan faktor lingkungan. Prevalensi dan infestasi berdasarkan perbedaan kondisi geografis yaitu antara daerah basah dan kering lebih besar ditemukan di daerah basah (Bogor) yaitu 62.1% dan 840 EPG, dibandingkan di daerah kering (Demak ) yaitu 53.3% dan 375 EPG, Jawa Timur (35.1% dan 570 EPG) dan Lombok (50% dan 135 EPG). Prevalensi untuk faktor jenis kelamin lebih besar ditemukan pada jantan dibandingkan betina, yaitu sebesar 57.9% dan 43.4%, sedangkan infestasinya lebih besar ditemukan pada betina dibandingkan jantan, yaitu 113.3 EPG dan 101.7 EPG. Prevalensi faktor umur lebih besar ditemukan pada umur < 1 tahun dibandingkan umur 1-5 tahun dan > 5 tahun, yaitu sebesar 66.7%, 54.3% dan 39%, sedangkan infestasinya lebih besar ditemukan pada umur 1-5 tahun, yaitu sebesar 81.7 EPG, diikuti umur > 5 tahun 68.3 EPG dan umur < 1 tahun 63.3 EPG.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118632
Appears in Collections:MT - Mathematics and Natural Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015wak.pdf
  Restricted Access
Fulltext12.71 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.