Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113102
Title: Analisis Dampak Pola Peruntukan Ruang dalam Penempatan Lokasi Kegiatan Ekonomi Melalui Mekanisme Konversi Lahan Sawah di Perdesaan (Studi Kasus : Provinsi Jawa Barat)
Other Titles: Analysis of the Impact of Spatial Designation Patterns in the Placement of Economic Activity Locations through the Mechanism of Conversion of Rice Fields in Rural Areas (Case Study: West Java Province)
Authors: Rustiadi, Ernan
Fauzi, Akhmad
Barus, Baba
Sukiptiyah, Sukiptiyah
Issue Date: 2022
Publisher: IPB University
Citation: -
Abstract: Pembangunan ekonomi wilayah di Indonesia dalam konsepsi penataan ruang bertumpu pada kawasan budidaya yang meliputi peruntukan hutan produksi, pertanian, pertambangan, permukiman, industri, pariwisata dan perdagangan/jasa. Pembangunan ekonomi wilayah perdesaan dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemenuhan kebutuhan dasar yaitu pangan (beras). Tingkat kesejahteraan suatu wilayah dapat diindikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun merupakan mekanisme kegiatan pembangunan ekonomi wilayah. Pembangunan wilayah perdesaan pada satu sisi bertujuan untuk meningkatkan PDRB dengan memberikan alokasi peruntukan ruang seluas-luasnya untuk kegiatan industri, perdagangan dan permukiman yang berimplikasi meningkatnya konversi lahan pertanian (sawah), di sisi lain harus memastikan pemenuhan pangan (beras) dengan mengendalikan konversi lahan sawah atau mempertahankan lahan sawah sebagai sarana produksi beras, dengan kata lain terdapat trade off dalam pemanfaatan lahan sawah. Dalam upaya optimalisasi alokasi pola peruntukan ruang terhadap lahan sawah maka fokus penelitian ini adalah menganalisis faktor pola peruntukan ruang dalam mempengaruhi konversi lahan sawah dan penempatan lokasi kegiatan industri dan perumahan di wilayah perdesaan. Tujuan utama dari penelitian ini adalah menentukan skala prioritas pengaturan kembali atau revisi pola peruntukan ruang terhadap lahan sawah dalam perencanaan pembangunan wilayah perdesaan atau rencana tata ruang wilayah (RTRW). Secara spesifik tujuan penelitian: 1) menganalisis pola sebaran lahan sawah dan konversi lahan sawah ditinjau dari peruntukan ruang, akses jalan dan harga tanah di perdesaan; 2) menganalisis faktor peruntukan ruang, akses jalan, harga tanah dan kepadatan penduduk terhadap konversi lahan sawah di perdesaan; dan 3) menganalisis faktor peruntukan ruang dan akses jalan mempengaruhi penempatan lokasi kegiatan industri dan perumahan melalui mekanisme konversi lahan sawah. Penelitian ini menggunakan data sekunder meliputi data spasial batas administrasi kecamatan, penggunaan lahan sawah tahun 2013 dan 2018, akses jalan (tol, arteri dan kolektor) tahun 2018, peruntukan ruang berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW-K), zona nilai tanah (ZNT) tahun 2018 dan kepadatan penduduk. Lokasi penelitian dibedakan perdesaan industrialisasi dan urbanisasi tinggi yaitu Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor dan perdesaan industrialisasi dan urbanisasi rendah yaitu Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli s/d Desember 2020. Alokasi pola peruntukan ruang merupakan hasil reklasifikasi atas RTRW K, dalam 4 (empat) kelas yaitu peruntukan ruang-permukiman, perdagangan, industri (PR-PPI), peruntukan