Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111534
Title: Analisis Karakteristik Aliran Permukaan pada Agroforestri Sawit di Bungku, Jambi
Other Titles: Analysis of Surface Runoff Characteristics in Oil Palm Agroforestry in Bungku, Jambi
Authors: Tarigan, Suria Darma
Wahjunie, Enni Dwi
Ullyta, Austin
Issue Date: 2022
Publisher: IPB University
Abstract: Perubahan tutupan lahan merupakan salah satu masalah di Indonesia. Permasalahan ini berkaitan dengan penurunan luas hutan yang signifikan. Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah yang menunjukkan kecenderungan terjadinya peningkatan luas perkebunan kelapa sawit. Umumnya kelapa sawit ditanam menggunakan pola tanam monokultur menyebabkan perubahan besar pada tanah, terutama pemadatan tanah dan erosi serta perubahan signifikan dalam siklus hidrologi dan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya air. Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif perkebunan monokultur melalui pengelolaan perkebunan yang lebih baik dengan tetap mempertahankan tutupan lahan dan suplai bahan organik tanah, diantaranya melalui penerapan sistem tanam campuran. Agroforestri pada sawit kenyataannya telah dikembangkan oleh PT. Humusindo Makmur Sejati (HMS) dan sebagian kecil petani di Jambi. Pola yang dikembangkan dengan mencampurkan beberapa jenis tanaman termasuk tanaman berkayu dengan tanaman kelapa sawit. Meskipun sistem agroforestri ini memiliki banyak keunggulan, namun belum diketahui karakteristik sifat fisik tanah seperti kepadatan tanah, bahan organik, dan infiltrasi serta aliran permukaan pada lahan agroforestri sawit dan sawit monokultur. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan karakteristik sifat fisik tanah, serta menganalisis aliran permukaan dan koefisien aliran permukaan pada lahan agroforestri sawit dan sawit monokultur. Adapun sebagai gambaran, agroforestri sawit ini dibuat dalam bentuk plot eksperimen dirancang menggunakan konsep tree islands dengan penggunaan beberapa spesies vegetasi yang saling berinteraksi/bersaing satu sama lain dengan kelapa sawit. Plot agroforestri sawit yang digunakan pada penelitian terdiri dari dua partisi yang membedakan ukuran plot (10 m x 10 m dan 40 m x 40 m) yang didalamnya terdapat tanaman. Jumlah jenis tanaman pada plot agroforestri sawit yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 3 dan 6 jenis tanaman sela. Sementara lokasi untuk mewakili lahan kelapa sawit yang digunakan pada penelitian ini berjarak 8-10 meter dari plot agroforestry sawit. Kelapa sawit disusun dengan jarak tanam 9 m x 9 m dan umur 12-17 tahun. Pengambilan sampel tanah dan pengukuran infiltrasi dilakukan secara purposive sampling. Pada lahan agroforestri sawit sampel tanah diambil pada bagian dalam plot agroforestri sawit dan sebagai pembanding untuk mewakili lahan kelapa sawit dilakukan pengambilan sampel tanah pada gawangan hidup/pasar pikul kelapa sawit dengan jarak 8–10 meter di luar plot agroforestry sawit. Pengukuran infiltrasi tanah di lapangan menggunakan double ring infiltrometer yang dilakukan pada titik yang berdekatan dengan titik pengambilan sampel tanah. Parameter sifat fisik tanah dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Apabila pada analisis ragam menunjukkan perbedaan agroforestri sawit dan sawit monokultur memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter sifat fisik tanah pada p-value <0,05, maka analisis dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 5%. Metode yang digunakan untuk menghitung aliran permukaan pada lahan agroforestri sawit dan sawit monokultur menggunakan metode Soil Conseravion Sevice-Curve Number (SCS-CN). Koefisien aliran permukaan dihitung menggunakan perbandingan antara besarnya aliran permukaan terhadap jumlah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan agroforestri sawit dan lahan sawit monokultur belum menunjukkan karakteristik sifat fisik tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya dominasi dari pengaruh faktor pengelolaan lahan daripada faktor jenis tanaman di lokasi penelitian. Selain itu, pengembangan agroforestri sawit pada lokasi penelitian belum memasuki periode yang lama (<10 tahun) dalam pengembangnnya sehingga belum terlihat pengaruhnya terhadap sifat fisik tanah. C-organik tanah pada lokasi penelitian berkisar 0,53% – 2,12%. C-organik tertinggi terdapat pada S48, hal ini diduga karena memiliki kandungan klei yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Laju infiltrasi di lokasi penelitian berkisar 0,62 cm/jam - 24,75 cm/jam. Bobot isi tanah di lahan agroforestri sawit dan lahan sawit monokultur berkisar 1,14 g/cm3 - 1,40 g/cm3, sedangkan porositas tanah berkisar 44,79% – 56,68%. Bobot isi tanah terendah dan porositas tanah yang tinggi pada kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm terdapat pada S48, hal ini berkaitan dengan ketersediaan bahan organik pada tanah. Ruang pori air tersedia di lokasi penelitian berkisar 10,80 % volume - 14,61% volume. Ruang pori air tersedia kedalaman 0-10 cm yang paling tinggi terletak pada S29 diduga karena pengaruh dari tekstur tanah dan kandungan C-organik yang cukup tinggi. Infiltrasi tertinggi terdapat pada A21. Kombinasi tanaman petai, jengkol, durian, jelutung, meranti tembaga dengan kelapa sawit pada A21 menghasilkan bentuk tutupan tajuk yang cukup beragam. Perlakuan S48 memiliki bobot isi tanah yang rendah, porositas yang tinggi, dan kandungan C-organik yang tinggi dibandingkan perlakuan yang lain. Lahan agroforestri sawit dan sawit monokultur memiliki perbedaan pada hasil aliran permukaan dan koefisien aliran permukaan. Aliran permukaan dan koefisien aliran permukaan terendah terjadi pada A23 yaitu sebesar 1,78 mm dan koefisien aliran permukaan 0,00 pada curah hujan rendah serta aliran permukaan sebesar 238,09 mm dan koefisien aliran permukaan 0,23 pada curah hujan tinggi. Kombinasi tanaman yang beragam pada A23 menghasilkan tutupan vegetasi yang lebih rapat dan jumlah serasah lebih banyak sehingga mengurangi aliran permukaan. Adapun aliran permukaan tertinggi terjadi pada S48 yaitu sebesar 112,82 mm dengan koefisien aliran permukaan sebesar 0,16 pada curah hujan rendah serta aliran permukaan sebesar 697,33 mm dan koefisien aliran permukaan 0,67 pada curah hujan tinggi. Kelapa sawit yang ditanam secara monokultur menghasilkan kerapatan vegetasi yang rendah yang menyebabkan air hujan yang jatuh dapat mengenai permukaan tanah secara langsung. Hal ini menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat infiltrasi air tanah yang mengakibat peningkatan aliran permukaan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111534
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover.pdf
  Restricted Access
Cover652.03 kBAdobe PDFView/Open
A155180031_Austin Ullyta.pdf
  Restricted Access
Fulltext1.1 MBAdobe PDFView/Open
lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran3.16 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.