Analisis Perubahan Biaya Produksi Sirup Kelapa Setelah Perancangan Perbaikan Proses Produksi Gula Cair (Sirup) Kelapa

Abstract

Sirup kelapa yang diproduksi oleh Koperasi W mulai didistribusikan dan diekspor, namun masih terdapat kendala berupa endapan pada sirup. Perbaikan proses produksi telah berhasil dilakukan untuk mengatasi endapan yang terbentuk pada produk akhir sirup kelapa dengan penambahan susu 0,4% (v/v) pada pemasakan pertama nira tidak menghasilkan endapan, memiliki tingkat kesukaan panelis yang lebih tinggi pada uji organoleptik serta memiliki tingkat kekentalan, kadar air dan proksimat yang baik. Perbaikan proses produksi sirup kelapa dengan penambahan bahan koagulan mempengaruhi harga jual produk sirup kelapa dan faktor biaya lainnya. Proyek ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perubahan biaya produksi terhadap faktor biaya setelah perbaikan proses produksi dengan penambahan bahan tambahan koagulan susu. Analisis biaya produksi dilakukan dengan analisis kuantitatif yaitu mengukur tingkat kelayakan sirup kelapa berdasarkan perubahan nilai Harga Pokok Penjualan (HPP) Produk, Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (R/C), Benefit-Cost Ratio (B/C) serta Payback Period dan analisis sensitivitas dengan asumsi faktor biaya bahan baku nira dan biaya bahan tambahan koagulan. Hasil analisis biaya menunjukkan (HPP) Produk meningkat menjadi Rp 34.276/botol, BEP yang harus dicapai sebanyak 7.590 botol, nilai R/C 1,17, nilai B/C 1,39 dan PBP selama 8,621 bulan. Nilai R/C dan B/C yang lebih besar dari 1 menunjukkan bisnis ini layak dijalankan selama usaha berjalan sesuai dengan asumsi dan parameter teknis yang ditentukan. Analisis sensitivitas yang dihitung pada beberapa faktor perubahan menunjukkan bahwa produksi gula cair (sirup) kelapa mengalami kerugian atau tidak layak untuk dilanjutkan pada keadaan kenaikan biaya bahan baku dan kenaikan biaya bahan koagulan secara bersamaan.

The coconut syrup produced by W cooperative has begun to be distributed and exported, but there are still obstacles in the form of deposits in the syrup. Improvements in the production process have been successfully carried out to overcome the deposits formed in the final product of coconut syrup with the addition of 0.4% (v/v) milk on the first cooking of the sap which does not produce sediment, has a higher level of panelist preference in organoleptic tests and has a viscosity level. , moisture content and good proximate. Improving the coconut syrup production process with the addition of coagulant ingredients affects the selling price of coconut syrup products and other cost factors. This project aims to analyze the effect of changes in production costs on cost factors after improving the production process by adding milk coagulant additives. Production cost analysis is carried out by quantitative analysis, namely measuring the feasibility of coconut syrup based on changes in the value of the Product Cost of Goods Sold (HPP), Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (R/C), Benefit-Cost Ratio (B/C) and Payback Period and sensitivity analysis with the assumption of the cost of raw material sap and the cost of coagulant additives. The results of the cost analysis showed (HPP) the product increased to Rp. 34,276/bottle, the BEP to be achieved was 7,590 bottles, the R/C value was 1.17, the B/C value was 1.39 and the PBP was 8.621 months. R/C and B/C values greater than 1 indicate that this business is feasible to run as long as the business runs according to the assumptions and technical parameters specified. Sensitivity analysis calculated on several factors of change shows that the production of coconut liquid sugar (syrup) suffers losses or is not feasible to continue in a state of increasing raw material costs and increasing coagulant material costs simultaneously