Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117524
Title: Distribusi dan neraca CO2 antropogenik laut di Daerah Arus Lintas Indonesia (ARLINDO)
Authors: Sanusi, Harpassis
Prartono, Tri
Koropitan, Alan
Parengkuan, Maxi Elias Timotius
Issue Date: 2012
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Era revolusi industri dimulai ketika manusia memulai kegiatan antropogeniknya yaitu memanfaatkan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara sebagai sumber energi. Kegiatan ini dimulai dari dataran Eropa pada tahun 1750an dan kemudian mulai berkembang ke seluruh dunia sampai sekarang. Hasilnya, konsentrasi CO2 di atmosfer meningkat tajam pada titik yang cukup untuk mengubah iklim bumi. Data terakhir yang dirilis global carbon project (GCP) menunjukkan, konsentrasi CO2 atmosfer hampir mencapai 390 ppm di akhir tahun 2010, bandingkan dengan awal era revolusi industri yang masih sekitar 280 ppm, selisihnya sekitar 110 ppm, yang kemudian disebut sebagai konsentrasi CO2 antropogenik. Dari semua CO2 yang dihasilkan dari kegiatan antropogenik, hanya 50%-nya saja yang disetorkan ke level atmosfer, sementara sisanya harus diserap oleh tumbuhan daratan dan lautan (Sabine 2004). Laut memainkan peranan penting dalam mereduksi CO2 atmosfer melalui mekanisme kesetimbangan yang berlangsung didalamnya. Bila laut tidak berperan dalam hal ini, konsentrasi CO2 di atmosfer mungkin akan berada pada kisaran 1000 ppm. Disini terlihat betapa pentingnya peran laut dalam menjaga keseimbangan sistem bumi. CO2 penting dalam menjamin berlangsungnya kehidupan di dalam laut, namun sebaliknya, semakin banyak CO2 yang diserap, dikawatirkan justru akan berdampak pada kehidupan didalamnya. Dari tahun ke tahun konsentrasi CO2 antropogenik terus menunjukkan peningkatan dan peningkatan ini dikawatirkan akan mengubah fungsi laut sebagai penyerap, karena laut juga memiliki kemampuan terbatas dalam menampung CO2 terlarut di dalamnya. CO2 dipertukarkan di antara ketiga Samudera Dunia (Atlantik, Hindia, dan Pasifik), melalui sirkulasi termohalin massa air dunia (The Great Conveyor Belt). Penyerapan CO2 antropogenik oleh laut, dimulai pada saat air hangat bergerak ke Atlantik Utara dan menjadi dingin. Pada kondisi ini, tekanan parsial CO2 (pCO2) laut menjadi lebih rendah dari atmosfer, sehingga CO2 atmosfer dengan mudah diserap oleh lautan. Penyerapan CO2 antropogenik oleh laut terjadi juga di Samudera Selatan yang memiliki suhu permukaan air yang rendah. Perjalanan CO2 antropogenik massa air Atlantik Utara di lapisan dalam, kemudian bergabung dengan massa air Samudera Selatan, selanjutnya CO2 antropogenik didistribusikan ke Samudera Hindia dan Samudera Pasifik....dst
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/117524
Appears in Collections:DT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
2012mtp.pdf
  Restricted Access
Full text6.65 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.