Pemanfaatan dan Pengembangan Ransum Berbasis Indigofera Zollingeriana Berkualitas untuk Kambing Perah

Abstract

Upaya peningkatan produktivitas kambing perah sering terhambat oleh rendahnya mutu ransum yang diberikan peternak, sehingga produksi susu masih kurang dari 1.5 liter/ekor/hari. Penggunaan rumput dan sebagian hijauan tropis sebagai sumber pakan utama ternak kambing tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk produkstivitas tinggi karena kandungan protein rumput tropis relatif rendah berkisar antara 4-9%, sedangkan kebutuhan protein ransum kambing perah mencapai 18%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak dilakukan oleh sebagian peternak dengan pemberian konsentrat komersial, yang harganya relatif mahal sehingga tidak terjangkau oleh peternak skala kecil. Harga konsentrat yang berkualitas tinggi semakin mahal akibat persaingan penggunaan bahan baku pakan sehingga banyak bahan baku berkualitas tinggi seperti dedak gandum dan bungkil kedelai harus diimpor. Alternatif yang ditempuh untuk mengurangi penggunaan konsentrat ransum adalah mengembangkan pakan hijauan yang berasal dari tanaman leguminosa yaitu Indigofera zollingeriana. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu membandingkan kualitas nutrisi I. zollingeriana dengan beberapa jenis leguminosa sebagai kandidat sumber protein pakan kambing, evaluasi nilai biologis konsetrat mengandung I. zollingeriana dalam sistem rumen kambing perah, dan evaluasi konsentrat mengandung I. zollingeriana terhadap anak kambing lepas sapih dan kambing perah laktasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAK) dan acak kelompok (RAK), dilanjutkan dengan serangkaian perhitungan meliputi potensi produksi protein I. zolliongeriana dan nilai ekonomi penggunaan I. zollingeriana dalam ransum kambing perah. Penelitian tahap I diperoleh hasil bahwa I. zollingeriana memiliki kandungan protein kasar (PK) 36% lebih tinggi dibandingkan alfalfa dan potensi produksi PK sebesar 7.64-12.99 ton BK ha-1 tahun-1, mencapai 1.6-4.1 kali dibandingkan potensi hijauan alfalfa. Kandungan serat I. zollingeriana lebih rendah 33% dibandingkan alfalfa. Pengamatan in vitro menunjukkan produksi gas I. zollingeriana pada inkubasi 12 jam pertama lebih tinggi dari alfalfa, turi, gamal, kaliandra, lamtoro dan angsana. Produksi gas indigofera lebih banyak dihasilkan dari fraksi bahan mudah larut, sedangkan produksi gas alfalfa dari proses fermentasi. Nilai koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO), VFA total I. zollingeriana lebih tinggi dibandingkan legum lainnya. Konsentrasi NH3 I. zollingeriana tidak berbeda dengan turi tetapi lebih tinggi dibandingkan legum yang lain. I. zollingeriana mengandung tannin paling rendah sebesar 0.9%. Penelitian ini tahap II bertujuan untuk mengevaluasi kualitas nutrisi ransum yang mengandung I. zollingeriana untuk kambing perah. Penelitian ini dilakukan secara in vitro menggunakan teknik fermentasi rumen atau Rumen Simulation Technique (RUSITEC) dan metode Tilley dan Terry (1963). Hasil penelitian menggunakan RUSITEC memperlihatkan bahwa ransum dengan proporsi I. zollingeriana yang tinggi yaitu 60 dan 80% bahan kering (BK) memiliki nilai KCBK dan KCBO lebih tinggi dibandingkan ransum dengan proporsi I. zollingeriana yang rendah (20 dan 40%). Nilai VFA sebanding dengan KCBK dan KCBO khususnya asam asetat dan propionat. Konsentrasi metan terendah terdapat dalam ransum yang mengandung proporsi I. zollingeriana tertinggi dan disertai dengan populasi protozoa terendah. Hasil penelitian menggunakan metode Tilley dan Terry (1963) menunjukkan bahwa nilai KCBK, KCBO dan KCPK ransum dengan proporsi 20% I. zollingeriana lebih tinggi dari ransum kontrol tanpa I. zollingeriana. Tidak terdapat perbedaan produksi gas total dan konsentrasi VFA parsial pada ransum yang digunakan. dst...