Peran Bahan Organik terhadap Dispersibilitas Klei pada Tanah-Tanah Sawah Montmorillonitik di Jawa Barat.

Abstract

Dispersi klei merupakan permasalahan lingkungan yang penting, terutama pada tanah-tanah yang digunakan untuk kegiatan pertanian seperti tanah sawah. Pada sawah dengan sistem irigasi, klei yang mengalami dispersi akan mudah terbawa aliran air, sehingga menyebabkan tanah-tanah sawah akan kehilangan koloid anorganiknya. Implikasi dari kehilangan klei pada tanah adalah menurunnya kesuburan tanah sawah. Dispersi klei dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya ialah bahan organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dispersibilitas klei pada tanah sawah dengan tipe klei 2:1, untuk menganalisis peran bahan organik terhadap tingkat dispersi klei tipe 2:1 pada berbagai konsentrasi kation dan pH. Penelitian ini menggunakan tiga contoh tanah sawah dari Cianjur, Cirebon dan Karawang, Jawa Barat, yang memiliki tipe klei 2:1 montmorillonit. Tingkat dispersi klei diamati pada sampel klei bebas bahan organik dan klei yang masih mengandung bahan organik. Masing–masing sampel diberikan perlakuan kation multivalen Na+, Ca2+, Mg2+, Al3+ dengan rentang konsentrasi yang telah ditentukan pada tiga nilai pH 5,5; 6,0; dan 6,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemudahan klei terdispersi dari yang paling mudah berturut-turut adalah tanah sawah asal Karawang > Cirebon > Cianjur. Bahan organik memiliki peranan penting dalam mengontrol peristiwa dispersi-flokulasi klei. Klei yang mengandung bahan organik memiliki nilai dispersi yang lebih rendah dibanding klei tanpa bahan organik. Pada seluruh tingkatan pH yang diujikan, klei yang mengandung bahan organik membutuhkan kation Na+, Ca2+, Mg2+, dan Al3+ dalam konsentrasi yang jauh lebih rendah agar dapat terflokulasi. Tanah Karawang memiliki nilai dispersi yang paling tinggi disebabkan kandungan bahan organiknya yang sangat rendah. Tindakan yang harus dilakukan agar klei pada tanah sawah segera terflokulasi pada saat pengolahan tanah dilakukan ialah dengan mempertahankan keberadaan bahan organik tanah.

Clay dispersion is an important environmental issue, especially in soils used for agricultural activities such as rice fields. In irrigated rice fields, clay dispersion will be easily carried away by water flow, causing the paddy soil losing its inorganic colloids. The implication of losing clay in the soil is the reduced fertility of the paddy soil. As is well known, clay dispersion is influenced by several factors, one of them is organic matter. This study aims to identify the dispersion of 2:1 clay on paddy soils, to analyze the role of organic matter on clay dispersion at various cation concentrations and acidity. This study used three samples of paddy soils from Cianjur, Cirebon, and Karawang, West Java, which have 2:1 clay type, montmorillonite. The dispersion levels were observed on clay samples free of organic matter and clay containing organic matter which were treated with multivalent cations, Na+, Ca2+, Mg2+, Al3+ in a predetermined concentration range at three pH levels (5.5; 6.0; and 6.5). The results showed clay dispersibility in paddy soils from Karawang > Cirebon > Cianjur. Organic matter had an important role in controlling clay dispersion-flocculation behaviour. Clay containing organic matter has a lower dispersion value than clay without organic matter. At all pH levels tested, clay containing organic matter required significantly lower concentrations of Na+, Ca2+, Mg2+, and Al3+ cations to flocculate. Karawang soil has the highest dispersion value because the organic matter content of this soil is the lowest. The action that must be taken so that the clay in the paddy soil immediately flocculates when tillage is carried out is to maintain the presence of soil organic matter.