ruang-pertanian lahan basah (PR-PLB), peruntukan ruang-pertanian lahan kering (PR-PLK), dan peruntukan ruang-lindung dan kawasan hutan (PR-L). Akses jalan dibuat buffer zone dengan zona/area 0-1 km dari jalan (0-1 DJ), zona/area 1-3 km dari jalan (1-3 DJ) dan zona/area >3 km dari jalan (> 3 DJ). ZNT satuan (Rp/m2) dikelompokan dalam rentang harga lahan. Analisis pola sebaran lahan sawah dan konversi lahan sawah ditinjau dari peruntukan ruang, akses jalan dan harga lahan menggunakan analisis overlay dan perhitungan kuantitatif (pivottable-excel). Sedangkan untuk menganalisis faktor peruntukan ruang, akses jalan, harga tanah dan kepadatan penduduk mempengaruhi konversi lahan sawah menggunakan regresi linear berganda dengan satuan data kecamatan dan analisis regresi dilakukan pada masing-masing kabupaten. Untuk menganalisis faktor peruntukan ruang dan akses jalan mempengaruhi penempatan lokasi kegiatan industri dan perumahan menggunakan regresi linear berganda dengan satuan data kecamatan pada seluruh kecamatan di 4 (empat) kabupaten lokasi penelitian yang terjadi konversi lahan sawah menjadi kegiatan industri dan/atau perumahan. Sementara untuk menentukan skala prioritas rekomendasi revisi pola peruntukan ruang terhadap lahan sawah dalam perencanaan pembangunan wilayah perdesaan berdasarkan rencana tata ruang (RTR) menggunakan analisis multikriteria spasial dengan 4 (empat) kriteria yaitu peruntukan ruang, akses jalan, kepadatan penduduk dan harga lahan sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran lahan sawah menurut akses jalan dominan pada area > 3 km dari jalan, dan secara spasial dapat dibedakan menjadi 2 (dua) klaster yaitu klaster Kabupaten Bekasi yang tersebar satu hamparan cukup massif di sisi utara dan klaster Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Tasikmalaya yang relatif menyebar pada seluruh wilayah dengan hamparan kurang masif. Sebaran lahan sawah menurut peruntukan ruang dominan dengan PR-PLB, sedangkan lahan sawah dengan PR-PPI dominan di perdesaan industrialisasi dan urbanisasi tinggi. Pola konversi lahan sawah menjadi lahan terbangun dominan pada perdesaan industrialisasi dan urbanisasi tinggi, pada peruntukan uang permukiman, perdagangan, industri (PR-PPI) dan pada area 0-3 km dari jalan. Alokasi peruntukan ruang terhadap lahan sawah dapat berdampak mendorong atau mengendalikan konversi lahan, dimana lahan sawah dengan PR-PPI dapat mendorong konversi lahan, sebaliknya lahan sawah dengan peruntukan ruang-non permukiman perdagangan industri (PR-NPPI) konversi lahan sawah relatif dapat dikendalikan. Penempatan lokasi kegiatan industri dan perumahan relatif dipengaruhi faktor peruntukan ruang dibandingkan faktor akses jalan. Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui strategi membuka seluas-luasnya kegiatan industri, perdagangan, permukiman namun tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan pangan dengan mempertahankan lahan pertanian (sawah) sebagai sarana produksi beras maka direkomendasikan revisi pola peruntukan ruang terhadap lahan sawah pada RTR diprioritaskan di perdesaan industrialisasi dan urbanisasi tinggi, utamanya terhadap lahan sawah dengan potensi konversi lahan sawah klasifikasi “tinggi”. Kata kunci: akses jalan, analisis multikriteria, konversi lahan sawah, peruntukan ruang, regresi linear berganda.
