Keberlanjutan Program TPS 3R di Kota Pangkalpinang: Strategi Penyelesaian Pengelolaan Sampah Perkotaan

Abstract

Strategi Pemerintah Kota Pangkalpinang untuk mencapai target Kebijakan dan Strategi Nasional (Jakstranas) terkait penanganan sampah perkotaan salah satunya melalui pengoptimalan program Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse and Recycle (TPS 3R). Program TPS 3R merupakan pendekatan pengelolaan sampah dengan konsep 3R yang melibatkan peran aktif dan pemberdayaan kapasitas masyarakat. Pemerintah pusat melalui Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR telah membangun TPS 3R di Kota Pangkalpinang sejak tahun 2016. TPS 3R yang dibangun merupakan TPS 3R yang melayani sampah permukiman masyarakat dengan kapasitas layanan minimal 400 Kepala Keluarga (KK). Saat ini, terdapat empat unit TPS 3R yang telah dibangun namun hanya satu unit yang aktif beroperasi. Penelitian ini menganalisis keberlanjutan program TPS 3R di Kota Pangkalpinang dengan studi kasus di TPS 3R Kawa Begawe di Kecamatan Gabek sebagai satu-satunya TPS 3R yang aktif beroperasi. Analisis keberlanjutan kinerja TPS 3R perlu dilakukan sebagai gambaran bagi stakeholders untuk menentukan strategi yang tepat dalam kebijakan pengelolaan sampah berbasis TPS 3R di Kota Pangkalpinang sehingga dapat mencapai target Jakstranas. Tahapan yang digunakan dalam analisis keberlanjutan program TPS 3R di Kota Pangkalpinang terdiri atas 1) identifikasi faktor yang memengaruhi kinerja program menggunakan metode analisis MICMAC dan MACTOR; 2) analisis keberlanjutan program menggunakan pendekatan model dinamik; dan 3) penentuan strategi kebijakan untuk keberlanjutan program menggunakan metode analisis PROMETHEE. Untuk menentukan strategi kebijakan berdasarkan analisis keberlanjutan program, maka akan disimulasikan tiga skenario kebijakan sesuai dengan kondisi yang paling memungkinkan untuk pencapaian target program dalam Jakstranas. Tiga skenario tersebut yaitu 1) kebijakan pengelolaan sampah berdasarkan business as usual (BAU) di TPS 3R; 2) kebijakan pengelolaan TPS 3R berdasarkan pemaksimalan serapan timbulan sampah di TPS 3R; dan 3) kebijakan pengelolaan TPS 3R berdasarkan kerjasama atau investasi pihak swasta. Hasil identifikasi faktor yang memengaruhi kinerja program TPS 3R di Kota Pangkalpinang menggunakan metode MICMAC menunjukkan regulasi sebagai variabel kunci yang paling berpengaruh pada pelaksanaan program TPS 3R. Regulasi yang dimaksud adalah pengaturan oleh pemerintah kota tentang pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan di sumber hingga proses akhir di TPA dan pengaturan berdasarkan petunjuk teknis penyelenggaraan TPS 3R mengenai SDM/pengelola maupun kelembagaannya. Hasil analisis MACTOR menunjukkan PLN dan Pertamina sebagai aktor yang memiliki pengaruh tinggi dengan ketergantungan rendah dalam program TPS 3R. Tujuan yang paling utama dalam keberhasilan program adalah peningkatan kualitas lingkungan hidup dengan aktor yang paling tinggi kepentingannya terhadap tujuan tersebut adalah DLH Kota Pangkalpinang. Hasil analisis simulasi model dinamik menunjukkan skenario kebijakan kerjasama dengan pihak lain (skenario ketiga) sebagai skenario yang terbaik dalam mereduksi timbulan sampah di TPS 3R dan skenario kebijakan pemaksimalan serapan timbulan sampah di TPS 3R (skenario kedua) sebagai skenario terbaik berdasarkan keunggulan pendapatan di TPS 3R. Kedua skenario ini perlu analisis lebih lanjut menggunakan PROMETHEE untuk memperoleh skenario yang paling tepat diterapkan berdasarkan kemungkinan pencapaian target Jakstranas tahun 2025. Hasil perangkingan ketiga skenario berdasarkan PROMETHEE menunjukkan skenario kedua lebih unggul berdasarkan dimensi lingkungan dan ekonomi. Keunggulan dimensi lingkungan yaitu mampu menekan penanganan sampah (reduksi) di sumber dari 23% menjadi 45% dan pada dimensi ekonomi mampu meningkatkan pendapatan TPS 3R sebesar 89% dari kondisi BAU. Analisis keberlanjutan pengelolaan sampah di TPS 3R Kawa Begawe mewakili permasalahan pengelolaan sampah berbasis TPS 3R di Kota Pangkalpinang. Hasil analisis diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah kota dalam pemaksimalan strategi pengelolaan sampah sehingga dapat berkelanjutan. Implementasi kebijakan dari skenario yang direkomendasikan memang masih memiliki beberapa kelemahan. Dukungan dan kerjasama dari semua pihak terkait terutama pemerintah kota diharapkan dapat mengatasi kelemahan tersebut, sehingga permasalahan pengelolaan sampah di Kota Pangkalpinang dapat terselesaikan dengan baik.

