Implementasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Menggunakan Pendekatan Model Sosio-Ekologi Untuk Mengatasi Sindrom Metabolik pada Pekerja Wanita

Abstract

Prevalensi obesitas pada pekerja wanita di Indonesia terus meningkat tajam setiap tahunnya dimana obesitas merupakan pemicu utama terjadinya sindrom metabolik. Sindrom metabolik sangat erat hubungannya dengan peningkatan risiko terhadap penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus tipe 2. Untuk mengatasi masalah kesehatan pekerja, diperlukan suatu program promosi kesehatan yang dilakukan di tempat kerja. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) adalah salah satu program kesehatan pemerintah yang bertujuan agar masyarakat bisa berperilaku hidup sehat, sehingga produktivitas ikut meningkat. Mulai tahun 2017 Kementerian Kesehatan secara nasional fokus pada tiga kegiatan utama GERMAS yaitu meningkatkan aktivitas fisik, konsumsi sayur dan buah setiap hari, serta melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Program promosi kesehatan di tempat kerja selama ini kebanyakan hanya menyasar kepada individu pekerja saja tanpa melihat faktor lain yang mempengaruhi perilaku kesehatan individu. Penyebab sindrom metabolik adalah multi faktor, sehingga dianggap perlu untuk melakukan promosi kesehatan dengan pendekatan komprehensif menggunakan model sosio-ekologi yang melibatkan beberapa level/faktor dalam lingkungan tempat kerja sebagai alat ukur dalam perubahan perilaku. Faktor-faktor yang terlibat dalam model sosio-ekologi pada penelitian ini adalah individu, interpersonal (rekan kerja), organisasi (pimpinan organisasi) dan kebijakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas implementasi GERMAS menggunakan model sosio-ekologi untuk mengatasi sindrom metabolik pada pekerja wanita. Penelitian dibagi dalam dua tahapan yaitu tahap pertama studi pendahuluan dengan desain mixed methods antara penelitian kualitatif dan kuantitatif untuk mengetahui hubungan jumlah konsumsi sayur buah, perilaku makan berisiko dan aktivitas fisik pekerja wanita dengan sindrom metabolik; dan penelitian tahap kedua studi intervensi implementasi GERMAS di tempat kerja menggunakan model sosio-ekologi untuk mengatasi sindrom metabolik pada pekerja wanita dengan desain quasi-experimental pre-test post-test with control group. Pada kelompok intervensi diberikan kombinasi edukasi, praktik GERMAS, dukungan sosial dan advokasi menggunakan secara multilevel pada individu, rekan kerja, pimpinan organisasi dan penentu kebijakan di tempat kerja (model sosio-ekologi). Pada kelompok kontrol hanya diberikan edukasi pada individu (model konvensional). Subjek penelitian adalah pekerja wanita dengan sindrom metabolik di 2 lokasi kantor pemerintah provinsi Kalimantan Timur. Pada tahap pertama didapatkan sebanyak 50 orang dari hasil skrining berdasarkan usia (30-55 tahun), lingkar perut (> 80 cm), tekanan darah (> 135/85 mmHg) dan bersedia mengikuti penelitian, selanjutnya pada tahap kedua studi intervensi terpilih sebanyak 42 orang di awal penelitian dan terdapat 3 orang yang drop out sehingga tersisa 39 orang yang dianalisis hingga akhir penelitian. Hasil analisis menunjukkan sebagian besar subjek berusia di atas 40 tahun, lebih dari setengah subjek memiliki pendidikan tinggi setingkat sarjana serta hampir semua subjek sudah menikah. Komponen sindrom metabolik terbanyak pada pekerja wanita adalah obesitas sentral (94%), hipertrigliseridemia (82%), hipertensi (76%), kadar HDL rendah (72%) dan hiperglikemia (26%). Mayoritas subjek (94%) kurang mengonsumsi sayur dan buah dengan rata-rata jumlah konsumsi hanya sebesar 101-200 g/hari. Sebagian besar subjek sering mengonsumsi makanan gorengan (74%), makanan dan minuman manis (68%), makanan cepat saji (40%), sering makan di luar rumah (76%) dan memiliki tingkat aktivitas fisik yang ringan (58%). Hasil uji statistik pada studi pendahuluan menunjukkan terdapat hubungan antara jumlah konsumsi sayur dan buah dengan sindrom metabolik, namun pada variabel perilaku makan berisiko dan aktivitas fisik tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Hasil uji statistik studi intervensi di level individu pada kelompok dengan intervensi kombinasi edukasi dan implementasi GERMAS menunjukkan perubahan signifikan pada beberapa komponen sindrom metabolik diantaranya penurunan lingkar perut, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan kadar trigliserida (p<0,05). Perbaikan juga terjadi pada komponen glukosa darah dan kadar HDL namun tidak menunjukkan perubahan yang signifikan (p>0,05). Pada kelompok kontrol dengan intervensi edukasi gizi hanya mampu memperbaiki kadar trigliserida secara signifikan (p<0,05) sedangkan komponen sindrom metabolik lainnya tidak mengalami perubahan signifikan. Hasil uji statistik antar kedua kelompok menunjukkan terdapat perbedaan nyata pada komponen lingkar perut, tekanan darah sistolik dan diastolik serta kadar HDL (p<0,05). Pada komponen kadar trigliserida dan glukosa darah menunjukkan tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok (p>0,05). Intervensi di level interpersonal yang dilakukan pada rekan kerja adalah dengan diskusi dan sharing informasi tentang sindrom metabolik dan GERMAS. Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan skor pengetahuan, sikap dan dukungan sosial rekan kerja antara sebelum dan sesudah intervensi (p<0,05). Untuk intervensi di level organisasi yang dilakukan dengan cara advokasi juga menunjukkan hasil adanya peningkatan skor dukungan pimpinan organisasi sebelum dan sesudah intervensi (p<0,05). Selanjutnya adalah intervensi pada level kebijakan dengan advokasi melalui kegiatan diskusi dan komunikasi persuasif, didapatkan hasil terbentuknya dukungan dan komitmen dari pihak pimpinan dalam mewujudkan dan membudayakan GERMAS di tempat kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa intervensi implementasi GERMAS yang diberikan secara multi-level pada individu, rekan kerja, pimpinan organisasi dan penentu kebijakan efektif dalam memperbaiki komponen sindrom metabolik pekerja, meningkatkan pengetahuan, sikap, dukungan sosial, dukungan organisasi serta terbentuknya komitmen bersama dari seluruh jajaran pimpinan organisasi untuk mewujudkan GERMAS di tempat kerja.

