Analisis Efisiensi Perbankan Sebelum dan Setelah Dilakukan Merger

Abstract

Pada tahun 2006, Bank Indonesia menerbitkan peraturan mengenai Kepemilikan Tunggal yang dikenal dengan nama Single Presence Policy (SPP). Tujuan utama dari Peraturan Bank Indonesia (PBI) ini adalah untuk mewujudkan struktur perbankan Indonesia yang sehat dan kuat, hal ini juga disebutkan pada Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Pilar 1. Proses konsolidasi perbankan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu proses konsolidasi yang dirasa perlu dilakukan adalah penataan kembali struktur kepemilikan Perbankan melalui penerapan kebijakan kepemilikan tunggal. Penelitian ini ingin mengukur dampak dari konsolidasi melalui merger yang dilakukan oleh bank-bank yang masuk kedalam ketegori SPP dari sisi efisiensi. Metode yang digunakan adalah Two-Stage Data Envelopment Analysis (DEA) dengan regresi Tobit. Kerangka waktu untuk penelitian ini adalah dua belas triwulan sebelum dan setelah dimulainya merger dan/atau akuisisi. Variabel input-output yang digunakan untuk DEA adalah dana pihak ketiga, aset tetap, dan Non-Interest Expense sebagai input dan total pinjaman serta Other Operating Income sebagai output. DEA menghasilkan bahwa skor efisiensi pada pasca-merger relatif lebih efisien daripada pra-merger. Model regresi Tobit digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi bank dan kami mencatat untuk pra-merger bahwa bank size (TA), ROA dan NPL berpengaruh signifikan terhadap efisiensi bank. Namun untuk pasca-merger, bank size (TA), CAR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap efisiensi bank.