Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113854
Title: Strategi Pemanfaatan Pekarangan untuk Mendukung Kemandirian Pangan Skala Keluarga di Kawasan Transmigrasi Lampung Timur
Other Titles: Strategy of Pekarangan Utilization for Supporting Family Scale Food Resiliency in Transmigration Area, East Lampung
Authors: Arifin, Hadi Susilo
Nurhayati
Astawan, Made
Ali, Muhammad Saddam
Issue Date: 2022
Publisher: IPB University
Abstract: Kemandirian pangan tingkat perorangan hingga keluarga dapat diwujudkan jika potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, ekonomi, dan kearifan lokal masyarakat disinergikan secara maksimal. Pekarangan sebagai salah satu sumber daya alam yang potensial dan yang paling dekat dengan keluarga dapat menjadi pilihan yang tepat dan strategis untuk dimanfaatkan demi mendukung terwujudnya kemandirian pangan skala keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk membuat strategi pemanfaatan pekarangan untuk mendukung kemandirian pangan skala keluarga. Penelitian telah dilakukan di kawasan transmigrasi Lampung Timur pada bulan Juni 2021 sampai bulan Desember 2021. Penentuan sampel pekarangan secara purposive sampling dilakukan pada empat suku transmigrasi, yaitu Suku Jawa (100 sampel), Suku Sunda (100 sampel), Suku Bali (100 sampel), dan Suku Madura (13 populasi), serta transmigrasi lokal, yaitu Suku Lampung (100 sampel). Aspek ekologi pekarangan dianalisis dengan Ecological Pekarangan Approach dan analisis nilai gizi pekarangan. Aspek sosial pekarangan dianalisis menggunakan analisis aktor. Aspek ekonomi pekarangan dianalisis dengan pendekatan tambahan pendapatan dan pengurangan biaya konsumsi, dan aspek budaya dilihat dari kearifan lokal masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan. Model pekarangan ditentukan dari keragaman jenis tanaman sistem agroforestri. Aspek keberlanjutan masyarakat dianalisis dengan menggunakan Community Sustainability Assessment. Penyusunan strategi pengelolaan dianalisis dengan Interpretive Structural Modeling. Hasil eksplorasi pekarangan transmigrasi menunjukkan evidence yang baik berupa besarnya frekuensi ditemukannya ukuran pekarangan dengan kategori sedang hingga sangat luas (120 m2 hingga lebih dari 1000 m2). Zona pekarangan depan dan belakang menjadi zona yang paling bertahan (97-100%). Nilai Summed Dominance Ratio (SDR) tanaman pekarangan didominasi oleh tanaman jenis buah (34-45%), penghasil pati (27-39%), hias (19-45%), dan bumbu (29-31%). Potensi zat gizi dari pekarangan mampu memberikan kontribusi rata-rata sumber energi sebesar 49,80%/hari, kontribusi rata-rata sumber zat gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak) sebesar 54,90% - 76,5%/hari, kontribusi rata-rata sumber serat sebesar 77,50%/hari, dan kontribusi rata-rata zat gizi mikro (vitamin dan mineral) sebesar 36,5% - 100%/hari. Fungsi senyawa fitokimia tanaman pekarangan yang terlihat dari warna tanaman dapat menjadi obat alami untuk meningkatkan sitem imun terutama di masa pandemi COVID-19. Hasil analisis aktor menyebutkan bahwa direct actors yang sangat berperan dalam