Tipologi dan Arahan Pengendalian Konversi Lahan Sawah di Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang

Abstract

Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki sistem pertanian yang cukup baik dengan potensi tanah yang subur untuk sektor pertanian. Area lahan sawahnya diprioritaskan oleh pemerintah pusat sebagai salah satu daerah penyedia pangan di Indonesia. Kecamatan Rajeg merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang yang ditetapkan sebagai salah satu dari sembilan kecamatan lainnya sebagai wilayah lumbung pangan. Kebijakan yang telah dilakukan adalah adanya kajian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Konversi lahan menjadi ancaman dalam mewujudkan ketahanan pangan yang stabil dan berkelanjutan. Kebijakan pembangunan oleh pemerintah yang lebih mengedepankan pembangunan yang bersifat fisik dan unsur ekonomi semakin mendukung terjadinya alih fungsi lahan. Secara signifikan, konversi lahan sawah dapat mempengaruhi ketersediaan pangan dan ketersediaan lahan sawah. Selain itu, berdampak juga pada kondisi sosial ekonomi penduduk yang berkerja di bidang pertanian. Hukum ekonomi pasar, alih fungsi lahan berlangsung dari aktifitas dengan nilai land rent yang lebih rendah ke aktifitas-aktifitas dengan nilai land rent yang lebih tinggi. Nilai land rent pertanian selalu lebih rendah dibandingkan nilai land rent non pertanian. Selain land rent, status kepemilikan-penguasaan lahan juga menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya konversi khususnya pada lahan-lahan yang belum terdaftar dan belum tersertifikat, sehingga untuk mencapai tingkat keamanan dalam pemanfaatan lahan perlu menetapkan status kepemilikan-penguasaan lahan. Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk, 1) menganalisa dinamika perubahan penggunaan lahan, 2) menganalisa pengaruh pola ruang dan status kepemilikan lahan terhadap jenis konversi penggunaan lahan, 3) menganalisa pola spasial konversi lahan sawah, 4) mengidentifikasi tipologi wilayah konversi lahan sawah di Kecamatan Rajeg. Dinamika perubahan penggunaan lahan dianalisis menggunakan metode overlay peta penggunaan lahan tahun 2005, 2010, dan 2015. Pengaruh pola ruang dan status kepemilikan lahan terhadap konversi penggunaan lahan dianalisis menggunakan peta RTRW kabupaten Tangerang tahun 2011-2031, peta status kepemilikan lahan, dengan peta konversi penggunaan lahan dengan metode overlay. Analisis pola spasial konversi penggunaan lahan menggunakan metode Landscape Metric, Fragstat 4.2. Analisis tersebut hanya lakukan pada jenis konversi penggunaan lahan sawah di kawasan pertanian. Dasar dalam menentukan analisis tersebut adalah jenis konversi penggunaan lahan yang dapat mengancam produktivitas lahan sawah dan ketahanan pangan. Selanjutnya analisis terakhir yaitu melakukan pentipologian wilayah menggunakan metode spatial clustering. Hasil analisis tipologi wilayah digunakan sebagai dasar dalam menetapkan arahan pengendalian lahan sawah di Kecamatan Rajeg. Dinamika perubahan penggunaan lahan menghasilkan dua pola konversi penggunaan lahan di Kecamatan Rajeg yaitu lahan sawah berubah menjadi pertanian lahan kering (SWH-PLK), dan lahan sawah berubah menjadi lahan terbangun (SWH-LT). Pengaruh pola ruang dan status kepemilikan lahan pada pola konversi penggunaan lahan terluas yang dapat mengancam ketahanan pangan adalah SWH-LT-KP-UR (Pola konversi penggunaan lahan sawah menjadi lahan terbangun yang berada di kawasan pertanian dengan status kepemilikan lahan unregistered). Karakteristik jenis konversi penggunaan lahan sawah (SWH-LT-KP-UR) yaitu memiliki bentuk keanekaragaman yang bersifat heterogen dengan sebaran kerapatan patchnya hampir menyebar diseluruh areal lanskap (persebaran lahan terbangun semakin menyeluruh). Lahan terbangun yang terbentuk pada jenis konversi ini cenderung bersifat massif dan membentuk cluster.

Tangerang Regency is one of the districts in Banten Province which has a fairly good agricultural system with fertile soil potential for the agricultural sector. The central government has prioritized the area for rice fields as one of the major food supply regions in Indonesia. Rajeg sub-district is one of the sub-districts in Tangerang Regency which is designated as one of food storage areas among other nine sub-districs. In 2000, the total area of paddy fields in the Rajeg sub-districts was 3,254 ha or about 7.82% of the total area of paddy fields in Tangerang Regency and the area of paddy fields decreased in 2017 so that the remaining area was 2,453 ha or 6. 78% of the total paddy field area in Tangerang Regency. The conversion rate in the 2000-2017 period was 1.67%. These data indicate that there was a process of conversion of agricultural land, especially rice fields in the District of Rajeg. Land conversion is a threat to realizing stable and sustainable food security. Development policies by the government that prioritizing physical and economic development were increasingly supporting land conversion. Significantly, the conversion of paddy fields affect food availability and inventory of irrigated rice fields. Besides, it also had an impact on the socio-economic conditions of the population who work in agriculture. In the law of market economy, land conversion occurs from a land use type with lower landrent to another land use type with higher landrent. The value of agricultural landrent is always lower than the value of non-agricultural landrent. Apart from a landrent, the status of land tenure is also one of the driving factors for land conversion, especially on unregistered and uncertified lands, thus to achieve a level of security in land use it is necessary to determine the status of land tenure. The aims of this study include: 1) Analyzing the dynamics of land-use change, 2) Analyzing the effect of spatial patterns and land ownership status on land use conversion types, 3) Analyzing the spatial pattern of paddy land conversion, 4) Identifying typology of rice field conversion areas in Rajeg sub-District. The dynamics of land-use changes were analyzed using an overlay method between land use maps of 2005, 2010, and 2015. The effect of spatial patterns and land ownership status on land use conversion was analyzed using the RTRW map of Tangerang regency 2011-2031, land ownership status map, with land-use conversion maps by using the overlay method. Analysis of the spatial pattern of land-use conversion was done by using the Landscape Metric Method, Fragstat 4.2. This analysis only applied to the type of land-use conversion in agricultural areas. This analysis covered the type of land use conversion that can threaten paddy field productivity and food security. Furthermore, the final analysis is the typology of the conversion area of paddy fields in the District of Rajeg using the Spatial Clustering method. The variables used were the landscape metric index. The analysis results of the regional typology served as the basis for determining the direction of control over the conversion of paddy fields. The type of land-use conversion in Rajeg Sub-district, called paddy fields turned into developed land (SWH-LT). The impact of spatial patterns and land ownership status on the widest land-use conversion pattern that threaten paddy fileds was SWH-LT-KP-UN (The pattern of converted paddy fields into built-up land in agricultural areas with unregistered land ownership status). The characteristic of paddy field conversion type (SWH-LT-KP-UN) had heterogeneous forms of diversity with the distribution of patch density almost spread across the landscape (the distribution of developed land is more comprehensive). The built-up land formed in this type of conversion tends to be massive and forming clusters. The main point of this research is the strategies to control the conversion of paddy fields in the Sub-district of Rajeg.