To achieve the National Policy and Strategy (Jakstranas) targets related to urban waste handling, one of the Pangkalpinang City Government strategies is to optimizing the establishment of TPS-3R (Reduce, Reuse and Recycle Waste Management Site) program. The TPS-3R program is an approach to waste management with the 3R concept that involves an active role and community capacity empowerment. The central government through the Directorate General of Human Settlements, Ministry of PUPR has built a TPS-3R in Pangkalpinang City since 2016. The TPS-3R serves community residential waste with a minimum service capacity of 400 families. Currently, there are four TPS 3R units that have been built but only one unit remains working. This study tries to analyze the sustainability of the TPS-3R program in Pangkalpinang City with a case study at the Kawa Begawe TPS 3R in Gabek District as the only TPS-3R that is actively operating. Analysis of the sustainability of the TPS-3R performance needs to be carried out as an illustration for stakeholders to determine the right strategy in the TPS-3R based waste management policy in Pangkalpinang City so that it can achieve the Jakstranas targets. The sustainability analysis consists of three stages, namely 1) identification of factors that affect program performance using the MICMAC and MACTOR analysis methods; 2) analysis of program sustainability using a dynamic model approach; and 3) determining the policy strategy for program sustainability using the PROMETHEE analysis method. To determine the policy strategy based on the analysis of program sustainability, three policy scenarios were simulated according to the most probable conditions for achieving program targets in Jakstranas. The scenarios are 1) waste management policy based on business as usual (BAU) at TPS-3R; scenario 2) TPS-3R management policy based on maximizing waste generation at TPS-3R; and scenario 3) TPS-3R management policy based on private sector cooperation or investment. The results of the identification of factors that affect the performance of the TPS-3R program in Pangkalpinang City using the MICMAC method show that regulation as the key variable that has the most influence on the implementation of the TPS-3R program. The regulation in question is the regulation by the city government regarding waste management, starting from sorting at the source to the final process at the TPA and the arrangement based on the technical guidelines for the implementation of TPS-3R regarding human resources/managers and institutions. The MACTOR analysis shows that PLN and Pertamina as the actors with high influence with low dependence in the TPS-3R program. The most important goal in the success of the program is to improve the quality of the environment with the actor with the highest interest in this goal being the DLH Pangkalpinang City. The results of the dynamic model simulation analysis show the policy scenario of cooperation with other parties (third scenario) as the best scenario in reducing waste generation at TPS-3R and the policy scenario of maximizing waste generation at TPS-3R (second scenario) as the best scenario based on income advantage at TPS-3R. These two scenarios need further analysis using PROMETHEE to obtain the most appropriate scenario to be applied based on the possibility of achieving Jakstranas targets in 2025. The ranking results of the three scenarios based on PROMETHEE show that the second scenario is superior based on environmental and economic dimensions. The advantage of the environmental dimension is that it is able to reduce waste handling (reduction) at the source from 23% to 45% and in the economic dimension it is able to increase TPS 3R revenue by 89% from BAU conditions. The analysis of the sustainability of waste management at the Kawa Begawe TPS-3R represents the problem of waste management based on the TPS-3R in Pangkalpinang City. The results of the analysis are expected to be input for the city government in optimizing waste management strategies so that they would be sustainable. The policy implementation of the recommended scenario still has some weaknesses. Support and cooperation from all relevant parties, especially the city government, are expected to overcome these weaknesses, so that the problems of waste management in Pangkalpinang City can be resolved properly.