pemanfaatan pekarangan adalah ayah dan ibu, sedangkan indirect actors yang berperan penting dalam pemanfaatan pekarangan adalah ketua RT/RW dan Kepala Desa. Hasil uji t sampel berpasangan menyebutkan bahwa tambahan pendapatan dan pengurangan biaya untuk konsumsi dari pekarangan berbeda nyata terhadap total pendapatan keluarga. Kontribusi ekonomi pekarangan memberikan tambahan pendapatan rata-rata sebesar 27,3% dan pengurangan pengeluaran untuk konsumsi rata-rata sebesar 44,42% bagi keluarga. Aspek budaya (kearifan lokal) terlihat dari orientasi rumah dan pekarangan, pola pekarangan, dan jenis tanaman yang ditanam/dimanfaatkan oleh masing-masing suku. Hal tersebut memengaruhi keragaman pemanfaatan pekarangan oleh pemiliknya. Kondisi keberlanjutan masyarakat transmigran menunjukkan penilaian yang baik, yaitu 3 suku mencapai kategori kemajuan sempurna ke arah keberlanjutan (Bali, Jawa, dan Sunda) dan 2 suku mencapai kategori suatu awal yang baik ke arah keberlanjutan (Lampung dan Madura). Aspek spiritual-budaya dinilai baik di semua suku transmigran, sedangkan kondisi aspek ekologi dan sosial belum mencapai kategori sempurna ke arah keberlanjutan. Peran pekarangan dapat dimaksimalkan untuk memperbaiki variabel aspek yang nilainya belum sempurna dari sisi ekologi dan sosial. Hasil identifikasi menemukan bahwa ada empat pengaruh besar pengelolaan pekarangan, yaitu sistem kepercayaan, pekerjaan, akulturasi budaya, dan kebiasaan. Pengaruh kepercayaan/agama membuat ketidakflesibelan dalam penerapan pengelolaan pekarangan dibandingkan dengan pengaruh pekerjaan, akulturasi budaya, dan kebiasaan yang lebih bersifat flkesibel untuk dicontoh oleh kawasan transmigrasi atau di luar kawasan transmigrasi. Sehingga model pekarangan terbaik adalah model pekarangan transmigran Jawa dan Sunda, karena dilihat dari kontribusi nilai gizi, ekonomi, dan keflesibelan untuk dicontoh oleh tempat lain. Untuk tetap menjaga proses pengelolaan pekarangan agar berjalan dengan baik terutama dalam mendukung kemandirian pangan, maka strategi yang dibuat terbagi atas skenario I, yaitu kontribusi pekarangan untuk mendukung pemenuhan pangan saja, yaitu dengan peningkatan jumlah spesies pangan dan gizi dengan pemilihan spesies berdasarkan kalender tanam-panennya dengan melibatkan kearifan lokal dalam pengelolaannya. Kemudian skenario II adalah untuk pemenuhan pangan dan kontribusi ekonomi (tambahan pendapatan), yaitu dengan mempertahankan luas pekarangan, budi daya spesies-spesies yang bernilai ekonomi tinggi dapat dikakukan lebih banyak. Oleh karena itu, diperlukan pembentukan pemanfaatan secara agregat dengan cara membuat wadah/kelompok baik dari sisi on farm (KTD, KWT, Poktan) maupun off farm (BUMdes, KUD). Untuk mendukung itu diperlukan kebun bibit yang sekaligus menjadi demplot percontohan untuk pemanfaatan pekarangan. Dengan demikian diperlukan modal ekonomi dan sosial agar pengeloaan dapat terus berjalan. Skenario yang III adalah pencapaian goal, yaitu terwujudnya dukungan pekarangan untuk kemandirian pangan skala keluarga. Untuk mencapai itu, maka skenario I dan II harus dilakukan.
