Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110824
Title: Degradabilitas Hijauan Pakan Sumber Protein pada Sapi Perah secara In Sacco
Authors: Despal, Despal
Permana, Idat Galih
Rahmat, Sari Filza Izzati
Issue Date: 2021
Publisher: IPB University
Abstract: Sifat degradasi hijauan pakan sumber protein sangat penting untuk disesuaikan dengan sintesis protein mikroba dan kebutuhan protein by pass dalam formulasi ransum sapi perah. Upaya peningkatan produktivitas sapi perah melalui pemanfaatan pakan yang beragam seperti leguminosa atau hijauan pakan sumber protein dengan pemenuhan kebutuhan berdasarkan kecukupan protein dan keseimbangan rumen degradable protein (RDP) dan rumen undegradable protein (RUP) yang akurat perlu dilakukan sehingga efisiensi protein pakan meningkat dan biaya pakan berkurang. Namun informasi fraksi pakan terdegradasi pada hijauan pakan sumber protein masih terbatas di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui degradabilitas pakan dari beberapa hijauan sumber protein untuk pakan sapi perah menggunakan metode in sacco. Ada 14 jenis sumber protein hijauan pakan yang umum digunakan untuk pakan sapi perah yang diteliti, yaitu akasia (Acacia mangium), alfalfa (Medicago sativa), angsana (Pterocarpus indicus), gamal (Gliricidia sepium), indigofera (Indigofera zollingeriana), kaliandra (Calliandra calothyrsus), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea L.), lamtoro (Leucaena leucocephala), sengon (Paraserianthes falcataria), asam jawa (Tamarindus indica), turi (Sesbania grandiflora), seuseureuhan (Piper aduncum L.), kelor (Moringa oleifera), dan daun nangka (Artocarpus heterophyllus L.). Sampel hijauan yang telah dikeringkan, digiling melalui saringan 2 mm, dimasukkan ke dalam kantong nilon dan diinkubasi ke dalam rumen pada dua ekor sapi pejantan jenis Friesian Holstein yang berfistula rumen selama 0, 3, 6, 9, 12, 15, 24, 48, dan 72 jam. Parameter yang diamati adalah degradabilitas bahan kering (DBK), bahan organik (DBO), protein kasar (DPK), fraksi serat neutral detergent fiber (DNDF) dan acid neutral detergent fiber (DADF), parameter kinetik, degradasi efektif (DE), serta rumen degradable protein (RDP) dan rumen undegradable protein (RUP). Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan regresi dari software SAS OnDemand for Academics. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hijauan pakan sumber protein dapat dikelompokkan menjadi hijauan pakan yang mudah terdegradasi (RDP>60%) dan hijauan pakan yang sulit terdegradasi (RUP>60%) di dalam rumen. Termasuk pada kelompok yang mudah terdegradasi adalah kelor, indigofera, turi, alfalfa dan gamal, sedangkan kelompok yang sulit terdegradasi adalah akasia, sengon, kaliandra dan asam jawa. Hijauan yang mudah terdegradasi memiliki nilai degradasi DBK, DBO, DPK, dan DNDF (kecuali gamal dan turi mendekati 60%) adalah diatas 60% pada saat inkubasi 72 jam, dan DADF dibawah 60% pada saat inkubasi 72 jam. Sementara itu, hijauan yang sulit terdegradasi memiliki nilai degradasi DBK, DBO, DPK, DNDF dan DADF dibawah 60% pada saat inkubasi 72 jam. Hijauan pakan yang mudah terdegradasi, maka nilai degradasi efektif (DE) dari DBK dan DBO (kecuali gamal, alfalfa) serta DPK diperoleh nilai diatas 60%, dan DNDF dan DADF diperoleh nilai dibawah 60%. Hijauan pakan yang sulit terdegradasi, maka nilai DE dari DBK, DBO, DPK, DNDF dan DADF diperoleh semua nilai dibawah 60%. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelor, turi dan indigofera merupakan hijauan pakan sumber protein terbaik dan potensial digunakan di dalam pakan untuk sapi perah berdasarkan kandungan PK, nilai RDP, dan degradabilitas pakan, serta nilai DE dari DBK, DBO, DPK, DNDF dan DADF. Informasi degradabilitas pakan, nilai DE, nilai RDP dan RUP hijauan sumber protein yang diperoleh dapat digunakan sebagai informasi dalam reformulasi ransum dengan RDP dan RUP yang seimbang untuk pakan sapi perah di Indonesia.
