Karakeristik Agronomi, kualitas nutrisi, kecernaan in vitro dan dinamika karbon pada beberapa jenis tanaman sorgum sebagai hijauan pakan

Abstract

Perternak rakyat di Indonesia memiliki keterbatasan dalam pemenuhan nutrisi ternak akibat kurangnya pengetahuan dan introduksi hijauan pakan, sehingga diperlukan upaya untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan. Penyediaan sumber pakan alternatif bagi ternak ruminansia, memerlukan diversifikasi hijauan pakan. Sorgum sangat ideal untuk dikembangkan karena memiliki daya adaptasi luas, produktivitas tinggi, perlu input pertanian relatif lebih sedikit, tahan terhadap hama penyakit, serta lebih toleran terhadap kondisi marginal dan kering. Sebagai bahan pakan ternak alternatif sorgum memiliki karakteristik, kandungan nutrisi dan kecernaan yang cukup baik. Disisi lain tanaman sorgum juga berpotensi memicu tumbuhnya mikroorganisme dalam tanah yang akan memproduksi CO2 dari aktifitasnya. Emisi dari CO2 merupakan penyumbang gas rumah kaca (GRK) terbesar di atmosfer. Kondisi ini akan berdampak panjang pada iklim berabad-abad lamanya. Diperlukan upaya mitigasi yang signifikan untuk mengurangi emisi, melalui pemilihan jenis sorgum yang berkualitas tetapi juga minim produksi CO2 mikroorganisme tanah. Penelitian dilaksanakan melalui empat bagian; penelitian bagian pertama bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan produksi beberapa jenis sorgum dan menentukan jenis sorgum yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi tertinggi dalam sistem. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan empat jenis sorgum dan lima ulangan. Data dianalisis menggunakan analisis varian dan uji Duncan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa varietas Sorgum 1 menghasilkan tinggi tanaman, panjang batang, tinggi malai, panjang daun, lebar daun, berat batang, berat daun, berat malai dan total produksi yang sangat nyata (p<0,01) lebih tinggi dari varietas Samurai 2, Pahat dan BMR Patir 37. Penelitian bagian kedua bertujuan untuk mengkaji dinamika karbondioksida dalam sistem pertanaman sorgum. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap, dengan perlakuan tanah yang ditumbuhi 4 jenis sorgum dan lima ulangan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa waktu inkubasi memberikan hasil yang berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap produksi CO2 dan biomassa mikroorganisme tanah. Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa pengukuran ke-5 dengan masa inkubasi 21 hari menghasilkan CO2 dan biomassa mikroorganisme tanah yang nyata lebih tinggi (p<0,01) dibandingkan dengan waktu inkubasi pada hari 1,3,7,14 dan 28 hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis sorgum memberikan hasil yang tidak nyata (p>0,05) terhadap produksi CO2. Namun ada kecenderungan Samurai 1 dan Samurai 2 lebih tinggi dari Pahat dan Sorgum BMR Patir 37. Penelitian Bagian ke tiga bertujuan untuk mengevaluasi kualitas nutrisi dan komposisi serat varietas sorgum dan untuk menentukan kualitas yang menghasilkan kualitas tertinggi dalam sistem. Evaluasi kualitas nutrisi diukur melalui kandungan bahan kering, abu, lemak, protein kasar, karbohidrat dan energi. Evaluasi komposisi serat diukur melalui kandungan ADF, NDF, selulosa dan lignin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan empat varietas sorgum dan lima ulangan. Data dianalisis menggunakan analisis varian dan uji BNJ. Hasil penelitian kandungan nutrisi menunjukkan bahwa varietas sorgum Samurai 1 menghasilkan kandungan bahan kering, abu, protein kasar, karbohidrat dan energi yang sangat nyata (p<0,01) lebih tinggi dari varietas Samurai 2, Pahat dan BMR Patir 37, serta menghasilkan kandungan lemak yang sangat nyata (p<0,01) lebih rendah dari varietas Samurai 2, Pahat dan BMR Patir 37. Hasil penelitian komposisi serat menunjukkan bahwa varietas Pahat menghasilkan kandungan ADF, selulosa dan lignin yang sangat nyata (p<0,01) lebih tinggi dari varietas Samurai 1, Samurai 2 dan BMR Patir 37. Penelitian bagian keempat bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan in vitro dari berbagai varietas sorgum ketika diuji dengan penambahan konsentrat. Peubah yang diukur adalah kadar VFA, NH3, KCBK, KCBO, total bakteri, total protozoa, total gas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Samurai 1 yang dikombinasikan dengan konsentrat hijau (Indigofera zollingeriana) menghasilkan kadar VFA, NH3, KCBK, KCBO, total bakteri, total protozoa, total gas yang sangat nyata (p<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi lainnya. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa produksi biomassa (batang, daun, dan malai) tertinggi pada sorgum samurai 1, diikuti samurai 2, BMR Patir 37, dan Pahat. Kualitas nutrisi (BK, PK, abu, karbohidat, dan energi) tertinggi ditemukan pada sorgum samurai 1, diikuti Samurai 2, BMR Patir 31, dan Pahat. Kadar lemak tertinggi pada sorgum pahat, diikuti BMR Patir 37, samurai 2 dan samurai 1. Sedangkan, serat kasar terendah di sorgum BMR Patir 37, samurai 2, samurai 1, dan pahat. Nilai kecrnaan terbaik terdapat pada jenis sorgum samurai 1 yang di kombinasikan dengan Indigofera Zollingeriana. Sorgum yang menghasilkan produksi gas CO2 respirasi tetinggi pada jenis sorgum samurai 1, samurai 2, BMR Patir 37, dan terendah pada sorgum pahat. Berdasarkan karakteristik agronomi dan nutrisi sorgum Samurai 1 dan BMR Patir 37 menunjukkan karakteristik sebagai sorgum tanaman pakan, sedangkan sorgum Samurai 2 dan sorgum Pahat sebagai sorgum tanaman dual purpose (pakan dan pangan).

