Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116666
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSyaufina, Lailan
dc.contributor.advisorPuspaningsih, Nining
dc.contributor.authorPutri, Atfi Indriany
dc.date.accessioned2023-02-07T04:45:05Z
dc.date.available2023-02-07T04:45:05Z
dc.date.issued2023-02-07
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116666
dc.description.abstractKebakaran hutan dan lahan di Indonesia merupakan salah satu isu lingkungan yang menjadi perbincangan masyarakat setiap tahunnya, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kebakaran pada lahan gambut adalah tinggi muka air, hotspot, dan faktor iklim terutama curah hujan. Badan Restorasi Gambut dan Mangrove telah membentuk Sistem Pemantauan Air Gambut (SIPALAGA) berbasis peralatan sensor di lapangan untuk mengukur ketinggian air, namun pemanfaatan datanya masih kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis hubungan antara tinggi muka air, dan hotspot sebagai indikator kebakaran hutan dan lahan, (2) menganalisis hubungan antara tinggi muka air dan curah hujan, dan (3) membuat model dan peta risiko kebakaran terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Wilayah studi yang dipilih pada penelitian ini adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS, pemetaan hotspot dan tinggi muka air didukung oleh Arc Map GIS 10.5, dan pembuatan model serta pemetaan risiko kebakaran menggunakan metode Composite Mapping Analysis. Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki sebaran hotspot untuk Januari 2019 – Desember 2021 sebanyak sekitar 916 hotspot. Uji korelasi hotspot dengan ketinggian air diperoleh nilai korelasi sedang -0,408 dan P-Value 0,001, yang menunjukkan bahwa hotspot dengan tinggi muka air memiliki hubungan negatif, yang berarti bahwa tingginya nilai muka air akan diikuti dengan penurunan hotspot. Adapun korelasi ketinggian muka air dengan curah hujan mendapat nilai korelasi tinggi sebesar 0,705 dengan nilai P-Value sebesar 0,001 dan memiliki notasi positif, yang artinya tingginya jumlah curah hujan akan diikuti dengan tingginya ketinggian muka air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tinggi muka air gambut memiliki kemungkinan yang baik sebagai indikator kebakaran hutan dan lahan di kawasan lahan gambut pada wilayah penelitian. Berdasarkan hasil analisis 5 subfaktor lingkungan dan manusia, yaitu tutupan lahan, fungsi kawasan, jarak jalan, jarak sungai, dan jarak saluran irigasi menunjukkan bahwa tinggi muka air kritis sebagai indikator kebakaran adalah (-0,392) m. Nilai ini sangat sesuai dengan ambang batas TMA dalam peraturan pemerintah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAnalisis Risiko Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut menggunakan Indikator Tinggi Muka Air di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambiid
dc.subject.keywordCMAid
dc.subject.keywordfire risk
dc.subject.keywordground water level
dc.subject.keywordhotspot
dc.subject.keywordsipalaga
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdfCover485.41 kBAdobe PDFView/Open
Tesis Final - Atfi Indriany Putri- E4501202021 - 021_ Atfi Indriany Putri.pdf
  Restricted Access
Fulltext6.09 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran171.26 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.