Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116455| Title: | Respon Fisiologi Tanaman Sagu (Metroxylon spp.) Muda Terhadap Metode Penyemaian Bibit yang Berbeda |
| Authors: | Djoefrie, Mochamad Hasjim Bintoro Agusta, Herdhata Ayulia, Liska |
| Issue Date: | 2023 |
| Publisher: | IPB (Bogor Agricultural University) |
| Abstract: | Indonesia merupakan negara yang memiliki luasan sagu terbesar di dunia.
Luas areal sagu di Indonesia sebesar 5,5 juta ha dari jumlah total 6,5 juta ha sagu
dunia. Penyemaian bibit sagu sebelum dipindahtanamkan ke lapangan sangat
penting dilakukan, karena dapat meningkatkan kemampuan dan keberlangsungan
hidup tanaman sagu. Laju fotosintesis merupakan kunci yang memiliki peran besar
terhadap proses keberlangsungan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sagu
saat fase pembibitan dan fase setelah pindah lapang. Ketersediaan energi sangat
mempengaruhi segala aktivitasnya untuk mempertahankan keberlangsungan hidup
tanaman tersebut. Penelitian bertujuan untuk menganalisis respon fisiologi tanaman
sagu yang ada di fase pembibitan dan fase setelah pindah lapang. Selanjutnya
diperoleh perlakuan yang memberikan respon fisiologi terbaik yang mendukung
ketahanan hidup bibit sagu setelah dipindahtanamkan ke lapangan.
Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan Bawah, Laboratorium
Pasca Panen, Laboratorium Mikroteknik dan Laboratorium Pengujian Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Januari 2020 hingga bulan Februari 2021. Tanaman sampel
yang digunakan mendapat empat taraf perlakuan yaitu sucker direndam di dalam
kolam yang terbuat dari terpal dengan ketinggian air 10 cm dari dasar bibit selama
3 bulan (P1), sucker ditanam di polibag menggunakan media tanah yang dicampur
dengan pupuk kandang dan arang sekam kemudian direndam dengan ketinggian air
10 cm selama 3 bulan (P2), sucker ditanam di polibag menggunakan media tanah
yang dicampur dengan pupuk kandang dan arang sekam kemudian tidak direndam
selama 3 bulan (P3) dan sucker direndam di dalam kolam dengan ketinggian air 10
cm dari dasar bibit selama 1 bulan, kemudian sucker ditanam di polibag
menggunakan media tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dan arang sekam
lalu direndam di dalam kolam dengan ketinggian air 10 cm selama 2 bulan (P4).
Penelitian dirancang menggunakan rancangan petak tersarang dengan dua faktor
yaitu faktor 1 fase pembibitan dan fase setelah pindah lapang dan faktor 2 metode
penyemaian bibit, dengan 12 satuan percobaan. Jumlah tanaman contoh yang
diamati sebanyak 3 tanaman per perlakuan sehingga total tanamannya yaitu
sebanyak 24 tanaman contoh. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisys
of variance (ANOVA). Apabila terdapat perlakuan yang menunjukkan pengaruh
nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji f dengan taraf 5%. Proses analisis
data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013, aplikasi SAS
ver. 9.0.
Berbagai metode penyemaian sagu tidak memberikan pengaruh terhadap
kerapatan stomata, luas daun, laju fotosintesis dan kandungan klorofil, sedangkan
kandungan gula perlakuan sucker direndam tanpa polibag selama 1 bulan kemudian
dilanjutkan dengan polibag selama 2 bulan pada fase pembibitan dan fase setelah
pindah lapang memiliki nilai paling tinggi (7,77% dan 10,76%) dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Semua metode penyemaian bibit sagu sama baiknya dan
dapat dijadikan sebagai metode pembibitan, namun saat fase pembibitan, tanaman
sagu lebih cenderung menyukai metode penyemaian perendaman, sedangkan saat
fase setelah pindah lapang perlakuan sucker direndam dalam kolam penyemaian
selama 1 bulan tanpa menggunakan media tanam, kemudian dilanjutkan
menggunakan media tanam dan polibag selama 2 bulan lebih baik dibandingkan
dengan perlakuan lainnya dan memiliki nilai persentase hidup paling tinggi (100%)
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Indonesia is a country that has the largest sago area in the world. The sago area in Indonesia is 5,5 million ha out of a total of 6,5 million ha of world sago. It is crucial to sow sago seeds before transplanting them into the field to increase the survival of sago plants. The rate of photosynthesis is a key that has a significant role in sustaining the growth and development of sago plants during the nursery and transplanting phases. The availability of energy greatly influences all its activities to maintain the viability of these plants. This study aimed to analyze the physiological response of sago plants in the nursery phase and after field transfer. Furthermore, the treatment that provided the best physiological response for increasing the survival of sago seedlings after being transplanted was acquired. The research was conducted at the Lowerland of Cikabayan Experimental Garden, Post-Harvest Laboratory, Microtechnic Laboratory, and Testing Laboratory of the Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, from January 2020 to February 2021. The sample plants used at four levels of treatments sago saplings immersed in water bare-rooted on a raft in a tarpaulin pond for three months (P1), sago saplings planted in media mix consisting of manure and husk charcoal in polybags, then immersed in water for three months (P2), sago saplings planted in media mix consisting of manure and husk charcoal in polybags, without water immersion (P3) and sago saplings immersed bare-rooted in a water pool for one month, then planted in media mix consisting of manure and husk charcoal in polybags, followed by soaking in the water pool for two months (P4). The study was designed using a nested plot design with two factors i.e. factor 1 as nursery phase and post-transplanting phase and factor 2 as seeding methods. The number of sample plants observed was three plants per treatment, so the whole plants were 24 sample plants. Data analysis used Analysis of Variance (ANOVA) followed by the advance test using the t-test with a level of 5% using Microsoft Excel 2013 and SAS application version 9.0. Treatment of various sago seeding methods did not affect stomata density, leaf area, photosynthesis rate, and chlorophyll content. In contrast, the sugar content of treatment 4 in the seedling phase and after field transplanting had the highest values (7.77% and 10.76%) compared to other treatments. All methods of sowing sago seedlings were equally good and fitted in nurseries, but during the nursery phase, sago plants tended to prefer the immersion seeding method. During the field transfer phase, the sucker treatment was soaked in the seeding pond for one month without using planting media, then continued. Treatment 4 was better than other treatments and had the highest survival rate (100%). |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/116455 |
| Appears in Collections: | MT - Agriculture |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| Cover_A252190281_Liska Ayulia.pdf Restricted Access | Cover | 391.43 kB | Adobe PDF | View/Open |
| A252190281_Liska Ayulia.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.97 MB | Adobe PDF | View/Open |
| Lampiran_A252190281_Liska Ayulia.pdf Restricted Access | Lampiran | 1.83 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.