Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112526
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorPrasetyo, Lilik Budi-
dc.contributor.advisorRahman, Dede Aulia-
dc.contributor.authorRahman, Ahmad Abdul Aziz-
dc.date.accessioned2022-07-15T07:50:46Z-
dc.date.available2022-07-15T07:50:46Z-
dc.date.issued2022-07-12-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/112526-
dc.description.abstractUnmanned Aerial Vehicles (UAV) atau pesawat tanpa awak atau drone pada saat ini telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian, salah satunya di bidang penelitian satwa liar seperti pengamatan primata. Pesawat ini mampu membawa kamera untuk memotret dan merekam serta dapat diterbangkan untuk menjangkau lokasi tertentu dengan pengendalian jarak jauh oleh pilot. Penelitian ini menggunakan tipe UAV dengan merek DJI Mavic Enterprise 2 Dual. UAV dengan tipe ini memiliki dua kamera utama untuk pengambilan gambarnya, kamera RGB dan kamera termal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aplikasi sensor thermal dan RGB, kendala, dan faktor yang berpengaruh dalam penggunaan UAV sebagai alat dan metode untuk deteksi dan monitoring primata. Dari hasil penelitian didapatkan rekomendasi teknis pengamatan menggunakan UAV yang baik seperti waktu pengamatan terbaik, ketinggian terbang, jarak UAV dengan primata yang tidak mengganggu dan juga faktor lain yang mempengaruhi UAV dalam melakukan pengamatan, baik menggunakan kamera RGB maupun termal. Pengambilan data dilakukan di Resort Cikaniki dan Desa Citalahab Central, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan selama satu bulan, mulai dari bulan Februari hingga Maret 2021. Secara umum UAV tidak mengganggu satwa ketika UAV berada pada jarak >31 m dari satwa tersebut, namun jarak terdekat yang bisa dicapai UAV berbeda beda tiap spesies, owa jawa akan terganggu apabila UAV berada pada jarak 23-25 m, surili akan terganggu pada jarak 19-23 m, dan lutung pada jarak 30-31 m. Ketinggian terbang UAV pada saat pengamatan bervariasi, mulai dari 50 m hingga 90 m. Sensor termal baik digunakan dalam deteksi objek, sedangkan untuk identifikasi digunakan gambar hasil dari sensor RGB. Deteksi secara vertikal lebih efektif dalam mendeteksi satwa dibandingkan dengan deteksi secara horizontal. Waktu pengamatan terbaik untuk UAV dengan sensor termal adalah pukul 06.00 – 07.00 dan pukul 18.00 atau waktu ketika suhu kanopi rendah (sesudah hujan, berawan). Keberadaan faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengamatan menggunakan UAV adalah faktor cuaca, angin, keadaan topografi dan jarak pandang antara UAV dengan pilot.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAplikasi Sensor Thermal UAV Untuk Monitoring Primata Di Taman Nasional Gunung Halimun Salakid
dc.title.alternativeUAV Thermal Sensor Application for Primate Monitoring in Gunung Halimun Salak National Parkid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordprimateid
dc.subject.keywordthermalid
dc.subject.keywordUAVid
dc.subject.keywordwildlife monitoringid
Appears in Collections:MT - Forestry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
abstrak.pdf
  Restricted Access
Cover426.23 kBAdobe PDFView/Open
Full text.pdf
  Restricted Access
Fullteks2.4 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran895.63 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.