Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116613
Title: Pengembangan Manajemen Rantai Pasok Distributor FMCG pada PT Tigaraksa Satria Tbk di Era Digital
Other Titles: Pengembangan Manajemen Rantai Pasok Distributor FMCG pada PT Tigaraksa Satria Tbk di Era Digital
Authors: Marimin, Marimin
Machfud, Machfud
Alamsyah, Zeffry
Mulyawan, Agung
Issue Date: 2023
Publisher: IPB University
Abstract: Industri FMCG merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi ekonomi terhadap negara. Hal ini dikarenakan dalam praktik penjualannya, produk yang dipasarkan dapat terjual cepat, namun semakin berkembangnya era digital tentunya mempengaruhi praktik bisnis konvensional. Shifting terjadi pada perkembangan bisnis FMCG di Indonesia yang mendorong perusahaan untuk merubah aktivitas cara mereka melakukan bisnis. Key stakeholder harus fokus pada strategi, kerangka kerja, dan teknologi yang mereka kuasai dalam waktu dekat. Kondisi ini menyebabkan tanggung jawab praktisi supply chain untuk memastikan kelancaran dan kelancaran operasi, mengadopsi digitalisasi dan teknologi yang muncul untuk kepentingan kegiatan supply chain untuk menghadapi gangguan dalam waktu dekat, strategi yang dapat meningkatkan efisiensi kegiatan supply chain (Bhakat dan Arif 2021). Industri 4.0 saat ini mendukung perkembangan nyata perusahaan dalam berbagai sektor yang membutuhkan adaptasi perusahaan (Qui et al. 2020). Perubahan juga terjadi terhadap rantai pasok yang sudah ada di industri FMCG. Oleh karena itu, penting untuk dianalisis terkait beberapa hal dalam penerapan ISCM pada bisnis FMCG. PT Tigaraksa sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang FMCG memiliki kategori produk menjadi empat golongan, yaitu baby and child nutritional products, food products, non food products, dan cold chain product. PT Tigaraksa saat ini berusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan digitalisasi yang ada, sehingga perusahaan mampu mengasah kompetensi baru dalam menyelaraskan perkembangan teknologi dengan kebutuhan perusahaan. Hal ini juga didukung dengan kinerja karyawan yang mencapai nilai kinerja supply chain 96,87%, Menurut Monczka et al. (2011) nilai kinerja supply chain saat ini berada pada kategori sangat baik dengan masih ada beberapa sektor yang dapat dikembangkan, namun dalam rangka menjaga konsistensi capaian kinerja PT Tigaraksa, analisis ini berhasil mengidentifikasi dua risk agent yang harus segera diatasi oleh stakeholder, yaitu belum adanya data tentang stok dan penjualan secara realtime di seluruh cabang dan channel distributor, dan belum terdigitalisasi dan terintegrasi data stok dan data penjualan dari seluruh channel atau outlet. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian lebih dan mitigasi risiko dini untuk mencegah terjadinya risiko yang tidak diharapkan. Hasil analisis menunjukkan mitigasi risiko yang direkomendasikan adalah dengan integrasi sistem internal baik bagian sales, logistic, finance dan memberikan benefit ke outlet untuk proses digitalisasi. Berdasarkan analisis kondisi existing di PT. Tigaraksa terlihat bahwa adanya perkembangan teknologi merubah bentuk rantai pasok pendistribusian yang sebelumnya konvensional berubah menjadi rantai pasok digital. Menurut Legner et al. (2017), digitalisasi merupakan transformasi yang dilakukan dari model konvensional menjadi model digital dan dampak yang disebabkan oleh adopsi dan operasi dalam teknologi. Fantazy et al. (2010) menyampaikan hal yang hampir serupa dimana dorongan oleh persaingan global dan permintaan untuk layanan pelanggan yang efektif, mengharuskan organisasi untuk terkoordinasi dan v berkolaborasi dalam meningkatkan kinerja yang membutuhkan yang terintegrasi dalam rantai pasokan. Integrasi rantai pasokan yang efektif akan membantu organisasi untuk mencapai peningkatan kinerja operasional (Wong et al. 2011). PT Tigaraksa saat ini dalam upaya mengintegrasikan beberapa area supply chain untuk menciptakan sistem ISCM yang dapat dilakukan dengan tujuan yaitu: 1) Integrasi internal antara bagian sales, logistic dan finance 2) Integrasi prinsipal dengan PT Tigaraksa sebagai distributor untuk melakukan komunikasi yang terenkripsi, dengan mengutamakan safety dan traceability yang jelas. 3) Koordinasi PT Tigaraksa dengan eksternal (outlet) pasar tradisional, minimarket & supermarket dapat dilakukan dengan menggunakan satu aplikasi yang memudahkan seluruh stakeholder dalam menggunakannya dan mampu memberikan sistem informasi yang valuable baik ketersediaan stok maupun data penjualan realtime yang dapat dilakukan. Hal ini dapat diimplementasikan dengan pengembangan aplikasi SINBAD yang selama ini di gunakan PT Tigaraksa Satria yang berfungsi untuk memfasilitasi proses pemesanan produk agar general trade dapat melakukan pemesanan secara individu tanpa melalui salesman. Secara kesimpulan kombinasi pengembangan proses digitalisasi pada rantai pasok Tigaraksa yang terintegrasi merupakan pengembangan manajemen rantai pasok yang dinilai sebuah kesatuan proses yang saling menunjang dan memperkuat proses satu sama lain. Digitalisasi dinilai mampu mengakselerasi proses integrasi. Aktivitas yang dapat dilakukan utamanya melalui integration business planning yang mendorong adanya integrasi pada jajaran stakeholder untuk dapat memantau, memonitoring, dan menganalisis hasil integrasi yang disajikan dalam bentuk report atau dashboard yang terupdate secara realtime dan continue, karena digitalisasi supply chain mendorong pemanfaatan teknologi digital secara maksimal dalam konteks perencanaan, pelaksanakan transaksi dan komunikasi (Sanders dan Swink 2019). Pyda et al. (2020) dalam penelitiannya memberikan gambaran tentang digitalisasi ISCM dengan membuat software yang komprehensif yang memungkinkan pemrosesan dan pengelolaan kumpulan big data yang efisien di satu tempat untuk seluruh perusahaan produksi multi-departemen yang beroperasi. Integrasi ini tidak dapat dilakukan sendiri oleh PT Tigaraksa, tentunya membutuhkan kerjasama setiap stakeholder untuk mencapai ISCM yang diharapkan. Menurut Kotler et al. (2016) di era 4.0 hal terpenting untuk diperhatikan perusahaan adalah kolaborasi, sosial, networking, hybrid, dan engagement, sehingga enabler yang dibutuhkan adalah motivasi outlet untuk digitalisasi, PT Tigaraksa harus berkolaborasi dengan beberapa outlet yang dapat dijadikan contoh untuk outlet lain. Outlet-outlet yang berperan dan berkolaborasi mendapatkan benefit dalam proses digitalisasi. Hal lain yang dapat dilakukan adalah melakukan invitation pada stakeholder yang ingin diintergrasikan baik secara digital dan word-to-mouth pada saat proses stok barang dilakukan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116613
Appears in Collections:DT - Business

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover,Lembar Pernyataan,Abstrak,Lembar Pengesahan,Prakata, dan Daftar Isi.pdf
  Restricted Access
Cover327.33 kBAdobe PDFView/Open
K16180029_Agung Mulyawan.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.25 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran525.71 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.