Analisis Penawaran Ekspor Molase Indonesia di Perdagangan Dunia

Abstract

Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang memiliki peranan penting dalam sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani maupun mengurangi tingkat pengangguran. Subsektor perkebunan mempunyai potensi yang cukup besar. Pada tahun 2019 subsektor perkebunan berkontribusi sebesar 3,27 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan kontributor urutan pertama di sektor pertanian, peternakan, perburuan dan jasa pertanian. Selain sebagai penyumbang PDB, sektor perkebunan juga merupakan penyedia bahan baku untuk industri, penyerap tenaga kerja dan penghasil devisa. Tebu merupakan salah satu produk perkebunan yang sudah diolah menjadi berbagai produk dan diperdagangkan di pasar internasional. Seiring perkembangan teknologi, selain diolah menjadi gula tanaman tebu juga dapat dijadikan berbagai alternatif produk pangan, pakan, serat dan energi berupa biofuel. Selain dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri, sebagian produk juga di ekspor dalam bentuk produk turunan yaitu tetes tebu atau molase. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor molase Indonesia. 2) meramalkan ekspor molase Indonesia selama lima tahun kedepan. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, Error Correction Model (ECM) dan ARIMA/Seasonal ARIMA. Data yang digunakan data time series quarterly dari tahun 2003:Q1 hingga 2019:Q4. Hasil penelitian menunjukan pada jangka panjang produksi molase, nilai tukar, dan rasio harga ekspor bioetanol dan harga ekspor molase berpengaruh secara positif terhadap penawaran ekspor molase. Sedangkan share GDP pertanian, harga ekspor molase, rasio harga ekspor MSG dan harga ekspor molase dan jumlah pabrik berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor molase Indonesia. Pada jangka pendek produksi molase, harga ekspor molase, rasio harga ekspor MSG dan harga ekspor molase dan jumlah pabrik tebu berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor molase. Sedangkan share GDP pertanian, nilai tukar dan rasio harga ekspor bioetanol dan harga ekspor molase berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor molase. Peramalan ekspor molase Indonesia selama lima tahun kedepan menunjukan bahwa ekspor molase berfluktuasi namun cenderung menurun. Pada kuartal 2 hingga kuartal 4 tahun 2020 ekspor molase mengalami penurunan disebabkan penggunaan molase dalam negeri mengalami peningkatan seperti industri bioetanol dan industri makanan. Fluktuasi ekspor molase Indonesia disebabkan masih banyak pihak yang mengekspor molase daripada dijual didalam negeri karena harga jual molase di luar negeri lebih tinggi dibandingkan di dalam negeri. Selain itu dengan mengekspor molase petani mendapatkan share dari penjualan molase. Hal ini yang mengakibatkan tren ekspor molase masih tinggi meskipun tidak signifikan setiap tahunnya. Dominasi satu jenis produk molase tidak disarankan untuk kinerja perdagangan dalam jangka panjang. Apabila terjadi harga jatuh akan berdampak bagi penerimaan petani tebu karena pangsa ekspor utama molase Indonesia masih produk mentah. Adanya pengolahan molase didalam negeri seperti bioetanol, MSG dapat menurunkan ekspor molase dan akan meningkatkan nilai ekonomi dari molase yang lebih tinggi. Revitalisasi dan pembangunan pabrik gula yang terintegrasi akan berdampak pada pengoperasian pabrik secara penuh dan keuntungan yang didapatkan akan berlipat dengan berbagai macam produk turunannya.