Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118505
Title: Analisis Nilai Anak, Jumlah Anak yang Diinginkan, dan Keikutsertaan Pasangan Usia Subur dalam Program Keluarga Berencana
Authors: Puspitawati, Herien
Muflikhati, Istiqlaliyah
Oktriyanto
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Agricultural University (IPB)
Abstract: Dalam rangka mengatasi besarnya jumlah penduduk dan menekan laju pertumbuhan penduduk, pemerintah telah berupaya melakukan pengendalian penduduk melalui program keluarga berencana (KB). Program keluarga berencana tidak terlepas dari pemakaian kontrasepsi. Faktor yang paling mendasar mempengaruhi perilaku pemakaian kontrasepsi adalah jumlah anak yang diinginkan oleh pasangan usia subur. Tujuan umum penelitian adalah menganalisis nilai anak, jumlah anak yang diinginkan dan keikutsertaan pasangan usia subur dalam program keluarga berencana. Kemudian, tujuan khusus penelitian adalah: (1) Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, nilai anak, jumlah anak yang diinginkan dan keikutsertaan dalam program KB di pedesaan dan perkotaan. (2) Menganalisis perbedaan karakteristik keluarga, nilai anak, dan jumlah anak yang diinginkan pada akseptor dan bukan akseptor KB. (3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan. (4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan dalam program KB. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sirna Sari, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Gudang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Responden yang digunakan adalah istri dari pasangan usia subur dengan usia 15-49 tahun. Teknik pengambilan contoh dengan cara cluster stratified non proportional random sampling, dengan jumlah contoh sebanyak 120 pasangan usia subur terdiri dari 30 akseptor KB dan 30 bukan akseptor KB di pedesaan dan 30 akseptor KB dan 30 bukan akseptor KB di perkotaan. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia (uji beda, uji korelasi, uji regresi linear berganda, dan uji regresi logistik). Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa: pendidikan suami, pendidikan istri, status bekerja istri, umur kawin pertama istri, pengetahuan terhadap KB, persepsi terhadap KB, kunjungan petugas KB, nilai manfaat anak, nilai biaya anak, dan jumlah anak yang diinginkan memiliki perbedaan signifikan antara keluarga contoh di pedesaan dan perkotaan. Rata-rata pendidikan suami di pedesaan (7,07 tahun) lebih rendah daripada di perkotaan (9,40 tahun). Pendidikan istri di pedesaan (6,67 tahun) lebih rendah daripada di perkotaan (8,67 tahun). Istri yang bekerja di pedesaan (15,0 persen) lebih sedikit daripada di perkotaan (30,0 persen). Perempuan di pedesaan (17,45 tahun) menikah lebih muda daripada perempuan perkotaan (20,27 tahun). Indeks pengetahuan terhadap KB di pedesaan (61,67) lebih rendah daripada di perkotaan (78,17). Indeks persepsi terhadap KB di pedesaan (32,57 ) lebih rendah daripada di perkotaan (37,28). Keluarga di pedesaan mendapatkan kunjungan petugas KB (56,7 persen) lebih sedikit daripada di perkotaan (76,7 persen). Indeks nilai manfaat anak di pedesaan (94,85 ) lebih tinggi daripada di perkotaan (86,98). Indeks nilai biaya anak di pedesaan (38,83) lebih rendah daripada di perkotaan (63,55). Jumlah anak yang diinginkan di pedesaan (4,07 anak) lebih banyak daripada di perkotaan (2,22 anak). Hasil analisis uji beda menunjukkan bahwa: umur istri, lama menikah istri, jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup, dukungan suami terhadap program KB, dan nilai biaya anak memiliki perbedaan signifikan antara keluarga contoh akseptor KB dan bukan akseptor KB. Rata-rata umur istri dari keluarga akseptor KB (33,97 tahun) lebih tua daripada bukan akseptor KB (31,58 tahun). Lama menikah istri dari keluarga akseptor KB (14,37 tahun) lebih lama daripada bukan akseptor KB (11,82 tahun). Jumlah anak lahir hidup dari keluarga akseptor KB (2,45 anak) lebih banyak daripada bukan akseptor KB (1,97 anak). Jumlah anak masih hidup dari keluarga akseptor KB (2,30 anak) lebih banyak daripada bukan akseptor KB (1,78 anak). Suami dari keluarga akseptor KB (100,0 persen) lebih banyak mendukung program KB daripada bukan akseptor KB (88,3 persen). Indeks nilai biaya anak dari keluarga akseptor KB (56,95) lebih tinggi daripada bukan akseptor KB (45,43). Hasil analisis uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa: lokasi tempat tinggal, umur kawin pertama istri, jumlah anak masih hidup, pendapatan per kapita, dan kunjungan petugas KB berpengaruh signifikan terhadap jumlah anak yang diinginkan. Lokasi tempat tinggal berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang diinginkan. Artinya, jumlah anak yang diinginkan keluarga di perkotaan cenderung lebih sedikit daripada di pedesaan. Umur kawin pertama istri berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang diinginkan. Artinya, semakin tua seorang perempuan menikah maka semakin sedikit jumlah anak yang diinginkan. Jumlah anak masih hidup berpengaruh positif terhadap jumlah anak yang diinginkan. Artinya, semakin banyak jumlah anak masih hidup maka semakin banyak jumlah anak yang diinginkan. Pendapatan per kapita keluarga berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang diinginkan. Artinya, semakin tinggi pendapatan per kapita keluarga maka semakin sedikit jumlah anak yang diinginkan. Kunjungan Petugas KB berpengaruh negatif terhadap jumlah anak yang diinginkan. Artinya, keluarga yang pernah mendapatkan kunjungan dan penyuluhan dari petugas KB (PLKB, Pos KB/Sub Pos KB/Kader KB, dan petugas kesehatan), jumlah anak yang diinginkan cenderung lebih sedikit daripada keluarga yang tidak pernah mendapatkan kunjungan petugas KB. Hasil analisis uji regresi logistik menunjukkan bahwa: nilai biaya anak dan jumlah anak yang diinginkan berpengaruh signifikan terhadap keikutsertaan dalam program keluarga berencana (KB). Nilai biaya anak berpengaruh positif terhadap keikutsertaan dalam program KB. Artinya, keluarga yang mempunyai persepsi nilai biaya anak tinggi mempunyai peluang yang lebih besar untuk ikut program KB (menjadi akseptor KB) daripada keluarga yang mempunyai persepsi nilai biaya anak rendah. Jumlah anak yang diinginkan berpengaruh positif terhadap keikutsertaan dalam program KB. Artinya, keluarga dengan jumlah anak yang diinginkan banyak mempunyai peluang yang lebih besar untuk ikut program KB (menjadi akseptor KB) daripada keluarga dengan jumlah anak yang diinginkan sedikit.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118505
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015okt.pdf
  Restricted Access
Fulltext33.08 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.