The lack of knowledge and introduction of forage, farmers in Indonesia have difficulty in obtaining the livestock nutrition they need, so action is needed to meet the needs of animal feed. offer ruminants a variety of feed sources and ask for forage explanations. Sorghum is the best crop to be developed because it is more tolerant of marginal and dry conditions, has wide adaptability, is very productive, requires relatively little agricultural input, and is resistant to pests and diseases. Sorghum is an excellent alternative for animal feed because of its quality, nutritional value and digestibility. On the other hand, sorghum plants also have the capacity to encourage the expansion of soil microbes that will emit CO2 as a result of their operations. The main source of greenhouse gases (GHG) in the atmosphere is CO2 emissions. The effects of this disease will be felt for centuries. Selection of high-quality sorghum species is necessary to limit emissions, such as reducing the amount of CO2 produced by soil microorganisms. The research was carried out in four parts; The first part of the study aimed to evaluate the growth and production of several types of sorghum and to determine the type of sorghum that produced the highest growth and production in the system. This research was conducted using a completely randomized design with four types of sorghum treatment and five replications. Data were analyzed using analysis of variance and Duncan's test. The results showed that the Sorghum 1 variety produced plant height, stem length, panicle height, leaf length, leaf width, stem weight, leaf weight, panicle weight and total production which were very significantly (p<0.01) higher than the Samurai 2 variety. Chisel and BMR Patir 37. The second part of the study aims to examine the dynamics of carbon dioxide in the sorghum cropping system. This research was conducted using a completely randomized design, with soil treatment overgrown with 4 types of sorghum and five replications. The results of the analysis of variance showed that the incubation time gave significantly different results (p<0.01) on the production of CO2 and the biomass of soil microorganisms. The results of the BNJ test showed that the 5th measurement with an incubation period of 21 days resulted in significantly higher CO2 and soil microorganism biomass (p<0.01) compared to incubation time on days 1,3,7,14 and 28 days. The results of the analysis of variance showed that the type of sorghum gave no significant result (p>0.05) on CO2 production. However, there is a tendency for Samurai 1 and Samurai 2 to be higher than Pahat and Sorghum BMR Patir 37. The third part of the study aims to evaluate the nutritional quality and fiber composition of the sorghum variety and to determine the qualities that produce the highest quality in the system. Evaluation of nutritional quality was measured by the content of dry matter, ash, fat, crude protein, carbohydrates and energy. Evaluation of fiber composition was measured by the content of ADF, NDF, cellulose and lignin. This study used a completely randomized design with treatment of four varieties of sorghum and five replications. Data were analyzed using analysis of variance and BNJ test. The results of the research on nutritional content showed that the Samurai 1 sorghum variety produced a very significant dry matter, ash, crude protein, carbohydrate and energy content (p<0.01) higher than the Samurai 2, Pahat and BMR Patir 37 varieties, and produced a high fat content. which was very significant (p<0.01) lower than the varieties of Samurai 2, Pahat and BMR Patir 37. The results of the fiber composition study showed that the Pahat variety produced significantly higher ADF, cellulose and lignin content (p<0.01) of the varieties Samurai 1, Samurai 2 and BMR Patir 37. The fourth part of the study aimed to evaluate the in vitro digestibility of various varieties of sorghum when tested with the addition of concentrates. The variables measured were levels of VFA, NH3, KCBK, KCBO, total bacteria, total protozoa, total gas. The results showed that the Samurai 1 variety combined with green concentrate (Indigofera zollingeriana) resulted in significantly higher levels of VFA, NH3, KCBK, KCBO, total bacteria, total protozoa, and total gas (p<0.01) compared to other combinations. From the results of the study, it was concluded that the highest biomass production (stems, leaves, and panicles) was in sorghum samurai 1, followed by samurai 2, BMR Patir 37, and Pahat. The highest nutritional quality (BK, PK, ash, carbohydrates, and energy) was found in sorghum samurai 1, followed by Samurai 2, BMR Patir 31, and Pahat. The highest fat content was in chiseled sorghum, followed by BMR Patir 37, samurai 2 and samurai 1. Meanwhile, the lowest crude fiber was in sorghum BMR Patir 37, samurai 2, samurai 1, and Pahat. The best digestibility value was found in the type of sorghum samurai 1 combined with Indigofera zollingeriana. Sorghum which produces the highest respiratory CO2 gas production is in the types of sorghum samurai 1, samurai 2, BMR Patir 37, and the lowest is sorghum Pahat. Based on agronomic and nutritional characteristics, sorghum Samurai 1 and BMR Patir 37 showed characteristics as feed crop sorghum, while Samurai 2 sorghum and Pahat sorghum were dual purpose crop sorghum (feed and food). Keywords: in vitro, growth, nutrients, production, sorghum