Estimasi Food Loss dan Waste untuk Ketahanan Pangan di Jawa Barat

Abstract

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi setiap hari. Terdapat beberapa pangan yang memiliki peran penting dalam pembentukan angka inflasi yang disebut pangan strategis. Ketersdiaan pangan yang cukup secara jumlah maupun mutunya, aman, beragam dan bergizi baik zat gizi makro dan zat gizi mikro agar mencapai ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan isu multidimensi dan sangat kompleks. Subsistem dalam ketahanan pangan meliputi ketersediaan, keterjangkauan dan konsumsi pangan. Tantangan dalam ketersediaan pangan yaitu luas panen terbatas, produktivitas yang kurang baik, pemanasan global serta tingginya jumlah food loss dan food waste. Mengurangi setengah food loss dan food waste sepanjang rantai pangan merupakan bagian dari SDGs tujuan kedua belas. Di sepanjang rantai pangan dapat memungkinkan terjadinya food loss dan food waste. Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk tertinggi di Indonesia dan memiliki peran strategis sebagai salah satu penopang pemenuhan kebutuhan pangan nasional sehingga harus memiliki ketersediaan pangan yang cukup. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Provinsi Jawa Barat dari tahun 2014-2017 mengalami peningkatan produksi beras dan menjadi provinsi kedua terbesar dalam produksi beras. Namun, produksi beras Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 mengalami penurunan sehingga peringkatnya tergeser menjadi nomor tiga. Oleh karena itu, perlu untuk mengestimasi dan menganalisis food loss dan food waste pangan staregis di Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis food loss dan food waste untuk ketahanan pangan di Jawa Barat. Sementara tujuan khusus dari penelitian ini yaitu (1) mengestimasi jumlah food loss dan food waste pangan strategis pada setiap rantai pangan di Jawa Barat, (2) menghitung daya dukung dari food loss dan food waste, (3) mengestimasi jumlah zat gizi makro (energi, lemak dan protein) dari food loss dan food waste, (4) menghitung kerugian nilai ekomoni dari food loss dan food waste, (5) memproyeksi food loss dan food waste beras setiap rantai pangan pada tahun 2019 – 2023. Studi ini memanfaatkan data sekunder dari Provinsi Jawa Barat tahun 2018 dengan desain analisis deskriptif kuantitatif. Data dan informasi yang digunakan terdiri produksi pangan strategis (meliputi beras, jagung, kedelai, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, daging sapi dan daging ayam), jumlah penduduk, harga pangan, konversi produksi, dan bagian dapat dimakan (BDD). Selain itu, juga menggunakan data produksi beras dari tahun 2009-2018 Provinsi Jawa Barat sebagai data dasar dalam proyeksi food loss dan food waste tahun 2019-2023. Metode perhitungan food loss dan waste mengunakan rumus persentase estimasi food loss dan waste Asia Selatan dan Tenggara FAO 2011 dengan program software microsoft excel 2017 dan perhitungan Neraca Bahan Makanan dengan analisis ketersediaan pangan wilayah yang dikembangkan oleh MWA Training and Consulting. Hasil dari penelitian ini menunjukkan estimasi jumlah total food loss dan waste pangan strategis di Jawa Barat tahun 2018 sebesar 2,04 juta ton atau 42,05 kg/kapita. Jumlah food loss meliputi kehilangan pada tahap produksi, pasca panen serta pemrosesan sebesar 1,61 juta ton. Jumlah food waste sebesar 434,3 ribu ton dengan rincian setiap tahapnya yaitu food waste pada tahap distribusi pangan sebanyak 202,22 ribu ton dan konsumsi sebanyak 232,11 ribu ton. Hasil jumlah food loss lebih besar dibandingkan dengan jumlah food waste dikarenakan bidang pertanian masih terbatasnya infrastuktur dan teknologi untuk menunjang peningkatan produksi dan pencegahan food loss. Food loss dan waste tahap produksi mendominasi di seluruh rantai pangan. Beras merupakan bahan makanan pokok sebagian mayarakat Indonesia. Ketersediaan beras yang cukup menjadi bagian penting agar mencapai ketahanan pangan. Food loss dan waste tertinggi pada pangan strategis di Jawa Barat pada tahun 2018 adalah komoditas pangan beras sebesar 1,28 juta ton. Persentase food loss dan waste pada beras paling besar pada tahap penanganan dan penyimpanan pascapanen yaitu 428,1 ribu ton atau 33% dari total food loss dan waste beras. Pencegahan food loss pada tahap penanganan dan penyimpanan pascapanen masih kurang optimal dikarenakan distribusi alat dan mesin pertanian (Alsintan) masih fokus pada pra panen. Food loss dan waste pangan strategis di Jawa Barat tahun 2018 jika ditekan maka dapat memberi makan sebanyak 29,5 juta orang atau 60,6% jumlah penduduk Jawa Barat serta memiliki daya dukung waktu sebanyak 221 hari untuk penduduk Jawa Barat pada tahun 2018. Food loss dan waste memiliki kerugian terhadap beberapa bidang. Salah satunya, food loss dan waste menyebabkan adanya kehilangan kandungan zat gizi pada energi 15,98%, protein 16,45%, serta lemak 5,94% dari kebutuhan harian masing-masing zat gizi. Zat gizi yang cukup dari ketersedian pangan untuk dikonsumsi menjadi cara agar ketahanan pangan dapat tercapai. Selain itu, terdapat kerugian nilai ekonomi dari food loss dan waste pangan strategis di Jawa Barat pada tahun 2018 mencapai 32,89 triliun rupiah. Kerugian food loss dan waste per kapita sebesar 675,75 ribu rupiah atau setara dengan 2,3% dari produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita Jawa Barat. Hasil proyeksi food loss dan waste beras di Jawa Barat pada tahun 2019 - 2023 menunjukkan adanya penurunan pada setiap tahunnya dengan rata-rata laju penurunan sebesar 0,4%. Proyeksi dengan skenario pada tahap rantai pangan penanganan dan penyimpanan pasca panen dapat menurunkan food loss tahun 2019-2023 dari 506-498 ribu ton menjadi 501-473 ribu ton.