Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118238
Title: | Etnobotani Tumbuhan Pewarna Masyarakat Dayak Iban di Kapuas Hulu dan Masyarakat Melayu di Ketapang Kalimantan Barat |
Authors: | Qayim, Ibnul Y. Purwanto Hamim Wahdina |
Keywords: | Bogor Agricultural University (IPB) |
Issue Date: | 2023 |
Publisher: | IPB University |
Abstract: | Kalimantan Barat memiliki keanekaragaman tumbuhan yang kaya dengan tingkat endemisitas tinggi, termasuk tumbuhan pewarna alami. Pemanfaatan ragam tumbuhan sejak lama oleh masyarakat lokal menjadi khazanah kearifan lokal yang berharga dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, khususnya dalam pemanfaatan tumbuhan sebagai pewarna alami. Penelitian yang komprehensif diperlukan untuk mengungkap keberadaan dan pemanfaatan jenisjenis tumbuhan pewarna alami oleh masyarakat lokal Kalimantan Barat, serta pengujian khasiatnya sebagai pewarna alami secara ilmiah dan terstandar. Penelitian di Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat sampai penulisan laporan dan publikasi dilakukan pada tahun 2019-2021. Studi etnobotani dilakukan untuk memeroleh informasi lengkap mengenai jenis-jenis tumbuhan pewarna yang digunakan masyarakat, cara pemanfaatannya, warna yang dihasilkan, dan keberadaannya di alam. Penyebaran kuesioner untuk memeroleh pengetahuan masyarakat secara umum mengenai tumbuhan pewarna alami dilakukan di beberapa lokasi di Kabupaten Kapuas Hulu dan Ketapang. Masing-masing lokasi dipilih sebagai representasi kota, desa dan dusun dengan jarak relatif terhadap hutan dan tingkat pemanfaatan tumbuhan pewarna yang berbeda. Informasi jenis-jenis tumbuhan pewarna alami yang digunakan oleh masyarakat setempat terutama diperoleh dari responden masyarakat Dayak Iban di Dusun Sungai Utik Kapuas Hulu. Informasi pemanfaatan tumbuhan pewarna oleh masyarakat Melayu diperoleh dari responden di kota Ketapang. Responden dipilih dengan kriteria mengetahui, pernah dan sampai saat ini masih menggunakan tumbuhan pewarna alami. Pengumpulan data etnobotani keseluruhan menggunakan teknik kuesioner, wawancara, dikombinasikan dengan pengamatan langsung. Nilai kepentingan tiap jenis tumbuhan pewarna bagi masyarakat setempat ditentukan dengan menghitung persentase pemanfaatan tumbuhan pewarna di kelima lokasi, serta Nilai Guna (UV) dan Indeks Kepentingan Budaya (ICS) di Dusun Sungai Utik sebagai masyarakat Dayak Iban yang mengelola hutan adat dan ekowisata tenun sehingga masih menggunakan tumbuhan pewarna dalam produksi kerajinan. Analisis vegetasi dilakukan di Hutan Adat Menua Dusun Sungai Utik untuk mengkonfirmasi keberadaan jenis-jenis tumbuhan pewarna tersebut di habitat alaminya dan mendapatkan INP (Indeks Nilai Penting) masing-masing jenis. Ciri umum habitat alami tumbuhan tersebut beserta keberadaan permudaan alamnya juga diamati sebagai bahan pertimbangan konservasi dan budi daya jenis-jenis tumbuhan pewarna alami yang ada dengan mengikutsertakan masyarakat setempat. Ada 94 jenis tumbuhan pewarna yang dikenal masyarakat di Kalimantan Barat, dan terdapat beberapa jenis yang khas hanya dikenal sebagai pewarna di beberapa lokasi setempat. Keberadaan jenis-jenis tumbuhan pewarna alami tersebut beragam dari rendah sampai sedang dilihat dari INP serta keberadaan permudaan alaminya. Beberapa jenis tumbuh dan beregenerasi secara alami di hutan, namun jenis-jenis lainnya adalah jenis semi budi daya atau jenis budi daya yang memerlukan bantuan manusia dalam mempertahankan keberadaanya. Tumbuhan pewarna digunakan untuk mewarnai kerajinan tenun dan