Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115007
Title: Rekayasa Agroekosistem Kubis dengan Tanaman Refugia untuk Pengendalian Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae)
Other Titles: Cabbage Agroecosystem Engineering with Refugia Plants for The Control of Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae)
Authors: Dadang, Dadang
Pudjianto, Pudjianto
Winasa, I Wayan
Asmoro, Prayogo Probo
Issue Date: Sep-2022
Publisher: IPB University
Abstract: Pemanfaatan Diadegma semiclausum Hellen (Hymenoptera: Ichneumonidae) sebagai parasitoid ulat daun kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) menjadi salah satu contoh pengendalian hayati yang cukup efektif. Namun demikian, pemanfaatan musuh alami sering kali tidak efektif yang disebabkan oleh beberapa kondisi tertentu seperti penanaman tanaman budi daya secara monokultur dan penggunaan insektisida yang intensif. Peningkatan kinerja musuh alami dapat dilakukan dengan rekayasa agroekosistem. Salah satu cara rekayasa agroekosistem yaitu dengan menanam tanaman refugia yang dapat berperan sebagai tanaman sumber nutrisi musuh alami (insectary plant), tanaman perangkap maupun tanaman repelen. Penanaman tanaman refugia ini juga akan menciptakan keanekaragaman tanaman pada lanskap pertanian. Penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat beberapa tanaman refugia yang berpotensi sebagai tanaman rapelen dan perangkap bagi P. xylostella, serta sebagai sumber nutrisi bagi parasitoidnya, D. semiclausum, yaitu kemangi (Ocimum basilicum), seledri (Apium graveolens) dan sawi tanah (Rorippa indica). Tujuan penelitian ini untuk: 1) mengetahui pengetahuan dan persepsi petani tentang pengelolaan hama dan rekayasa agroekosistem kubis, 2) pengaruh rekayasa agroekosistem kubis dengan tanaman refugia terhadap serangan P. xylostella, tingkat parasitisasi D. semiclausum, serta kelimpahan dan keanekaragaman artropoda, 3) mengidentifikasi senyawa volatil dari tanaman kubis, tanaman refugia, dan interaksi keduanya, dan 4) merancang desain agroekosistem kubis dengan tanaman refugia yang dapat dikombinasikan dengan aplikasi insektisida. Pada penelitian pertama, wawancara pada petani kubis menggunakan kuesioner terstruktur dilakukan di lima kecamatan di Kabupaten Cianjur yaitu Kecamatan Pacet, Cipanas, Cugenang, Sukanagara, dan Campaka. Penelitian kedua merupakan kegiatan lapangan, dimulai dari persiapan dan pengolahan lahan, penanaman kubis dan tanaman refugia, aplikasi insektisida, pengamatan populasi P. xylostella dan kerusakan tanaman, tingkat parasitisasi D. semiclausum, pencatatan keadaan cuaca, pengamatan kelimpahan dan keanekaragaman artropoda (pengamatan langsung, yellow pan trap, pitfall trap, dan transparent sticky trap), pengamatan produksi kubis, dan analisis data. Pada penelitian ketiga, ekstraksi dan identifikasi senyawa volatil tanaman kubis, refugia, dan kombinasinya dilakukan melalui fase padat mikroekstraksi headspace/SPME-HS dan Gas Chromatograph-Mass Spectrometer/GCMS. Penelitian keempat, merupakan kegiatan lapangan yang hampir sama dengan penelitian kedua, namun penanaman refugia dikombinasikan dengan aplikasi insektisida. Penelitian pertama menunjukkan bahwa secara umum petani kubis di lima kecamatan di Cianjur menganggap P. xylostella, selain Crocidolomia pavonana, menjadi hama utama pada kubis dan menimbulkan kerusakan yang berat, dibandingkan dengan hama kubis yang lain. Aplikasi insektisida masih menjadi cara utama petani untuk pengendalian P. xylostella dan hama kubis lainnya. Petani mengenal dengan baik serangga-serangga hama kubis. Sebagian besar petani menganggap hampir semua serangga yang ada di pertanaman merupakan hama. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang musuh alami, baik parasitoid maupun predator, dan serangga polinator masih rendah. Pengetahuan petani tentang penggunaan tanaman perangkap dan repelen masih sangat kurang, demikian juga pandangan negatif petani terkait pengaruh keanekaragaman gulma pada area pertanaman yang dianggap meningkatkan serangan hama dan memperparah kerusakan tanaman. Pengetahuan petani responden tentang pengendalian hama terpadu (PHT) sangat rendah, namun beberapa praktik PHT seperti monitoring dan rotasi tanaman sudah dilakukan. Semua perlakuan kubis-refugia, baik secara tunggal maupun kombinasi, mampu menekan populasi P. xylostella dan C. pavonana, namun tidak berpengaruh pada populasi Spodoptera litura. Semua perlakuan refugia juga menekan tingkat kerusakan tanaman akibat serangan hama. Perlakuan refugia terutama kubis-kombinasi refugia mampu meningkatkan populasi dan tingkat parasitisasi D. semiclausum. Penanaman refugia mampu meningkatkan kelimpahan dan kekayaan spesies, namun tidak berpengaruh pada indeks keanekaragaman artropoda pada pertanaman kubis. Secara umum perlakuan refugia terbaik ditunjukkan oleh perlakuan kubis-kombinasi refugia/R4 yang paling tinggi menekan populasi hama dan kerusakan tanaman, serta menghasilkan produksi kubis yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan insektisida. Terdapat perbedaan komposisi dan persentase senyawa kimia yang diemisikan oleh kubis yang ditanam secara tunggal dengan yang ditanam bersama tanaman refugia. Campuran kubis dan tanaman refugia juga memunculkan senyawa-senyawa baru yang tidak didapati baik pada kubis tunggal maupun tanaman refugia tunggal. Jumlah senyawa baru yang terdeteksi pada pencampuran tanaman kubis-refugia ini beragam tergantung dengan jenis refugianya. Sebagian besar senyawa-senyawa baru yang terdeteksi pada campuran kubis-refugia, terutama pada penanaman bersama dengan kemangi, seledri, dan kombinasi merupakan senyawa-senyawa yang bersifat repelen bagi serangga. Beberapa senyawa volatil yang diduga bersifat repelen saat kubis ditanam dengan refugia bagi P. xylostella meliputi geraniol, citral, β-pinen dan α-pinen, sedangkan limonen dan nonanal bersifat atraktan. Kombinasi penanaman refugia dengan aplikasi insektisida (baik bahan aktif emamektin benzoat maupun B. thuringiensis) sesuai ambang ekonomi mampu menurunkan populasi larva P. xylostella dibandingkan dengan perlakuan aplikasi insektisida emamektin benzoat secara terjadwal. Populasi dan tingkat parasitisasi parasitoid D. semiclausum secara signifikan lebih tinggi pada perlakuan kubis – refugia (C dan D) dibandingan dengan kubis – monokultur (A dan B). Kombinasi penanaman refugia dengan aplikasi insektisida sesuai ambang ekonomi mampu menghasilkan produksi kubis yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan aplikasi insektisida emamektin benzoat secara terjadwal.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/115007
Appears in Collections:DT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Disertasi_PrayogoAsmoro_2022.pdf
  Restricted Access
Artikel utama33.35 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.