Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111832
Title: Perencanaan Lanskap Pegunungan Cycloops Papua Sebagai Dasar Pengembangan Wisata Geologi Berkelanjutan
Other Titles: Papua Cycloops Mountains Lanscape Planning as the Basis for the Development of Sustainable Geological Tourism
Papua Cycloops Mountains Lanscape Planning as the Basis for the Development of Sustainable Geological Tourism
Authors: Sulistyantara, Bambang
Noorachmat, Bambang Pramudya
Suwardi, Suwardi
Setiadji, Prihananto
Issue Date: 29-Apr-2022
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Lanskap Pegunungan Cycloops Papua mempunyai peran penting secara geologi karena terbentuk akibat pengangkatan lantai dasar samudera yang merupakan kompleks ofiolit dan batuan busur vulkanik kepulauan; secara ekologi merupakan kawasan konservasi alam dengan fungsi lindung bagi sumber mata air dan pencegah bahaya erosi, longsor dan banjir serta memiliki keragaman hayati endemik; dan secara sosial budaya ditempati oleh penduduk yang berasal dari beragam suku bangsa, tetapi secara adat dimiliki oleh suku Port Numbay, Sentani, Moi, Tepera dan Ormu. Kondisi lanskap saat ini terancam oleh deforestasi dan degradasi lahan akibat tekanan penduduk migran dan motif ekonomi, seperti perburuan dan perdagangan tumbuhan/satwa liar, penebangan pohon, perladangan dan pemukiman, serta penggalian dan pertambangan liar. Kawasan ini berstatus Cagar Alam, tetapi tidak menjamin kelestarian dan keseimbangan ekosistem terjaga. Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah, ketimpangan sosial melebar, dan pembangunan berkelanjutan belum diterapkan merupakan isu utama pengelolaan lanskap. Sumber daya geologi beragam, baik obyek maupun proses geologi dan perlu dikembangkan secara berkelanjutan. Geodiversitas Pegunungan Cycloops merupakan warisan bumi bernilai ilmiah, estetika maupun wisata yang pemanfaatannya dilakukan dengan aktivitas wisata geologi. Penelitian ini membahas tentang perencanaan lanskap Pegunungan Cycloops di Papua sebagai dasar pengembangan wisata geologi berkelanjutan, berisi lima tujuan, yaitu a) mengidentifikasi keragaman geologi dan daerah sensitif ekologis, b) menganalisis akseptabilitas masyarakat dan preferensi wisatawan terhadap wisata alam, c) menganalisis daya tarik dan daya dukung geosite potensial, d) menganalisis tingkat keberlanjutan aktivitas wisata geologi, dan e) merencanakan lanskap pegunungan untuk dikembangkan sebagai wisata geologi secara berkelanjutan. Metode penelitian menerapkan kombinasi kualitatif dan kuantitatif secara berimbang dalam pengumpulan dan analisis data. Tahapan penelitian terbagi dua bagian, yaitu: perencanaan lanskap dan pengembangan geowisata. Perencanaan lanskap terdiri atas tiga tahap, yaitu 1) inventarisasi, berisi pengumpulan data geologi dan keanekaragaman hayati, iklim, topografi, kelerengan, hidrologi dan penggunaan lahan, wawancara masyarakat dan wisatawan, koleksi peta dan peraturan perundang-undangan, 2) analisis dengan sistem informasi geografis, statistik dan penilaian pakar terkait dengan a) potensi geologi dan daerah sensitif ekologi, b) penerimaan masyarakat terhadap aktivitas wisata, c) karakteristik dan motivasi wisatawan, dan 4) daya tarik obyek wisata dan daya dukung geosite, dan 3) sintesis menghasilkan simpulan, yaitu a) zonasi potensi wisata geologi dan daerah sensitif ekologis, b) aktivitas geowisata yang dapat dilakukan dan fasilitas yang perlu disediakan, dan c) jalur sirkulasi wisata yang aman dan nyaman bagi wisatawan. Pengembangan geowisata ditentukan berdasarkan analisis kebijakan pariwisata dan analisis keberlanjutan geowisata sehingga menghasilkan strategi pengembangan wisata geologi. Sumber daya geologi di Pegunungan Cycloops terdiri atas sumber energi untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro, sumber daya lingkungan terbagi atas lahan yang sebagian besar hutan alami yang dilindungi dan dibudidayakan secara terbatas, tanah