Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110943
Title: Analisis dan Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kota Depok
Other Titles: Analysis and Direction of Green Open Space Development in Depok City
Authors: Ardiansyah, Muhammad
Gunawan, Andi
Aji, Gunarso Primada Aji
Issue Date: 2020
Publisher: IPB University
Abstract: Penurunan luas RTH pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Luasan RTH di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung telah berkurang dari 35% pada awal tahun 1970-an menjadi kurang dari 10% pada saat ini. Sementara di Kota Depok pada periode 1996-2000 penggunaan lahan untuk pemukiman, jasa, perusahaan dan industri masing-masing bertambah 1.324 ha, 38 ha, 97 ha dan 154 ha, sedangkan penggunaan lahan yang mempunyai fungsi RTH seperti tegal/kebun dan hutan berkurang seluas 87 ha. Pada periode 2001-2017 penggunaan lahan mengalami perubahan yang signifikan. Lahan terbangun di Kota Depok pada tahun 2001 seluas 8.753 ha (43,56 %) dan meningkat menjadi 17.714 ha (88,16 %) pada tahun 2017. Pada tahun 2012 hingga 2032, penyediaan lahan untuk RTH ditargetkan seluas 4.000 ha. Di tahun 2015, luas RTH Kota Depok mencapai 3.059 ha yang terdiri dari RTH publik seluas 1.804 ha dan RTH privat seluas 1.255 ha. RTH publik mengalami pertambahan luas 211 ha pada tahun 2016 yang menjadi 2.015 ha, sehingga luas total RTH di Kota Depok adalah 3270 ha. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang sebagai dasar perhitungan luasan RTH, maka luas RTH untuk Kota Depok sebesar 6.009 ha yang meliputi RTH publik seluas 4.006 ha dan RTH privat seluas 2.003 ha. Untuk mencapai luasan RTH tersebut perlu dilakukan penambahan luas RTH keseluruhan sebesar 2.739 ha Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi penggunaan lahan tahun 2006, 2013 dan 2019 serta menganalisis perubahannya di Kota Depok; (2) memprediksi penggunaan lahan Kota Depok tahun 2031; (3) menganalisis sebaran suhu permukaan Kota Depok tahun 2006, 2013 dan 2019 (4) menganalisis kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dan jumlah penduduk; dan (5) menyusun arahan rencana pengembangan RTH Kota Depok Penggunaan lahan terluas tahun 2019 adalah lahan terbangun seluas 13.228 (66.04%) dan RTH dengan luas 2.922 (14,59%). Luas RTH pada masing-masing tahun penelitian 2006, 2013 dan 2019 secara berurutan adalah 3.089 ha, 3.033 ha, 2.922 ha dengan kekurangan RTH tahun 2006 seluas 2.920 ha, tahun 2013 seluas 2.976 ha dan tahun 2019 seluas 3.087 ha dibandingkan dengan kebutuhan RTH. Pada rentang tahun 2006-2019, RTH mengalami pengurangan luasan yang relatif kecil sebesar 167 ha. Perubahan penggunaan lahan periode tahun 2006-2019 cukup signifikan terjadi pada lahan terbangun, kebun campuran dan sawah. Lahan terbangun mengalami penambahan luas 3.579 ha, kebun campuran mengalami penurunan luasan 1.706 ha dan sawah berkurang 1.375 ha. Hasil prediksi penggunaan lahan tahun 2031, lahan terbangun mendominasi wilayah Kota Depok sebesar 76,20 %, sedangkan RTH hanya 14,34 % (2.872 ha). Pola perubahan luasan lahan pada penggunaan lahan rentang tahun 2019-2031 sama dengan pola perubahan luasan penggunaan lahan tahun 2006-2019 dimana RTH, kebun campuran, lahan terbuka dan sawah mengalami penurunan luas, sedangkan luasan lahan terbangun meningkat secara cukup signifikan. Hasil analisa suhu permukaan didapatkan 10 kelas suhu dimana kelas suhu minimum adalah 22-24 oC dan kelas suhu tertinggi adalah 40-42 oC. Dalam rentang 13 tahun, dominasi luasan kelas suhu mengalami pergeseran dari kelas suhu 26-28 oC menjadi 34-36 oC. Arahan pengembangan RTH Kota Depok untuk memenuhi kebutuhan RTH 30% adalah membeli lahan dari masyarakat yang potensial untuk dialihfungsikan menjadi RTH; pendekatan fungsi ekologis dan fungsi arsitektural berupa penambahan pohon penyerap polusi di sepanjang koridor ruang hijau seperti jalan arteri, jalan primer, pedestrian, sempadan sungai, sempadan rel kereta; dan penghijauan melalui vertical garden dan roof garden di pusat perdagangan dan jasa.