The prevalence of obesity in Indonesian female workers is increasing every year where obesity is the main factor for developing metabolic syndrome. Metabolic syndrome is closely related to an increased risk of coronary heart disease and type 2 diabetes mellitus. The consequences of health problems experienced by workers are a big loss for the organization as well as for workers. A health promotion program is needed to overcome the health problems among workers. The Healthy Living Community Movement (GERMAS) is one of the government's health programs that aims to encourage people to live a healthy life, so that productivity will also increase. GERMAS activities consist of increasing physical activity, fruit and vegetables consumption, not smoking, no alcohol consumption, conducting regular health checks, cleaning the environment and using latrines. Starting in 2017, the Ministry of Health nationally focused on three main activities of GERMAS, including increasing physical activity, consuming fruits and vegetables daily, and conducting regular health checks. Most of health promotion programs in the workplace is focusing only at workers (conventional methods) without looking at other factors that influence individual health behaviour. The cause of metabolic syndrome is multi-factorial, so it is considered necessary to carry out health promotion with a comprehensive approach using a socio-ecological model that involves several levels/factors in the workplace environment as a measuring tool for behavioural change. In this study, the factors involved in the socio-ecological model are individual, interpersonal, organization and policy. The purpose of this study was to analyse the effectiveness of GERMAS implementation using a socio-ecological model to overcome metabolic syndrome in female workers. This study was divided into two stages: the first stage was a preliminary study with a mixed methods design between qualitative and quantitative study to determine the relationship between eating behaviour and physical activity of female workers with metabolic syndrome; and the second stage is an intervention study of GERMAS implementation using a socio-ecological model to overcome metabolic syndrome in female workers with a quasi-experimental pre-test post-test control group design. The intervention group was given education and implementation of GERMAS using a socio-ecological model for individual workers, co-workers, organizational leaders and policy makers in the workplace. The control group was only given GERMAS education using conventional models on individual workers without any further treatment. The research subjects were female workers with metabolic syndrome in 2 locations of the East Kalimantan provincial government office. In the first stage, 50 people were screened based on age (30-55 years), abdominal circumference (> 80 cm), blood pressure (> 135/85 mmHg). In the second stage, 42 people selected in intervention studies at the beginning of the study but there were 3 people who dropped out so that the remaining 39 people were analysed until the end of the study. The results showed that most of the subjects were over 40 years old, more than half of the subjects had higher education at the undergraduate and postgraduate levels, and almost all of the subjects were married. The highest component of metabolic syndrome in female workers was central obesity (94%), followed by hypertriglyceridemia (82%), hypertension (76%), low HDL level (72%) and hyperglycemia (26%). The majority of the subjects (94%) consumed less fruit and vegetables with an average consumption of only 101-200 g/day. Most of the subjects frequently consumed fried food (74%), sugary foods and drinks (68%), fast food (40%), often eating outside the home (76%) and had a light level of physical activity (58%). The results of statistical tests in the preliminary study showed that there was a relationship between the amount of fruit and vegetables consumption with central obesity and systolic hypertension, and there was a relationship between the level of physical activity and central obesity in female workers (p<0.05). The results of statistical tests in the intervention group, which is the combination of health education and GERMAS implementation at the individual level showed significant changes in several components of the metabolic syndrome including a decrease in abdominal circumference, systolic blood pressure, diastolic blood pressure and triglyceride levels (p<0.05). Improvements also occurred in the components of blood glucose and HDL levels but did not show significant changes (p>0.05). In the control group, the educational intervention was only able to improve triglyceride levels which decreased significantly (p<0.05) while the other components of the metabolic syndrome did not change significantly. The results of statistical tests between the two groups showed that there were significant differences in the components of abdominal circumference, systolic and diastolic blood pressure and HDL levels (p<0.05). For the components of triglycerides and blood glucose, there was no difference between the two groups (p>0.05). The results of statistical test at the interpersonal level showed that there is an increase in score of knowledge, attitudes and social supports of co-workers before and after intervention (p<0.05). Interventions at the organizational level showed that advocacy intervention increased leadership support (p<0.05). Furthermore at the policy levels, the advocacy intervention resulted in the formation of support and commitment in realizing and cultivating GERMAS in the workplace. Overall, it can be concluded that the implementation of GERMAS using a socio-ecological model to individuals, colleagues, organizational leaders and policy makers is effective in improving workers' metabolic syndrome components, increasing knowledge, attitudes, social support, and organizational support.