Food resiliency at the individual to family level can be realized if the potential of natural resources, human resources, economy, and local wisdom are maximally synergized. Pekarangan as one of the potential natural resources and closest to the family can be the right and strategic choice to be used in realizing and supporting family-scale food resiliency. This study aimed to create a strategy to use the pekarangan for supporting food resiliency on a family scale. The research was conducted in Transmigration area of East Lampung from June 2021 to December 2021. The determination of the pekarangan sample by purposive sampling was carried out on four transmigration ethnics, namely the Javanese (100 samples), Sundanese (100 samples), Balinese (100 samples) , and the Madurese (13 population), as well as local transmigration, namely the Lampungnese (100 samples). The analysis of ecological aspects of pekarangan used the Ecological Pekarangan Approach and the analysis of the nutritional value from pekarangan. The social aspect of pekarangan used actor analysis. The economic aspect of pekarangan used an approach to additional income and reduced consumption costs, and the cultural aspects were analyzed from the local wisdom of the community in the use of pekarangan. the pekarangan model was determined from the diversity of plant species in the agroforestry system. Aspects of community sustainability were analyzed using the Community Sustainability Assessment. The management strategy of pekarangan was analyzed using Interpretive Structural Modeling. The exploration results of biophysical conditions showed good evidence. The frequency of pekarangan sizes found was in the medium to extra larges size (120 m2 to more than 1000 m2). ). The front and back yard zones are the most durable zones (97-100%). The value of the Summed Dominance Ratio (SDR) for pekarangan was dominated by fruit crops (34-45%), starch producers (27-39%), ornamentals (19-45%), and spices (29-31%). Potential nutrients from the pekarangan were able to provide an average contribution of 49.80% per day of energy sources, the average contribution of macronutrient sources (carbohydrates, protein, and fat) was 54.90% to 76.5% per day, the average contribution source of fiber was 77.50% per day, and the average contribution of micronutrients (vitamins and minerals) was 36.5% to 100% per day. The function of phytochemical compounds of pekarangan plant that can be seen from the color of the plant can be a natural medicine to improve the immune system, especially during the COVID-19 pandemic. The results of the actor analysis stated that the direct actors who play a very important role in the use of pekarangan were the father and mother, while the indirect actors who play an important role in the utilization of pekarangan were the head of the RT/RW and the village head. The results of the paired sample t-test stated that the additional income and reduced costs for consumption from pekarangan were significantly different from the total family income. The economic contribution of pekarangan provided an average additional income was 27.3% and an average reduction in consumption expenditure was 44.42.% for the family. Cultural aspects (local wisdom) can be seen from the orientation of the house and pekarangan, the pattern of pekarangan, and the types of plants that were gardened/used by each ethnic. This affected the diversity of use of pekarangan by the owner. The sustainability condition of the transmigrant people showed a good assessment, i.e. 3 ethnics achieved the category of perfect progress towards sustainability (Balinese, Javanese, and Sundanese) and 2 ethnics reached the category of a good start towards sustainability (Lampungnese and Maduranese). The spiritual-cultural aspects were considered good in all transmigrant ethnics, while the conditions of the ecological and social aspects have not yet reached the perfect category towards sustainability. The role of pekarangan can be maximized to improve aspect variables whose values were not yet perfect from an ecological and social perspective. The identification results found that there were four major influences on pekarangan management, i.e. belief systems, works, cultural acculturation, and habits. The influence of belief/religion made it inflexible in the application of pekarangan management compared to the influence of works, cultural acculturation, and habits which were more flexible to be imitated by transmigration areas or outside transmigration areas. Because of that the best pekarangan model is the Javanese and Sundanese transmigrant pekarangan model, because it is seen from the contribution of nutritional value, economy, and flexibility to be imitated by other places. To keep pekarangan management process running well, especially in supporting food resiliency, the strategy made is divided into scenario I: the contribution of pekarangan to support food fulfillment only by increased the number of food and nutritional species, selected species based on the crop-harvest calendar, and involved local wisdom in its management. Then scenario II: for food fulfillment and economic contribution (additional income) by maintained the area of pekarangan, cultivation of species with high economic value can be strengthened more. Therefore, it is necessary to establish aggregate utilization by creating groups both from the on-farm side (KTD, KWT, Poktan) and off-farm (BUMdes, KUD). To support this, a nursery is needed which also becomes a pilot demonstration plot for the use of pekarangan. Thus, economic and social capital is needed to continue management process. The scenario III is the achievement of the goal to realize pekararangan for supporting food resiliency on the household. To achieve that, scenarios I and II must be carried out.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113854
Appears in Collections:DT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Abstract.pdf
  Restricted Access
Abstrak24.52 kBAdobe PDFView/Open
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover24.84 kBAdobe PDFView/Open
Pendahuluan.pdf
  Restricted Access
Pendahuluan113.92 kBAdobe PDFView/Open
Tinjauan Pustaka.pdf
  Restricted Access
Tinjauan Pustaka116.49 kBAdobe PDFView/Open
Metode.pdf
  Restricted Access
Metode137.37 kBAdobe PDFView/Open
Hasil dan Pembahasan.pdf
  Restricted Access
Hasil dan Pembahasan5.03 MBAdobe PDFView/Open
Simpulan & Saran.pdf
  Restricted Access
Simpulan dan Saran15.48 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.