The quantity of public space especially green open space have decreased significantly in less 30 years. There was a decreasing of Green open space in Jakarta, Surabaya, Medan and Bandung from 35 percent in early 1970 to 10 percent. During 1996-2000, land use in Depok city for housing, service, company and industry sequentially 1.324 Ha, 38 Ha, 97 Ha and 154 Ha, while land use that having function as green open space like mixed garden and forest were decreasing 87 Ha. Meanwhile during 2001-2017, land use has changed significantly. Built-up space in Depok city in 2001 were increasing 43.56 % from 8.763 Ha to 17.714 Ha in 2017. Land availability for green open space was targeted largely 4.000 Ha. In 2015, green open space in Depok City was 3.059 ha, consist of public green open space largely 1.804 ha and private green open space largely 1.255 ha. Public green open space was increasing to 2015 ha. It caused total green open space in Depok City was becoming largely 3.270 ha. Based on Law Number 26 of 2007, the area of green open space for Depok City is 6,009 ha consist of public green open space 4.006 ha and private green open space 2.003 ha. In order to maintain those green open space, it needs increasing of green open space totally 2.739 ha. This research was aimed to (1) Identify land use from 2006, 2013 and 2019 and analyze land use changing through those years; (2) Predict land use in Depok City on 2031; (3) Analyze distribution of surface temperature in Depok City from 2006, 2013 and 2019; (4) Analyze needs of green open space based on area and total population; and (5) Arrange plan for green open space in Depok City. The largest land use in 2019 was built up area largely 13.228 and green open space largely 2.922. the amount of green open space in 2006, 2013 and 2019 was 3.089 ha, 2.033 ha and 2.922 ha with deficiency of green open space in 2006 2,920 ha, in 2013 2,976 ha and in 2019 3,087 ha compared to the need for green open space. During 2006-2019, green open space has decreased 167 ha. Land use changing during 2006-2009 significantly happened in built up area, mixed garden and paddy field. Built up area has increased 3,579, kebin campuran decreased 1.706 ha and paddy field decreased 1.375 ha. Result of land use prediction in 2031, built up areas was dominated Depok City 76.20% while green open space just 14,34% (2.872 ha). The pattern of land use change in 2019-2031 was similar with 2006-2019 where green open space, kebun campuran, open area and paddy field have decreased, while built up area increasing significantly. Analysis of surface temperature resulted 10 classes where minimum temperature was 22-24 celsius degree and the highest temperature was 40-42 celsius degree. During 13 years, dominated temperature has shifted from 26-28 to 34-36. The direction of the development of green open space in Depok City to meet the needs of 30% green open space is to buy land from the community that has potential to be converted into green open space; adding pollution-absorbing trees along green space corridors such as arterial roads, primary roads, pedestrians, river borders, railroad borders; and reforestation through vertical gardens and roof gardens in trade and service area.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110943
Appears in Collections:MT - Agriculture

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover, Lembar Pengesahan, Prakata, Daftar isi.pdf
  Restricted Access
Cover785.71 kBAdobe PDFView/Open
A156160244_Gunarso Primada Aji.pdf
  Restricted Access
Fullteks5.28 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran1.11 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.