Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/109897
Title: Model Pengembangan Agrobisnis Lidah Buaya Berkelanjutan Berbasis Partisipasi Masyarakat
Other Titles: Sustainable Aloe Vera Agribusiness Development Based on Community Participation Model
Authors: Syarief, Rizal
Sutjahjo, Surjono Hadi
Yulianto, Aton
Jompa, Sulhajji
Issue Date: 2021
Publisher: IPB University
Abstract: Lidah buaya (Aloe vera L.) merupakan tanaman yang memiliki nilai yang tinggi karena dapat dijadikan berbagai jenis makanan/ minuman, kosmetika dan bahan obat. Pemanfaatan dari produk tersebut dalam bentuk makanan, minuman, minuman kesehatan, kosmetik, obat, industri kimia, powder, senyawa aktif, teh sampai pupuk organik. Selain itu, lidah buaya juga termasuk satu dari sepuluh tanaman terlaris dalam perdagangan dunia. Nilai ekspor ekstak lidah buaya Indonesia setiap tahun meningkat pesat, tahun 2010 ekspor ekstrak lidah buaya sebanyak 26,6 ton dengan nilai USD 872,3 ribu, tahun 2015 jumlahnya meningkat pesat menjadi 1,8 ribu ton dengan nilai USD 4,1 juta, dan tahun 2020 mencapai 21,7 ribu ton. Peningkatan ini menunjukkan bahwa tanaman lidah buaya memiliki prospek bisnis yang besar. Pada sisi petani, agribisnis lidah buaya juga telah mampu menjadi penopang pendapatan masyarakat (petani) karena mampu menghasilkan pendapatan yang setara bahkan melebihi UMR (Upah Minimum Regional). Pemeliharaan lidah buaya relatif mudah dan dapat ditaman pada lahan marginal yang banyak terdapat di kawasan sub-urban, seperti di Kabupaten Bogor. Bagaimana menjadikan lidah buaya ini sebagai komoditas prosepektif secara ekonomi dengan melibatkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat, ini yang menjadi permasalahan yang perlu dianalisis dengan sungguh-sungguh. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model pengembangan agribisnis lidah buaya secara berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Penelitian dilakukan di lima kecamatan di Kabupaten Bogor, yaitu: Kecamatan Ciampea, Tajur Halang, Rancabungur, Kemang dan Gunung Sindur. Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner dan kunjungan lapangan yang melibatkan nara umber dari berbagai kalangan. Nara sumber terdiri atas pelaku usaha (petani dan kelompok tani), penentu kebijakan (pemerintah daerah dan anggota legislatif), asosiasi petani, LSM dan akademisi. Sementara data sekunder diperoleh dari data statistik serta berbagai penelitian sebelumnya. Perangkat analisis yang digunakan untuk membantu penelitian adalah analisis partisipasi masyarakat dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, analisis keberlanjutan dengan metode Multidimensional Scaling (MDS), analisis kelembagaan dengan metode Intepretive Structural Modelling (ISM), dan analisis integrasi model dan kebijakan dengan metode sistem dinamik. Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) partisipasi masyarakat dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan agrisinis lidah buaya cukup besar, (2) status keberlanjutan dengan menggunakan empat dimensi (sosial, ekonomi, lingkungan dan kelembagaan), diperoleh dua kecamatan yang secara agregat “cukup berkelanjutan”, yaitu Kecamatan Gunung Sindur dan Kecamatan Kemang, dua kecamatan yang “cukup berkelanjutan” yaitu Kecamatan Rancabungur, dan Kecamatan Ciampea serta satu kecamatan yang relatif “kurang berkelanjutan’, yaitu Kecamatan Tajur Halang; (3) bentuk kelembagaan yang memungkinkan para pemangku kepentingan secara sinergi dapat mendorong tumbuhnya agribisnis lidah buaya, dengan menggunakan empat elemen (tujuan, pelaku, kendala, dan kebutuhan), maka perlu: mewujudkan dan memperkuat usaha bersama (elemen tujuan); didukung oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Bappedalitbang (elemen pelaku); untuk mengatasi Tingkat Kepemilikan Lahan yang Sempit, Keterbatasan Teknologi dan Kurang Dukungan Pemerintah dalam Pengembangan Agribisnis (elemen kendala), serta memenuhi kebutuhan Sosialisasi dan Pelatihan, Teknologi Produksi Tepat Guna, Kontinuitas Bahan Baku, dan Kemudahan Akses Permodalan (elemen kebutuhan); (4) integrasi model dan kebijakan, terdapat empat komponen yang paling berpengaruh terhadap perilaku model pengembangan agribisnis lidah buaya yaitu: Kondisi Lahan, Jumlah Pengangguran, Jumlah Agroindustri Makanan dan Farmasi, dan Pendapatan Agroindustri Makanan dan Farmasi. Dengan menggunakan skenario moderat dan optimis, maka dapat diusulkan kebijakan untuk mengatasi persoalan lahan, menekan jumlah pengangguran, serta meningkatkan jumlah dan pendapatan dari kegiatan agroindustri makanan dan farmasi. Supaya pencapaian pengembangan agribisnis lidah buaya berkembang, maka diperlukan peran pemerintah untuk mengatasi persoalan kondisi dan status lahan, menyiapkan iklim yang memungkinkan agribisnis lidah buaya bisa berkelanjutan, memperbaiki kelembagaan supaya usaha bersama pelaku agribisnis dapat berkembang, dan menyiapkan iklim investasi yang menungkinkan agroindustri makanan dan farmasi tumbuh. Selain itu diperlukan juga partisipasi masyarakat untuk meningkatkan kemampuan (pengetahuan dan ketrampilan) dalam melakukan agribisnis lidah buaya serta regenarasi kemampuan beragribisnis.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/109897
Appears in Collections:DT - Multidiciplinary Program

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover324.73 kBAdobe PDFView/Open
DISERTASI SULHAJJI JOMPA.pdf
  Restricted Access
Fullteks23.28 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran224.35 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.