Regional economic development in Indonesia in the concept of spatial planning relies on cultivation areas which include the designation of production forests, agriculture, mining, settlements, industry, tourism and trade/services. Economic development in rural areas is intended to improve community welfare and fulfill basic needs, namely food (rice). The welfare level of region is indicated by the level of economic growth, income per capita, and Gross Domestic Product (GDP). Conversion of agricultural land into built-up land is a mechanism for regional economic development activities. The development of rural areas on the one hand aims to increase GDP by providing the widest possible allocation of space for industrial, trade and settlement activities, which has implications for increased conversion of agricultural land (rice fields), on the other hand must ensure food (rice) fulfillment by controlling the conversion of paddy fields or rice fields. maintain paddy fields as a means of rice production, in other words there is a trade off in the use of paddy fields. In an effort to optimize the allocation of spatial patterns/spatial allocation to paddy fields, the focus of this research is to analyze the spatial designation factors in influencing the conversion of paddy fields and the placement of industrial and residential activities in rural areas. The main objective of this research is to determine the priority scale for re-arrangement or revision of the spatial pattern/spatial designation of paddy fields in rural area development planning or regional spatial planning. Specifically, the research objectives: 1) analyze the distribution pattern of paddy fields and conversion of paddy fields in terms of space allocation, road access and land prices in rural areas based on the level of industrialization and urbanization of the region; 2) analyze the factors of space allocation, road access, land prices and population density on the conversion of paddy fields in rural areas; and 3) analyzing the factors of space designation and road access affecting the location of industrial and residential activities through the mechanism of rice field conversion. This study uses secondary data including spatial data on sub-district administrative boundaries, land use of paddy fields in 2013 and 2018, road access (tolls, arteries, collectors) in 2018, spatial allocation based on the regional spatial planning, land value zones ( ZNT) in 2018 and population density. The research location is distinguished from highly industrialized and urbanized rural areas, namely Bekasi Regency and Bogor Regency and rural areas of low industrialization and urbanization, namely Sukabumi Regency and Tasikmalaya Regency, West Java Province. The research was carried out from July to December 2020. The allocation of spatial pattern/spatial designation is the result of the reclassification of the regional spatial planning into 4 (four) classes, namely the designation of space-residential, trade, industrial (DS-RTI), designation of space agricultural wetlands (DS-AWL), designation of space- agriculture dry land (DS ADL), and the designation of space- protected and forest areas (DS-PFA). The road access is made into a buffer zone with area of 0-1 km from the road (0-1 DJ), area of 1-3 km from the road (1-3 DJ) and area >3 km from the road (> 3 DJ). ZNT units (Rp/m2) are grouped in the land price range. Analysis of the distribution pattern of paddy fields and conversion of paddy fields in terms of space allocation, road access and land prices using spatial software with technical overlay analysis and quantitative calculations (pivottable excel). Meanwhile, to analyze the factors of space allocation, road access, land prices and population density on the conversion of paddy fields using multiple linear regression with sub-district data units and regression analysis was carried out in each district. To analyze the factors of space designation and road access affecting the location of industrial and residential activities using multiple linear regression with sub-district data units in all sub-districts in 4 research districts where conversion of paddy fields into industrial and/or residential activities occurred. Meanwhile, to determine the priority scale for re-rrangement/revision of spatial patterns of paddy fields in the development planning of rural areas in the regional spatial planning using spatial multicriteria analysis using 4 (four) criteria, namely space allocation, road access, population density and paddy field prices. The results showed that the distribution pattern of paddy fields according to road access was dominant in the area > 3 km from the road, followed by 1-3 km from the road and the lowest at 0-1 km from the road, and spatially divided into 2 (two) clusters, namely the Bekasi cluster which is spread over a fairly massive stretch on the north side and the Bogor, Sukabumi and Tasikmalaya clusters which are relatively spread over the entire area with less massive stretches. The distribution of paddy fields according to spatial designation is dominant in designation of space-agricultural wetlands (DS-AWL), while paddy fields with the designation of space-residential, trade, industrial (DS-RTI) are dominant in rural areas with high industrialization and urbanization. The pattern of conversion of paddy fields to built-up land is dominant in rural areas high industrialization and urbanization, in the designation of space for residential, trade, industrial (DS-RTI) and in an area of 0-3 km from the road. The allocation of space for paddy fields can have an impact on encouraging or controlling land conversion, where paddy fields with DS-RTI can encourage land conversion, on the other hand, paddy fields with non DS-RTI can relatively control paddy land conversion. The placement of industrial and residential activity locations is relatively influenced by space allocation factors compared to road access factors. In an effort to increase economic growth through a strategy of opening the widest possible range of industrial, trade and residential activities while still paying attention to the fulfillment of food needs by maintaining agricultural land (rice fields) as a means of rice production, it is recommended that the revision of the regional spatial planning be prioritized in rural areas with high industrialization and urbanization, especially for paddy fields with the potential for conversion rice fields of “high” classified. Keywords: multi-criteria analysis, multiple linear regression, paddy field conversion, road access, space allocation,
Description: -
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/113102
Appears in Collections:DT - Economic and Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
LAMPIRAN.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.62 MBAdobe PDFView/Open
COVER.pdf
  Restricted Access
Cover823.69 kBAdobe PDFView/Open
FULL TEXT.pdf
  Restricted Access
Fullteks4.44 MBAdobe PDFView/Open
DISERTASI_SUKIPTIYAH_H162150021.pdf
  Restricted Access
4.9 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.