anyaman, makanan, dan bagian tubuh. Warna yang dihasilkan beragam, dan cara pemanfaatan juga berbeda-beda. Secara umum masyarakat Kalimantan Barat menganggap tumbuhan pewarna adalah penting, dan lebih memilih tumbuhan pewarna dibandingkan pewarna sintetik, jika tumbuhan pewarna tersebut tersedia di sekitar masyarakat dan dapat diambil dengan mudah. Pengetahuan tradisional masyarakat Kalimantan Barat tentang keanekaragaman jenis tumbuhan pewarna dan pemanfaatannya masih cukup tinggi terutama di lokasi yang pemukimannya masih dekat dengan hutan dan jauh dari kehidupan modern. Pada beberapa kelompok masyarakat, tingkat kepentingan pemanfaatan tumbuhan dari sudut pandang adat dan budaya masyarakat masih tinggi dan mereka perjuangkan penjagaannya dengan berbagai cara. Masyarakat Dayak Iban Dusun Sungai Utik mengenal 18 jenis tumbuhan pewarna alam, dan memeroleh jenis-jenis tumbuhan tersebut di beberapa satuan lingkungan di Hutan Adat Menua. Masyarakat ini mengenal beberapa teknik tenun, dan tumbuhan pewarna digunakan dalam teknik tenun ikat untuk mewarnai benang. Masyarakat ini mengenal dan melakukan beberapa teknik dalam proses pewarnaan tenun dan anyaman. Warna utama yang digunakan untuk tenun ikat adalah warna merah, hitam, dan putih. Nilai UV, ICS, dan nilai INP tumbuhan pewarna antara rendah, sedang, sampai tinggi, dan permudaan alam untuk beberapa jenis tersedia. Masyarakat Dayak Iban Dusun Sungai Utik di Kapuas Hulu mengelola Hutan Adat Menua. Satuan lingkungan yang dikenal masyarakat sebagai habitat tempat tumbuhan pewarna bisa didapat antara lain rimba, hutan lindung, damun, tembawai, engkabang, kebun karet, ladang, dan pemukiman. Komposisi vegetasi antar satuan lingkungan tersebut memiliki kesamaan jenis kurang dari 10%, menunjukkan keanekaragaman vegetasi yang tinggi di Hutan Adat Menua. Penelitian ini telah dapat menganalisis dan mensistesis karakterisasi warna dari hasil pewarnaan menggunakan jenis-jenis tumbuhan terpilih, dan mencoba kombinasi warna baru dan/atau penggunaan mordan hayati berdasarkan warna yang telah ada. Jenis-jenis tumbuhan setempat yang berpotensi untuk dikembangkan di antaranya engkerebai kayoh (Psychotria malayana, Psychotria viridiflora), engkerebai laut (Peristrophe bivalvis), engkudu (Morinda citrifolia), rengat kikat (Clerodendrum disparifolium), rengat padi (Indigofera suffruticosa), manyam (Glochidion lutescens), menuang (Octomeles sumatrana), sibau (Nephelium cuspidatum), dan entemu (Curcuma aromatica). Jenis-jenis tumbuhan yang berpotensi dikembangkan sebagai biomordan di antaranya adalah beting (Litsea fenestrata) dan jangau padi (Aporosa subcaudata, Aporosa antennifera). Pengembangan pemanfaatan jenis-jenis pewarna alami di Kalimantan Barat dilakukan berbasis masyarakat disertai kerja sama yang baik dengan badan-badan pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat. Kegiatan konservasi tumbuhan pewarna oleh masyarakat lokal sangat layak untuk didukung, dikembangkan, dan dikuatkan dengan kerjasama antar berbagai lembaga terkait, dan secara umum juga mendukung konservasi hutan di Kalimantan Barat. |
URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/118238 |
Appears in Collections: | DT - Mathematics and Natural Science |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Cover_Wahdina.pdf Restricted Access | Cover | 748.29 kB | Adobe PDF | View/Open |
DIsertasi Wahdina.pdf Restricted Access | Fulltext | 20.6 MB | Adobe PDF | View/Open |
Lampiran_Wahdina.pdf Restricted Access | Lampiran | 1.3 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.