Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118473
Title: Penggunaan Metode Food Consumption Score (FCS) untuk menilai ketahanan pangan pada rumah tangga yang berisiko rawan pangan di Kota Bogor
Authors: Briawan, Dodik
Baliwati, Yayuk Farida
Sembiring, Anita Christina
Issue Date: 2015
Publisher: Bogor Argicultural University (IPB)
Abstract: Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditujukan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, nasional sepanjang waktu dan merata. Dengan demikian, ketahanan pangan di Indonesia didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (UU No 18 Tahun 2012). Rumah tangga yang tergolong miskin tidak mempunyai kemampuan daya beli yang dapat digunakan untuk menjamin ketahanan pangan rumah tangganya. Tapi kemiskinan tidak selalu diikuti oleh kerawanan pangan dan kerawanan pangan juga tidak harus selalu disertai oleh kemiskinan. Untuk mengukur ketahanan pangan membutuhkan data yang kompleks dan analisis data yang tidak praktis. Tidak ada cara yang spesifik untuk mengukur ketahanan pangan rumah tangga, namun konsumsi pangan sering dianggap sebagai salah satu gold standar untuk menilai ketahanan pangan. World Food Programme mengembangkan sebuah metode yang disebut dengan FCS (Food Consumption Score), metode tersebut dibuat berdasarkan keragaman pangan, frekuensi makan dan mengelompokkan pangan berdasarkan kandungan gizi. FCS sekarang sedang diuji untuk di terapkan di negara-negara lain termasuk Indonesia. Di Indonesia belum terdapat metode sederhana untuk menilai kualitas dan kuantitas konsumsi pangan di tingkat rumah tangga untuk menggambarkan ketahanan pangan rumah tangga, oleh karena itu metode FCS juga perlu di uji validasi untuk menilai cut-off point yang sesuai untuk standar di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik rumah tangga yang berisiko rawan pangan di Kota Bogor, mengkaji nilai spesifisitas dan sensitivitas metode FCS untuk menilai ketahanan pangan rumah tangga yang berisiko rawan pangan dan melakukan modifikasi penilaian FCS untuk menilai ketahanan pangan rumah tangga yang berisiko rawan pangan yang sesuai dengan kondisi di perkotaan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Penelitian dilaksanakan di Kota Bogor pada Kecamatan Bogor Tengah dari bulan Maret sampai Mei 2014. Data yang dianalisis meliputi data karakteristik rumah tangga serta konsumsi pangan rumah tangga berdasarkan Tingkat Kecukupan Energi (TKE), Mean Adequacy Ratio (MAR) dan Food Consumption Score (FCS). Data karakteristik rumah tangga meliputi usia, besar keluarga, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Data konsumsi rumah tangga dihitung dengan menggunakan metode recall 1 x 24 jam dan FCS dihitung dengan menggunakan kuesioner food frequensi 7 hari terakhir. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan independen. Untuk mengeksplorasi hubungan antara FCS dan MAR dianalisis dan disajikan dalam bentuk: (1) analisis deskriptif, (2) tabulasi silang dan (3) analisis sensitivitas dan spesifisitas. Semua rumah tangga memiliki skor konsumsi pangan yang tinggi yaitu >42, lebih tinggi dari skor yang ditetapkan oleh WFP. Skor yang tinggi tersebut disebabkan karena frekuensi pangan dari masing-masing kelompok pangan juga tinggi. Hampir setiap hari semua rumah tangga mengkonsumsi serealia atau padipadian, sayuran, ikan dan minyak. Hanya konsumsi buah-buahan yang tergolong jarang dengan rata-rata hanya 1 hari dalam seminggu. Rata-rata asupan energi rumah tangga per kapita per hari di Kota Bogor lebih kecil dibandingkan rata-rata angka kecukupan energi per kapita per hari yaitu hanya 61% dari angka kecukupan energi. Begitu juga halnya dengan ratarata asupan protein yang juga lebih kecil dari angka kecukupan protein yaitu 57% dari angka kecukupan protein. Hasil uji korelasi Spearman menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara FCS dan MAR (r=0,548) dan ada hubungan yang signifikan antara FCS dan TKE (r=0,282). Semua tingkat kecukupan masing-masing zat gizi (NAR) berkorelasi positif secara signifikan dengan FCS. Secara kualitatif, metode FCS relatif lebih mudah dan lebih sederhana untuk pengambilan data konsumsi pangan rumah tangga. Ambang batas yang ditetapkan oleh WFP untuk mengidentifikasi rawan pangan terlalu rendah digunakan di daerah perkotaan khususnya Kota Bogor karena FCS tidak dapat mengidentifikasi rumah tangga yang rawan pangan (Se 0% dan Sp 100%). Cut off 87 untuk skor minimal FCS mampu mengidentifikasi rumah tangga rawan pangan (TKE <70%) dengan sensitifitas 64% dan Spesifisitas 66%. Cut off 88 untuk skor minimal FCS mampu mengidentifikasi rumah tangga rawan pangan (MAR<77%) dengan Sensitifitas 65% dan Spesifisitas 63%.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118473
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2015acs.pdf
  Restricted Access
Fulltext32.7 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.