berupa tanah aluvial, tanah kapur, tanah podzolik dan tanah laterit dan bentang alam sebagai pegunungan sesar, dan sumber daya mineral berisi batuan yang mengandung mineral logam seperti besi, nikel, krom, tembaga, magnesium, aluminium dan emas, serta mineral bukan logam berupa kuarsa, kalsit, feldspar, dan muskovit. Pemanfaatan sumber daya geologi dibatasi oleh kondisi ekologi karena merupakan kawasan konservasi alam, daerah rawan bencana dan lokasi sumber mata air. Masyarakat menerima aktivitas wisata alam dan ingin berpartisipasi, terutama wisata alam dan budaya. Pengelolaan wisata dilakukan oleh lembaga adat (keondoafian). Pengunjung wisata didominasi oleh penduduk lokal dengan motivasi memperoleh suasana tenang dan bersenang-senang. Wisata geologi belum dikenal masyarakat, tetapi obyek geologi seperti lanskap pantai, sungai dan gunung sangat diminati. Daya tarik wisata geologi tergantung pada faktor jarak antar geosite, aksesibilitas, informasi geologi dan geomorfologi, keamanan serta infrastruktur yang tersedia. Dari 24 geosite yang dinilai indeks daya tariknya terdapat 9 geosite menarik, yaitu 1) Pantai Pasir VI, 2) Kali Biru Klofkamp, 3) Bukit Bhayangkara, 4) Bukit Kodam, 5) Bukit Skyline, 6) Bukir Kapur Entrop, 7) Bukit Uncen Waena, 8) Telaga Buper Waena, dan 9) Kali Harapan. Berdasarkan kriteria kesesuaian daya dukung fisik, nyata dan efektif, maka geosite Bukit Angkasa, Pantai Pasir VI, Bukit Bhayangkara, Bukit Entrop, Bukit Skyline, Bukit Uncen Waena, Telaga Buper, Bukit YPKP Sentani dan Kampung Ormu yang memenuhi kategori sesuai daya dukung. Daya dukung nyata sangat berpengaruh dalam menentukan kelayakan geosite pada daerah sensitif ekologi dan memiliki keragaman geologi yang tinggi. Aktivitas wisata geologi yang potensial dikembangkan adalah penjelajahan geologi dan konservasi geologi. Fasilitas penunjang wisata geologi yang perlu disediakan berupa jalur lintasan, rambu peringatan atau petunjuk, papan informasi, pondok wisata, warung makan dan minum, kamar mandi atau ganti, pos keamanan, dan pemandu wisata. Jalur sirkulasi destinasi berpola tertutup dan terbagi 2 lintasan, yaitu ke bagian timur searah kota Jayapura berpusat di geoarea Entrop dan ke bagian barat searah Kabupaten Jayapura berpusat di geoarea Sentani. Kesampaian lokasi geosite bisa ditempuh menggunakan kendaraan bermotor, kecuali kampung Ormu menggunakan dari kampung Hamadi Kota Jayapura atau kampung Waiya Depapre Kabupaten Jayapura. Aktivitas wisata geologi di Pegunungan Cycloops dinilai Cukup Berkelanjutan berdasarkan dimensi lingkungan, masyarakat, ekonomi dan tata kelola. Keberlanjutan pengembangan wisata geologi sangat dipengaruhi oleh kelayakan usaha masyarakat, pengelolaan aset kampung atau adat, konservasi geologi dan akseptabilitas masyarakat sebagai atribut pengungkit utama yang paling sensitif. Strategi pengembangan wisata geologi ditentukan oleh aktor seperti Dewan/Lembaga Adat Suku, Dinas Pariwisata dan Budaya, dan kelompok komunitas wisata atau asosiasi profesi, faktor ekonomi kampung, masyarakat adat, lanskap pegunungan, serta tata kelola wisata menjadi penting, sedangkan kriteria dan alternatif solusi adalah melakukan kerja sama para pihak. Strategi yang diterapkan adalah kolaborasi pengelolaan lanskap secara holistik, integratif dan partisipatif. Target pengembangan wisata geologi jangka pendek adalah membangun Geowisata berbasis masyarakat terutama masyarakat adat. Target jangka panjang adalah penetapan kawasan taman bumi Pegunungan Cycloops, sesuai persyaratan berupa bermakna secara ilmu pengetahuan, langka, dan indah.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111832
Appears in Collections:DT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover437.08 kBAdobe PDFView/Open
Disertasi All_@prihananto#P062160041 (1).pdf
  Restricted Access
Fullteks17.41 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran13.13 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.