Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111495
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorFatchiya, Anna-
dc.contributor.advisorSadono, Dwi-
dc.contributor.advisorAsngari, Pang S-
dc.contributor.authorSimamora, Ture-
dc.date.accessioned2022-04-04T06:00:27Z-
dc.date.available2022-04-04T06:00:27Z-
dc.date.issued2022-
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/111495-
dc.description.abstractPengembangan peternakan sapi potong di Indonesia masih mengalami permasalahan, terutama rendahnya produktivitas ternak dan kompetensi peternak. Kompetensi yang rendah dalam hal pembibitan ternak, penanganan pakan, penanganan kesehatan ternak, dan pemasaran hasil usaha. Di sisi lain, kompetensi menjadi faktor penting untuk menghasilkan kinerja usaha peternakan yang tinggi. Untuk itu dilakukan kajian penelitian yang bertujuan untuk menganalisis tingkat kompetensi dan kinerja usaha peternakan sapi potong, menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kompetensi peternak dan kinerja usaha sapi potong, dan merumuskan strategi peningkatan kompetensi peternak sapi potong di Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan model statistik yang dihasilkan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan paradigma kuantitatif dengan rancangan penelitian survei yang bersifat explanatory research. Penelitian dilaksanakan dengan metode survei di dua Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu: Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu. Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga peternak sapi potong yang berjumlah 110 291. Penentuan jumlah sampel dilakukan proporsional berdasarkan jumlah rumah tangga peternak di lokasi penelitian serta disesuaikan dengan prosedur penggunaan ukuran sampel dalam pengujian Structural Equation Modeling (SEM) minimal 5-10 kali jumlah peubah manifest (indikator) dari keseluruhan peubah/peubah laten. Berdasarkan tabel penentuan jumlah sampel Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5 persen pada jumlah populasi penelitian 150 000, maka jumlah sampel yang diambil di wilayah penelitian sebanyak 462 orang. Pengambilan data penelitian di lapangan berlangsung bulan Agustus 2019 sampai dengan Maret 2020. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan kecamatan dilakukan secara purposive dengan memilih sebelas kecamatan di TTU dan empat kecamatan di Belu. Hal ini dilakukan karena jumlah kecamatan di TTU lebih banyak dibandingkan di Belu. Pada setiap kecamatan diambil satu kelompok peternak sapi potong sebagai sampel secara non probablity sampling. Pemilihan lokasi penelitian di tingkat desa dilakukan secara purposive dengan memilih desa yang menjadi basis kelompok peternak yang aktif di bidang usaha sapi potong. Metode sampling jenuh dilakukan di tingkat kelompok dengan menjadikan populasi anggota kelompok sebagai sampel. Analisis data dalam penelitian ini mencakup: (1) analisis deskriptif berupa distribusi frekuensi dan uji beda Mann Whitney, dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution); (2) analisis inferensial: SEM menggunakan program PLS (Partial Least Square). Hasil penelitian menunjukkan kompetensi peternak berada pada tingkat yang rendah, baik pada kompetensi teknis, manajerial maupun kewirausahaan. Kinerja usaha juga menunjukkan tingkatan yang rendah pada produktivitas ternak dan keuntungan usaha, meskipun untuk faktor keterjaminan lingkungan tergolong tinggi. Faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi dan kinerja tersebut adalah karakteristik peternak yang dicerminkan dari umur, pendidikan, motivasi berusaha, dan kekosmopolitan. Dukungan penyuluhan juga terbukti memengaruhi kompetensi dan kinerja usaha peternakan tersebut yang berupa kesesuaian materi penyuluhan dengan kebutuhan peternak, penggunaan media penyuluhan yang mudah dipahami oleh peternak, dan kompetensi penyuluh dalam melayani peternak. Selain itu, peran inovasi juga terbukti meningkatkan kompetensi dan kinerja usaha peternakan, dengan cirinya yang menguntungkan (relatif advantage), tidak rumit untuk diaplikasikan (complexity), mudah dicoba dalam skala kecil (trialablity), dan mudah dilihat perbedaan hasilnya dibandingkan cara lama (observability). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kompetensi teknis dan manajerial dari peternak dapat meningkatkan kinerja usahanya. Berdasarkan model yang dihasilkan dalam penelitian ini (Structural Equation Modeling) dan data deskriptif, maka disusun strategi untuk meningkatkan kompetensi peternak sapi potong di Nusa Tenggara Timur sebagai berikut: (1) percepatan diseminasi inovasi dan teknologi peternakan; (2) pengembangan kapasitas peternak melalui pemberian motivasi untuk mengembangkan usaha dan mendorong peternak muda untuk berusaha tani, dan menfasilitasi peternak untuk menjalin kerjasama/ kemitraan dengan peternak maju, peneliti, dan pengusaha ternak; (3) optimalisasi layanan penyuluhan peternakan melalui penyediaan materi dan media penyuluhan, serta penambahan tenaga penyuluh dan pemberian tugas sesuai dengan fungsinya. Penelitian ini memperkuat teori kompetensi yang menyatakan bahwa kompetensi terbentuk berdasarkan lima hal yaitu pengetahuan, keterampilan, konsep diri, karakteristik pribadi dan motif. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh peternak saat ini juga dipengaruhi oleh hasil pembelajaran melalui kegiatan penyuluhan yang belum optimal. Hal ini memperkuat teori sosial kognitif yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat terjadi sebagai hubungan kausalitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi yang direfleksikan kewirausahaan memengaruhi kinerja usaha juga memperkuat konsep kompetensi kewirausahaan yang menyatakan bahwa kompetensi kewirausahaan merupakan ciri yang mendasar dalam diri individu Pengembangan sapi potong di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat diperlukan mengingat daerah tersebut termasuk adalah kawasan pengembangan sapi potong sesuai Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2015. Pengembangan sapi potong yang selama ini dilakukan masih didominasi dengan kebijakan yang berorientasi kepada target-target kuantitatif. Hal ini menyebabkan program pengembangan kompetensi peternak potong kurang mendapat perhatian dari pemangku kepentingan. Dengan demikian perlu kebijakan yang berfokus kepada peningkatan kompetensi peternak melalui peran dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan. Konsep pentahelix sebagai langkah sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, komunitas peternak sapi potong, dan media menjadi tepat dalam meningkatkan kompetensi peternak sapi potong.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKompetensi Peternak Rakyat Dalam Peningkatan Kinerja Usaha Sapi Potong di Provinsi Nusa Tenggara Timurid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordanimal husbandryid
dc.subject.keywordbeef cattleid
dc.subject.keywordbusiness performanceid
dc.subject.keywordcompetenceid
dc.subject.keywordextensionid
Appears in Collections:DT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover511.51 kBAdobe PDFView/Open
Naskah Disertasi_Final Untuk di Print_Ture Simamora I361170091.pdf
  Restricted Access
Fullteks17.23 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.82 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.