Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/109043
Title: Dinamika Struktur Sosial Nelayan Kabupaten Lamongan (Studi Kasus: Komunitas Nelayan di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan)
Other Titles: Dynamics of Social Structure of Fishermen in Lamongan Regency (Case Study: Fishermen Community in Paciran District, Lamongan Regency)
Authors: Satria, Arif
Sumarti, Titik
Kinseng, Rilus A
Setyowati, Iin Sulis
Issue Date: 25-Aug-2021
Publisher: IPB University
Abstract: Kabupaten Lamongan merupakan salah satu daerah pesisir yang memiliki produksi perikanan tangkap tertinggi di Jawa Timur. Pada tahun 2015 produksi perikanan tangkap Kabupaten Lamongan mencapai 80.361 ton. Pada tahun 2016, Kabupaten Lamongan memberikan kontribusi sebesar 18,74% dari total produksi perikanan laut di Jawa Timur atau merupakan penghasilan ikan terbesar di Jawa Timur, yakni sekitar 73.142 ton senilai kurang lebih Rp 719 milyar. Hal tersebut, dipengaruhi oleh luas perairan lautnya yang mencapai ± 902,4 km2 serta didukung dengan sumber daya ikan yang memiliki tingkat keragaman hayati (bio diversity) yang tinggi. Potensi tersebut didukung oleh adanya Kecamatan Paciran sebagai salah satu daerah penangkapan iakn yang terluas di Kabupaten Lamongan. Kecamatan paciran terdiri dari 12 desa nelayan dengan jumlah nelayan yang terlibat dalam aktivitas tangkap mencapai 13. 431 orang. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kecamatan Paciranpun beragam. Pada penelitian ini, fokus penelitian dilakukan kepada empat komunitas nelayan dengan jenis alat tangkap yang digunakan yakni payang, purse seine, pancing ulur dan bubu. Keemapat alat tangkap tersebut memiliki karakteristik dalam hal pengoperasian hingga jenis tangkapannya. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melakukan kajian terhadap dinamika struktur nelayan, relasi sosial dan mobilitas sosial nelayan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih untuk mengambarkan dinamika struktur sosial komunitas nelayan Kecamatan Paciran. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam kepada informan. Wilayah Kecamatan Paciran merupakan daerah pesisir Lamongan yang memiliki jumlah desa pesisir terbanyak serta hampir mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Di Kecamatan Paciran dapat dijumpai nelayan dengan beragam jenis alat tangkap, serta terdapat nelayan dari kapasitas kapal dibawah 10 GT hingga nelayan dengan menggunakan kapal yang berkapasitas diatas 30 GT. Pekerjaan sebagai nelayan merupakan mata pencaharian utama masyarakat di Kecamatan Paciran, selai itu perikanan tangkap menjadi penyokong utama ekonomi daerah sekitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor terjadinya dinamika struktur sosial nelayan di Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan dikarenakan adanya modernisasi teknologi tangkap atau dengan kata lain dominasi teknologi tangkap menjadi penyebab terjadinya dinamika struktur sosial nelayan tersebut. Perkembangan teknologi tangkap terjadi dalam beberapa periode yang mana perkembangan tersebut saat ini membawa pada keragaman jenis teknologi tangkap yang digunakan oleh nelayan. Struktur sosial nelayan dapat dilihat dari dua parameter yakni secara horizontal dan vertikal. Secara Horizontal didapati adanya keragaman jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan, dalam penelitian ini peneliti mengkhususkan untuk melihat empat jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan kecamatan Paciran yakni diantaranya alat tangkap payang, pancing ulur, purse seine dan bubu. Keempat alat tangkap tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari segi pemanfaatan hingga pengoperasiannya. Sedangkan struktur vertikal didapati adanya pembagian secara stratifikasi yang ditunjukkan dengan adanya pembagian struktur kerja nelayan serta struktur kelas nelayan yang merujuk pada kepemilikan modal, jenis teknologi tangkap dan jumlah tenaga buruh nelayan. Pembagian struktur kerja nelayan bertujuan untuk memperjelas status dan peranan individu yang bekerja dalam usaha perikanan tangkap. Juragan darat berada pada lapisan atas karena memiliki modal secara finansial serta memiliki alat-alat produksi, selanjutnya pada lapisan tengah terdapat juragan kapal yang mana memiliki alat produksi tetapi tidak memiliki cukup modal, lapisan ketiga diduduki oleh nakhoda yang bertanggung jawab saat dilaut, dan pada laipsan terakhir yakni buruh nelayan. Sedangkan jika dilihat dari kacamata struktur kelas nelayan di Kecamatan Paciran yakni terbagi menjadi 4 kelas yakni buruh nelaya, nelayan kecil yakni komunitas nelayan bubu (2-3 orang), nelayan menengah yakni komunitas nelayan pancing ulur (7-10 ABK), nelayan besar yakni komunitas nelayan payang (13-15 ABK) dan purse seine (≤ 20 ABK). Indikator untuk menentukan kelas nelayan ini dilihat dari kepemilikan modal dan alat produksi, jumlah tenaga kerja, ukuran perahu dan biaya operasional. Relasi sosial nelayan digambarkan dengan relasi patron klien dan dominasi ekploitatif antara struktur. Relasi patron klien ditunjukkan dengan bergantungnya nelayan lapisan bawah pada nelayan lapisan atas (juragan darat). Juragan darat yang berposisi sebagai patron memberikan jaminan- jaminan sosial maupun finansial kepada nelayan yang bekerja sama dengannya. Selain itu, secara tidak langsung relasi yang terjalin antara patron dengan klien juga menimbulkan hubungan dominasi ekploitasi yang ditunjukkan dengan pemberian tekanan oleh juragan kepada nakhoda yang kemudian disalurkan kepada buruh nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak lagi. Relasi antar kelas yang ditunjukkan pada komunitas nelayan di Kecamatan Paciran bersifat kotradiktif dan konfliktual. Masyarakat nelayan di Kecamatan Paciran yang memiliki sistem stratifikasi terbuka, dengan kata lain masyarakat nelayan memiliki kesempatan untuk menuju lapisan yang yang lebih tinggi dari lapisan sebelumnya. Faktor masyarakat nelayan di Kecamatan Paciran melakukan mobilitas sosial yakni karena adanya perkembangan teknologi tangkap serta alat-alat produksi. Mobilitas sosial yang terjadi pada nelayan di Kecamatan Paciran yakni mobilitas sosial horizontal dan mobilitas vertikal (naik dan turun). Mobilitas sosial horizontal ditemui pada buruh kapal yang beralih menjadi buruh panggul. Hal ini menunjukkan jika tidak adanya perubahan bertingkat pada individu tersebut. sedangkan mobilitas vertikal naik ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkat yang lebih baik seperti buruh nelayan yang kemudian menjadi juragan kapal (memiliki alat produksi sendiri). Berbeda halnya dengan mobilitas sosial vertikal turun, kasus seperti ini banya ditemui karena diakibatkan kebangkrutan pada usaha penangkapan, misalkan seorang juragan darat mengalami gagal tangkap berturut-turat dan menyebabkan penumpukan hutang sehingga harus menjual asset yang dimiliki (alat produksi tangkap) karena tidak lagi memiliki asset individu tersebut beralih menjadi buruh nelayan untuk mendapatkan pendapatan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/109043
Appears in Collections:MT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover, Lembar Pengesahan, Prakata, Daftar Isi.pdf
  Restricted Access
Cover315.83 kBAdobe PDFView/Open
I353170148_Iin Sulis Setyowati.pdf
  Restricted Access
I353170148_Iin Sulis Setyowati1.02 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.