Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117700
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorAchsani, Noer Azam-
dc.contributor.advisorPasaribu, Syamsul Hidayat-
dc.contributor.authorDasril, Roziana Octia-
dc.date.accessioned2023-05-19T03:18:39Z-
dc.date.available2023-05-19T03:18:39Z-
dc.date.issued2017-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117700-
dc.description.abstractPenelitian terdahulu lebih banyak berfokus pada pengaruh inklusi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi, pemerataan ekonomi, dan stabilitas keuangan (Dupas dan Robinson 2009; Ashraf et al. 2006). Penelitian yang baru berkembang saat ini menunjukkan bahwa inklusi keuangan berpengaruh terhadap efektivitas kebijakan moneter (Atingi-Ego 2013; Mehrotra dan Yetman 2015; 2014). Akan tetapi, saat ini belum ada penelitian empiris yang secara khusus menganalisis pengaruh inklusi keuangan terhadap permintaan uang. Padahal stabilitas permintaan uang merupakan salah satu kunci utama dalam kebijakan stabilitas moneter dan ekonomi. Model Baumol-Tobin menjelaskan bahwa fungsi permintaan uang dapat dipengaruhi oleh biaya tetap pergi ke bank. Model tersebut menyimpulkan bahwa individu akan memegang lebih banyak uang jika biaya tetap pergi ke bank lebih tinggi, pendapatan lebih tinggi, atau jika tingkat bunga lebih rendah. Kemudahan akses dalam layanan perbankan dapat menurunkan biaya dengan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menarik uang. Peningkatan inklusi keuangan akan mengurangi biaya terhadap akses ke dalam layanan perbankan tersebut sehingga memungkinkan dapat mempengaruhi permintaan uang di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh inklusi keuangan terhadap permintaan uang dan menganalisis hubungan keduanya dalam jangka panjang. Penelitian ini menggunakan pendekatan panel kointegrasi untuk melihat hubungan jangka panjang antara inklusi keuangan dan permintaan uang dan Fully Modified Ordinary Least Square (FMOLS) dan Dynamic OLS (DOLS) untuk mengestimasi koefisien jangka panjang. Penelitian ini menggunakan data 36 negara di dunia yang dibagi ke dalam dua kategori negara yaitu negara maju dan berkembang dan berdasarkan empat kawasan yaitu East Asia & Pacific, Latin America & Caribbean, Europe & Central Asia dan Africa dengan periode pengamatan tahun 2004-2014. Tingkat inklusi keuangan masing-masing negara dihitung dengan menggunakan indeks inklusi keuangan atau index of financial inclusion (IFI) yang dikembangkan oleh Sarma (2008). Hasil penghitungan IFI menunjukkan bahwa rata-rata negara maju memiliki tingkat inklusi keuangan yang lebih tinggi dibanding negara berkembang. Hasil estimasi DOLS menunjukkan bahwa inklusi keuangan signifikan berhubungan negatif dengan permintaan uang pada negara maju, sementara di negara berkembang berhubungan positif. Hasil uji kointegrasi pada negara maju menunjukkan bahwa variabel IFI yang dimasukkan ke dalam model permintaan uang menghasilkan hubungan jangka panjang yang lebih kuat dibanding model di negara berkembang. Negara berkembang sebaiknya meningkatkan infrastruktur akses ke layanan perbankan untuk meningkatkan inklusi keuangan sehingga otoritas moneter di negara berkembang lebih dapat mengontrol stabilitas permintaan uang melalui inklusi keuangan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcMoneyid
dc.titleDampak inklusi keuangan terhadap permintaan uangid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordFinancial inclusionid
dc.subject.keywordMoney demandid
dc.subject.keywordPanel cointegrationid
dc.subject.keywordIFIid
dc.subject.keywordIndex of Financial Inclusionid
dc.subject.keywordPengaruh Inklusi Keuanganid
Appears in Collections:DT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2018rod.pdf
  Restricted Access
Fulltext26.88 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.