Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115778
Title: Dampak Penyakit African Swine Fever (ASF) terhadap Manajemen Pemeliharaan Ternak Babi di Kabupaten Toba
Other Titles: The Impact of African Swine Fever (ASF) on the Management of Pig Farms in Toba Regency
Authors: Nugrohowati, Lucia Cyrilla Eko
Sinaga, Sauland
Sipayung, Geraldo Fidelis
Issue Date: 30-Dec-2022
Publisher: -
Abstract: Ternak babi merupakan salah satu komoditi peternakan yang potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 2019 terjadi penurunan populasi temak babi di Kabupaten Toba akibat wabah penyakit African Swine Fever (ASF). Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis manajemen pemeliharaan (perkandangan, bibit, pakan, biosecurity) peternakan babi sebelum ASF dan mengkaji system era new normal petemakan babi dalam mencegah dan memberantas penyakit ASF sehingga dapat memulihkan perekonomian peternak babi di Kabupaten Toba 2. Menganalisis faktor penyebab perbedaan jumlah kematian ternak yang beragam pada masing-masing peternak 3. Menganalisis pengaruh penyakit ASF terhadap perekonomian peternak babi di Kabupaten Toba 4. Menganalisis tingkat kerugian wabah ASF di Kabupaten Toba Penelitian dilaksanakan di peternakan babi rakyat di Kabupaten Toba Provinsi Sumatra Utara. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2022. Pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai peternak, serta melakukan observasi langsung di kandang peternakan babi rakyat di Kabupaten Toba. Sebanyak 65 orang peternak dipilih sebagai responden dalam penelitian ini. Faktor penyebab perbedaan jumlah kematian ternak yang beragam pada masing-masing peternak babi di Kabupaten Toba sebagai berikut: tingkat pendidikan peternak, pekerjaan utama peternak, letak kandang, jarak kandang dari kandang babi peternak lain, sistem perkandangan, pembeli diizinkan masuk, penggunaan desinfektan, asal pejantan, jenis pakan, pengolahan pakan dan melakukan pengasapan. Sistem era new normal peternakan babi dalam mencegah dan memberantas penyakit ASF adalah dengan menerapkan biosecurity yang ketat baik untuk personal dan barang yang akan memasuki kendang. Sebaiknya peternak menyediakan pejantan sendiri atau menerapkan teknologi Inseminasi Buatan. Pada saat melakukan penjualan, pembeli tidak diizinkan memasuki kandang, peternak sendiri yang mengeluarkan babi dari kandang dengan peralatan yang sudah didesinfeksi terlebih dahulu. Selain itu, peternak dianjurkan memberikan pakan kering. Apabila memberikan pakan basah/swill feeding harus diolah dengan benar. Peternak juga perlu memperhatikan letak kandang yang memiliki jarak yang cukup dari pemukiman penduduk dan kandang babi peternak lain. Petemak dapat melakukan pengasapan sebagai desinfektan alami. Pengaruh penyakit ASF terhadap aspek finansial peternakan dihitung dari: pendapatan usaha, revenue-cost ratio (RIC) dan benefit-cost ratio (B/C). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peternak rakyat di Kabupaten Toba dengan pemeliharaan induk 10 ekor sebelum wabah ASF menghasilkan pendapatan sebesar Rp 9.462.617,38, R/C 1,2 dan B/C 0,2. Pasca outbreak pendapatan peternak meningkat menjadi Rp 55.434.480,13; R/C 2 dan B/C 1. Perkiraan tingkat kerugian yang ditimbulkan wabah ASF di Kabupaten Toba dibagi menjadi dua yaitu dampak langsung sebesar Rp 53,51 miliar dan dampak tidak langsung sebesar Rp 1,86 miliar, dengan total kerugian Rp 55,37 miliar.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115778
Appears in Collections:MT - Animal Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover489.32 kBAdobe PDFView/Open
Tesis Geraldo_Watermark.pdf
  Restricted Access
Fullteks715.47 kBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran298.58 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.