Degradation properties of forage protein sources is very important to match with microbial protein synthesis and protein by pass requirements in dairy cattle ration formulations. Efforts to increase the productivity of dairy cattle through the use of various feeds such as legumes or forage protein sources by meeting the needs based on protein adequacy and the balance of rumen degradable protein (RDP) and rumen undegradable protein (RUP) is necessary. It improves feed protein efficiency increases and feed costs decrease. However, the information on the fraction of degraded feed in forage protein sources is still limited in Indonesia This study aims to determine the degradability of protein from several forage protein sources in Indonesia using in sacco method. There are 14 types of forage protein sources that are commonly used in dairy cattle ration have been studied, namely acacia (Acacia mangium), alfalfa (Medicago sativa), pterocarpus (Pterocarpus indicus), gliricidia (Gliricidia sepium), indigofera (Indigofera zollingeriana), calliandra (Calliandra calothyrsus), butterfly leaf (Bauhinia purpurea L.), leucaena (Leucaena leucocephala), paraserianthes (Paraserianthes falcataria), tamarind (Tamarindus indica), sesbania (Sesbania grandiflora), piper (Piper aduncum L.), moringa (Moringa oleifera), and artocarpus (Artocarpus heterophyllus L.). The dried forage mesh samples were put into nylon bags and incubated in the rumen of two fistulated Friesian Holstein bulls for 0, 3, 6, 9, 12, 15, 24, 48, and 72 hours. Parameter observed were degradability of dry matter (DMD), organic matter (OMD), crude protein (CPD), neutral detergent fiber (NDFD) and acid detergent fiber (ADFD), kinetic parameters, effective degradation (ED), and rumen degradable protein (RDP) and rumen undegradable protein (RUP). The data were analysed using descriptive statistic and regression from SAS OnDemand for Academics software. The results showed that forage protein sources can be grouped into highly degradable forages (RDP>60%) and low degradable forages (RUP>60%) in the rumen. Included in the groups that are highly degradable forages are moringa, indigofera, sesbania, alfalfa and gliricidia, while the groups that are low degradable forages are acacia, paraserianthes, calliandra and tamarind. Highly degradable forages have DMD, OMD, CPD, and NDFD degradation values (except gliricidia and sesbania close to 60%) which are above 60% at 72 hours incubation, and ADFD below 60% at 72 hours incubation. Meanwhile, low degradable forages have a degradation value of DMD, OMD, CPD, NDFD and ADFD below 60% at 72 hours of incubation. Highly degradable forages, that the effective degradation value (ED) of DMD and OMD (except gliricidia, alfalfa) and CPD obtained values above 60%, and NDFD and ADFD obtained values below 60%. Low degradable forages, that the ED value of DMD, OMD, CPD, NDFD and ADFD obtained all values below 60%. From this study it can be concluded that moringa, sesbania and indigofera are the best and potential forage protein sources used in feed for dairy cattle based on CP content, RDP value, feed degradability, and ED values from DMD, OMD, CPD, NDFD and ADFD. Information on feed degradability, ED value, RDP value and forage protein source RUP obtained can be used as information in ration reformulation with balanced RDP and RUP for dairy cattle feed in Indonesia.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/110824
Appears in Collections:MT - Animal Science

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover, Lembar Pengesahan, Prakata, Daftar Isi.pdf
  Restricted Access
Cover647.57 kBAdobe PDFView/Open
D251190211_Sari Filza Izzati Rahmat.pdf
  Restricted Access
Fullteks853.25 kBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran816.24 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.