Kelayakan Finansial Pabrik Tahu dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) (Studi Kasus pada Pabrik Tahu Bapak Narman)

Abstract

Industri tahu menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Salah satu solusinya adalah mengolah air limbah menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Penggunaan IPAL akan menambah beban biaya (biaya investasi dan biaya operasional) pabrik tahu, namun tidak menambah penerimaan pabrik tahu karena penggunaan IPAL tidak berhubungan dengan aktivitas produksi pabrik tahu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial pabrik tahu dengan IPAL dan menganalisis peningkatan maksimum harga kedelai dan upah tenaga kerja. Penelitian dilakukan dengan studi kasus pada Pabrik Tahu Bapak Narman dan menggunakan dua alternatif penerapan IPAL dengan empat tipe: IPAL mandiri (tipe HK 1) dan IPAL terpadu (tipe HK 3, 5, atau 10). Penelitian menggunakan kriteria investasi (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period) dan analisis nilai pengganti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pabrik tahu dengan IPAL tidak layak untuk dijalankan. Pabrik tahu dengan IPAL dapat layak jika pabrik tahu menerima insentif dari kenaikan harga jual tahu sebesar 1,26% hingga 2,82% dan jika harga kedelai turun menjadi Rp9.521/kg hingga Rp9.787/kg. Pabrik tahu dengan IPAL lebih sensitif terhadap perubahan daripada pabrik tahu tanpa IPAL. Pabrik tahu dengan IPAL lebih sensitif terhadap perubahan harga bahan baku kedelai daripada perubahan upah tenaga kerja.

Tofu industry produced wastewater that can pollute environment. One that can be the solution is using Wastewater Treatment Plant (WWTP). WWTP will increase the cost (investment cost and operational cost) for the tofu factory, but it will not increase the revenue because the use of WWTP is not related to the production activities of the tofu factory. This research is aimed to analyse financial feasibility of tofu factory with WWTP and analyze maximum increase of soybean prices and labor wages. This research conducted by case study in Mr. Narman’s Tofu Factory and using two alternatives with four types, that is independent WWTP (type HK 1) and integrated WWTP (type HK 3, 5, or 10). This research using investment criteria (NPV, IRR, Net B/C, and Payback Period) and switching value analysis. The findings demonstrate that tofu factory with WWTP is not feasible. Tofu factory with IPAL can feasible if the tofu factory receive incentives from increasing tofu selling price by 1,26% to 2,82% and if soybean price decreases to Rp9.521/kg to Rp9.787/kg. Tofu factory with WWTP is more sensitive to changes than tofu factory without WWTP. Tofu factory with WWTP is more sensitive to soybean price changes than labor wages changes.